Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BOLEH NYEKER, ASAL TERAMPIL

بسم الله الرحمن الر حيم

sabdarianada.co.id - Nyeker ( madura : ngajem ) adalah kebiasaan bertelanjang kaki ketika beraktifitas. Pemandangan seperti ini tidak sulit kita temukan terutama dalam kehidupan Pesantren, madrasah dan di dalam kehidupan kelompok masyarakat kelas bawah.

lalu dari mana sebenarnya kebiasaan ini bermula...?
Tanpa ada maksud menjastifikasi kebiasaan yang oleh sebagian kalangan dinilai jelek, tidak ada salahnya kalau kita coba melacak isyarah-isyarah di dalam Al-qur´an. Surat Thaha ayat 12 seperinya memberikan titik terang mengenai tema yang kita bahas ini.

ِاِنِؔي اَنَا رَبؔٗك فَااخلَع نَعلَيك اِنَؔك بِا لوَادِ المٗقَدَؔس
طٗوَی
 " Sesungguhnya aku Tuhanmu, maka lepaskanlah kedua terompahmu (sandalmu) sesungguhnya kamu berada ditempat yang suci yaitu Thuwa " (Thaha : 12
Kami nyeker tapi peduli, ketimbang bersepatu
berdasi tapi ngibuulii
Ayat di atas menceritakan Prihal Nabi Musa AS ketika akan menerima Risalah kenabian di bukit Thuwa.

Dikisahkan, setelah 10 tahun Nabi Musa hidup bersama istrinya di Madyan di tengah-tengah keluarga Nabi Suaib AS yang SAMAWA, rasa rindu kepada kampung halamannya di Mesir mulai mengganggu pikirannya.

 Lebih-lebih Rindu kepada Siti Asiyah ibu anggkatnya dan Rindu kepada istana Fir'aun tempat dulu dia diasuh dan dibesarkan

Namun manakala dia teringat peristiwa mengerikan 10 tahun yang lalu, ketika Fir'aun dan bala tentaranya nyaris menangkap dan membunuhnya akibat tuduhan pembunuhan atas kematian salah seorang pemuda Bani Isroil, rasa rindunya kepada kampung halamannya sirna berganti rasa takut yang tiada terperikan.

Lama sekali nabi musa merenungkan hal ini. Tidak jarang ia bertafakur diri hingga larut malam. Pikirannya suntuk, hatinya bimbang, perasaannya bercampur baur antara Rindu dan Takut.

Hingga di suatu malam setelah nabi Musa terlebih dahulu menata perasaannya, ia menemui istrinya. Wanita yang telah memberi cinta tulusnya. Wanita yang telah bersedia menerimanya apa adanya, sebagai seorang pelarian yang masih menjadi buron pemerintah.

Dipandanginya wajah istrinya yang cantik itu dalam-dalam. Terbayang perpisahan yang sebentar lagi akan merenggut cintanya. Terbayang pula ganasnya tentara Fir'aun yang sebentar lagi akan menyeretnya ketiang gantungan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang sebenarnya tidak ia lakukan.

Oh amboy...? haruskah cintaku berahir sampai di sini...??? Nabi Musa mengeluh resah.

Dengan suara bergetar Nabi Musa memberanikan diri mengutarakan maksudnya. " Besok saya harus kembali ke Mesir untuk sesuatu yang belum tentu aku bisa selamat".

Istrinya yang cantik putri kinasih Nabi Suaib itu terisak. "Suamiku, sayangku, cintaku, manisku, jangan takut.

اِن کَانَ اهتَمَامَك لاَِخِرَةٍ فَطٗوبَی  لَك  وَاِن کَانَ لاَِمرِ الدؔٗنيَا فَاَنَا لاَ اٗکَلِؔفٗ مَا لاَتَقدِر ٗعَليه
"Jika gundahmu untuk urusan akhirat, betapa beruntungnya kamu. Tapi jika gundahmu hanya untuk urusan dunia, ketahuilah sebagai istrimu aku tidak akan membebanimu sesuatu yang tidak kamu mampu".

"Suamiku cintaku, sayangku, manisku, bawalah daku kemanapun dikau hendak pergi. Dikaulah imamku selalu, baik suka maupun duka".

Byuuuur, dada nabi musa serasa sejuk. Tidak disangka istrinya akan setabah itu. Tiba-tiba, lampu paaadamdam. Tidak ada seorangpun tahu, apa yang selanjutnya dilakukan oleh dua insan yang lagi resah itu.

NABI MUSA, bapak NYEKER DUNIA

Pagi-pagi sekali nabi Musa berangkat ke Mesir ditemani istrinya tercinta. Besarnya cinta yang sama-sama memenuhi hati mereka, mampu menghilangkan rasa lelah akibat perjalanan jauh yang harus mereka lalui. Mereka terus berjalan menembus udara gurun yang panas.

Tak lama kemudian terjadilah badai gurun yang bagitu dahsyat. Cuaca menjadi gelap pekat. Nabi Musa kehilangan arah tidak tahu lagi bagaimana harus melanjutkan perjalanan. Dalam situasi yang teramat sangat bingung, Nabi Musa melihat sebersit nyala api di sebuah bukit kecil tak jauh dari tempat nabi Musa berada.
Ilustrasi sosok Nabi Musa, AS



Dengan setengah berlari Nabi Musa mendatangi tempat nyala api itu berada. Hatinya penuh harap akan mendapatkan penerang untuk melanjutkan perjalanan.

Sejurus kemudian, "Hai Musa akulah Tuhanmu". Suara itu begitu lembut tapi begitu menggema dan berwibawa. "Lepaskan kedua terompahmu (sandalmu) kamu sedang berada ditempat yang suci, yaitu TUWA".

Suara itu kembali menggemana, Begitu lembut dan berwibawa, serasa melumatkan seluruh persendiannya. Nabi Musa segera melepaskan kedua sandalnya lalu tersungkur dan sujud. Siap menerima Risalah Nubuwah. Sebagai seorang Nabi dan Rasul dengan gelar KALIMULLAH (orang yang bisa berkomonikasi langsung dengan Allah)
selengkapnya lihat QS. Thaha 9-35.

Dari sinilah mungkin Budaya NYEKER itu bermula. Wallahu a`lam.

PESANTREN dan BUDAYA NYEKER

Jika kita memasuki pesantren di manapun, baik yang masih berlabel Tradisional maupun yang sudah modern, tidak membutuhkan waktu lama untuk menemukan santri-santri yang suka Nyeker.

Tidak jarang pula kita jumpai seorang santri buru-buru melepas alas kaki (sepatu atau sandal ) hanya karena berpapasan dengan sang guru atau kiai.
Tujuannya tentu untuk mengagungkan ketinggian ilmu dan karomahnya.

Santri model ini kemana-mana nyeker. Ngaji nyeker, kemasjid nyeker, sekolah nyeker bahkan bermain sepak bolapun mereka Nyeker.

penyebabnya bisa macam-macam. Tidak selalu karena ketidak-adaan uang untuk membeli sepatu atau sandal. seringkali mereka memang sengaja untuk menamkan jiwa KESEDERHANAAN.

Sejak dini berusaha melepaskan diri dari jerat materi yang serengkali membuat orang lupa diri. Hanya dengan bertelanjang kaki pentranmisian ilmu pengetahuan tingkat tinggi mungkin bisa terjadi. Sebagaimana Nabi musa yang mampu menerima Risalah kenabian yang suci.

Karena itulah kenapa umat islam ketika shalat harus melepas alas kaki. Kalau alasannya sekedar faktor kesucian, bukankah sepatu dan sandal juga bisa kita buat sesuci mungkin. Kanapa tidak Shalat pakai sepatu buot saja atau pakai sepatu roda.

Alas kaki baik sepatu, sandal atau sejenisnya, adalah simbol-simbol kesombongan dan keangkuhan jasadi, terasa tidak layak tentunya apabila dipertontonkan di hadapan Ilahi.

Demikian pula dengan ilmu sebagai NURULLAH, tidaklah mungkin ilmu bisa kerasan bersemayam di hati dan pikiran orang-orang yang sombong.

العلم حرب للفتی المتعال کالسيل حرب للمکان العال
"Ilmu adalah musuh bagi orang-orang yang sombong, sebagaimana banjir yang memusuhi tempat-tempat yang tinggi".

Refli Nursalim salah seorang Bomber andalan TIMNAS U-19 memberikan kesaksian sebagaimana di relis oleh harian Kompas baru-baru ini,
"Saya awalnya bermain di SSB 2000 villa, ketika SMA saya masuk Pesantren. Latihan di Pesantren lapangannya kecil, berlantai tanah dan seringkali bermain NYEKER".

"Namun saya bangga, imbuhnya. Pesantren juga memiliki kans yang besar untuk melahirkan pesepak bola tangguh Nasional. Harapan saya para santri harus tetap semangat berlatih jangan gampang puas, dan jangan pula merasa dibatasi karena minimnya fasilitas".
Sandalnyapun selingkuh
Selanjutnya perhatikan tokoh-tokoh besar Nasional lainya. Seperti Gus Dur, Mahfud.MD, KH. Said Aqil Siroj, Emha Ainun Najib, mereka bukan hanya sekedar santri tapi juga memiliki Pesantren. Entah sudah berapa juta kali beliau-beliau itu nyeker bahkan sampai saat ini.

Walaupun sudah menjadi orang besar penampilan mereka tetap sederhana. Beliau juga lebih dewasa dan lebih pintar menyikapi keberagaman. Tidak seperti tokoh-tokoh ormas lain di rumah sebelah yang seringkali merasa kebakaran jenggot.

ahirnya saya hanya ingin berkata, saya bangga menjadi santri. biar sering nyeker tapi kami terampil, kami juga peduli. Ketimbang bersepatu berdasi tapi ngebulii.

Selamat Nyeker Nasional
Belajar terus, semangat terus
Sukses selalu untuk anda. Amin

Posting Komentar untuk "BOLEH NYEKER, ASAL TERAMPIL"