Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BELAJAR MENAKAR DIRI


Buah Tangan Terampil para Santri
Taman Bunga di pintu masuk Sabda Ria Nada

sabdarianada.co.id
- Siang itu Matahari begitu terik. Udara padang Pasir yang panas serasa membakar Tenggorokan. "Tolong ambilkan saya segelas air" pinta Kholifah Umar bin Khottab kepada salah seorang Pembantunya.


Sebelum air dihidangkan, tiba-tiba Kholifah mendengar seseorang membaca Surat Al Ahqaf ayat 20 :

ﻭَﻳَﻮْﻡَ ﻳُﻌْﺮَﺽُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﺃَﺫْﻫَﺒْﺘُﻢْ ﻃَﻴِّﺒَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺣَﻴَﺎﺗِﻜُﻢُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﺳْﺘَﻤْﺘَﻌْﺘُﻢْ ﺑِﻬَﺎ ﻓَﺎﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺗُﺠْﺰَﻭْﻥَ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟْﻬُﻮﻥِ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻔْﺴُﻘُﻮﻥَ
"Ingatlah pada hari (ketika) orang-orang Kafir dihadapkan ke Neraka (seraya dikatakan kepada mereka) "Kamu telah menghabiskan (Rizki) yang baik untuk kehidupan Duniamu, dan kamu sudah bersenang-senang (menikmatinya), maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran, dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah)" (Al Ahqaf:20)

"Maafkan saya, saya tidak jadi minum agar kenikmatan yang akan saya terima kelak di Akhirat tidak berkurang karenanya", ujar Kholifah menolak minum segelas air yang beliau pinta sendiri.

Terlepas benar tidaknya Riwayat di atas, tanpa ada maksud Suul Adab kepada tokoh besar sahabat Rasul, yang pasti sikap yang diperlihatkan Khalifah Umar bin Khottab dan juga oleh orang lain yang semisal, oleh Filosuf Ibnu Sina disebut sebagai sikap seorang PEDAGANG. Motifasi melakukan sesuatu entah itu tugas atau Ibadah semata-mata karena mengharapkan Imbalan yang besar dan menyenangkan.

Selain Mental PEDAGANG masih ada satu lagi yang menurut Ibnu Sina juga kurang terpuji, yaitu mental BURUH atau BUDAK. Dorongan melakukan sesuatu karena takut Atasan, Majikan atau bahkan Tuhan.

Praktek ibadah hanya karena takut siksa termasuk bagian dari kelompok ini. Orang yang melakukan Shalat, Puasa atau Ibadah lainnya, hanya karena takut ancaman siksa Neraka, pada dasarnya dia telah memperlihatkan Mental BUDAK dihadapan Tuhannya.
Akreditasi, Rajin karena diawasi
Baik yang pertama maupun yang kedua sama-sama melahirkan kepatuhan Palsu. Yang pertama berbuat karena mengharapkan Imbalan, yang kedua karena takut Hukuman. Apapun yang mereka lakukan hanya untuk kesenangan dan keselamatannya sendiri. Tidak pernah perfikir untuk kesenangan dan keselamatan orang lain.
Di tangan orang-orang yang bermental seperti ini, islam sebagai Rahmatan lil alamin tidak akan pernah menampakkan batang hidungnya. Bagaimana bisa berbuat, kalau belum-belum sudah bertanya, berapa besar keuntungan yang bisa didapat atau seberapa besar kerugian yang bisa ia hendari. 


Orang lain kadang lebih mengerti diri kita ketimbang
kita sendiri

Di dalam Al-qur`an kelompok ini disebut sebagai kelompok "HALUU`A" yaitu kelompok yang memiliki keluh kesah tingkat tinggi. Ciri-cirinya, sedikit saja ditimpa bencana berkeluh kesah kemana-mana, disebutnya satu persatu perestasi dan kebaikannya. Tapi giliran beruntung, sombong dan pelitnya minta ampun.

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥَ ﺧُﻠِﻖَ ﻫَﻠُﻮﻋًﺎ ‏( 19 ‏) ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺴَّﻪُ ﺍﻟﺸَّﺮُّ ﺟَﺰُﻭﻋًﺎ ‏( 20 ‏) ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻣَﺴَّﻪُ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮُ ﻣَﻨُﻮﻋًﺎ ‏( 21 ‏) ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﻤُﺼَﻠِّﻴﻦَ ‏( 22 ‏) ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺻَﻠَﺎﺗِﻬِﻢْ ﺩَﺍﺋِﻤُﻮﻥَ ‏( 23 
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang selalu setia menjaga Shalatnya". (Al Ma`arij 19-23)

Selain dua kelompok di atas, masih ada satu kelompok lagi yang dianggap paling baik, yaitu kelompok  "PARA PEJUANG". Kelompok ini melakukan sesuatu bukan atas dasar mengharapkan imbalan atau takut hukuman, melainkan atas dasar kesadaran semesta, bahwa Allah dan Alam Raya ini sudah sangat bermurah hati memberinya kesempatan hidup di Planet bumi yang indah ini. Karenanya dia akan terus melakukan apa saja yang dia bisa sebagai bentuk balas budi terhadap kemaha besaran Allah sang pencipta.

Kelompok pejuang ini akan terus berkarya tanpa perlu memikirkan imbalan baik atau akibat buruk yang mungkin dia terima. Mereka inilah PENCINTA SEJATI, yang selalu aktip memberi tanpa PAMRIH dan pasrah menerima tanpa RESAH.


Di bagian mana kita berada...?

Kalau ternyata diantara tiga kelompok itu kita belum juga punya tempat, Bapak Qurais Shihab menyarankan agar ditambah satu kelompok lagi, yaitu kelompok PARA ROBOT, yang selalu berkata SIAP PAK, tapi tidak pernah tahu esensi tugas dan tujuan hidupnya.
Semoga kita selalu dalam Bimbingan Allah, Amin

Teruntuk anakku
MOHAMMAD ROTIB JATI DIRI

Posting Komentar untuk "BELAJAR MENAKAR DIRI"