GURU JUGA MANUSIA
sabdarianada.co.id. Entah atas inisiatifnya sendiri atau sekedar digerakkan oleh keinginan sejumlah orang, delapan orang anak yang belum melewati masa kanak-kanak, berlagak tua seperti sudah punya anak. Pagi-pagi sekali mereka mengadukan prilaku guru Ajisaka yang mengajar Matematika, yang menurut mereka terlalu sering membuat luka.
"Kami akan membuat surat kaleng pak, agar guru Ajisaka dipecat tidak usah mengajar Matematika", salah seorang dari mereka angkat bicara. Tanpa perlu bertanya apa maksud pembicaraan anak tersebut, Ketua Yayasan yang baru saja tersadar dari mimpi paginya, terlihat hanya mengucek-ngucek kedua matanya, pertanda belum sadar betul dengan siapa dia bicara.
Pawai Ta'aruf Wisudawan-wisudawi RA. Sabda Ria Nada Jangan rebut kebahagiaan mereka oleh sikap kita yang sok Dewasa |
"Anak baru kelas IV MI, sudah berani melakukan intimidasi, ini juga prestasi, punya bakat jadi Polisi", gumamnya dalam hati. "Sodrun sudah lama tidak masuk kalau waktunya Matematika, takut katanya. Antok tadi dicubit sampai lebam lengannya, Ma'un dulu dicewer sampai crobek (bocor) telinganya. Bahkan tadi kami diberi tugas oleh Guru bahasa agar ke Perpustakaan, oleh pak Ajisaka di suruh lari kepesawahan".
Sampai di sini ketua Yayasan sedikit kaget. " Haah, disuruh lari kepesawahan..? untuk apa, siapa yang nyuruh..?", Pak Ajisaka pak, ndak tahu kenapa, jawab mereka kompak. Ma'un telinganya yang crobek mana..? sudah tidak ada Pak. Antok, tangannya yang lebam mana..? sudah hilang pak. Sodrun lama tidak masuk karena takut Matematika, siapa yang bilang..? Ibunya pak. Siapa yang mendengar atau melihat Ibunya Sodrun bicara begitu..? Mereka tolah-toleh, katanya pak, sahut mereka bersemangat.
Dengan meniru gaya dialog tokoh Sudawirat di dalam serial Angling Darma, Ketua yayasan menggeleng-gelengkan kepala dan telunjuknya. "Ooooooo, laporan antum-antum mulai tadi tidak berdasar. Sekarang jamannya bukti mas, pengaduan sekecil apapun harus didukung bukti dan saksi. Tuduhan kalian mulai tadi hanya illusi tidak terbukti".
Telinga Ma'un yang crobek tidak ada, Lengan Antok yang lebam juga bercanda, Sodrun tidak masuk takut Matematika juga hanya katanya. Sana pergi, kumpulkan bukti, kalau sudah punya bukti kembali lagi kesini". "Ia pak, ia pak, Assalamu alaikum". Bergantian mereka menjabat tangan ketua yayasan, kemudian keluar dengan bekas kecewa di muka mereka masih kuat terasa.
Sejurus kemudian ketika mereka semua menghilang, ketua yayasan mulai menggaruk-garuk kepala sambil sesekalinya dahinya mengkerut. "Pertanda apa lagi ini, anak seumuran itu sudah berani datang menantang perang, Jangan-jangan zaman yang diramalkan Nabi sudah mulai datang".
Banyaknya prilaku menyimpang dan menentang yang dilakukan banyak orang belakangan ini, membuktikan bahwa tanda-tanda zaman itu mulai terjadi. Sudah banyak para istri yang tidak betah lagi bersama suaminya. Banyak anak yang tidak hormat kepada orang tuanya. Dan tidak sedikit pula para murid yang sudah mulai gerah diajar guru-gurunya. Persoalannya sederhana, Para orang Tua, suami, guru sudah tidak dianggap lagi mampu membuat mereka bahagia.
Di lain pihak tidak sedikit pula para guru maupun orang tua melihat dan memperlakukan anak-anaknya dengan paradigma orang dewasa. Salah-salah membuat anak-anak itu bahagia, yang terjadi justru banyak guru dan orang tua telah membuat anak-anaknya terluka, merebut kebagiaan mereka karena sikap guru dan orang tua yang sok dewasa.
Memaksa anak-anak untuk selalu tertib seperti prajurit, adalah kedhaliman. Memperlakukan mereka seperti orang dewasa, dengan beban tugas yang berat tanpa syarat, adalah pengeniayaan. Dunia anak tidak bisa di pisahkan dengan gerak dan permainan.
Kelas ramai, perabotan kocar kacir, tugas sulit dikordiner, adalah sebuah keniscayaan. Toh mereka melakukan semua itu dengan hati. Bukan dorongan emosi atau rasa benci. Itu semua terjadi karena bimbingan naluri mereka yang masih ingin selalu dimengerti. Bagaimana bisa orang tua atau guru memaksa anak-anaknya mengerti, sementara banyak orang tua atau guru tidak memahami dan mengerti mereka..?
Jangan pernah menjadi tua kalau belum pernah menjadi anak-anak. Dan jangan merasa dewasa, kalau belum bisa bermain mesra bersama mereka, dan membuat anak-anak kita tertawa.
Sejak zaman dahulu anak-anak manusia sudah bermain. Sebagai bukti pada dinding-dinding kuil dan kuburan orang Mesir kuno ditemukan relief-relief yang menggambarkan anak-anak sedang bermain. (Lihat Agus Musthafa, Ekspedisi Sungai Nil)
Rasulullah juga sangat suka menemani anak-anak bermain. Tidak jarang beliau buru-buru menyelesaikan Shalatnya demi mendengar ada anak-anak menangis. Bahkan pernah Pula nabi berlama-lama sujud di dalam Shalat, hanya karena salah seorang cucunya menunggangi punggungnya dari belakang. Kalau Nabi saja bercanda Ria, kenapa kita sok dewasa, pakai muka serem seperti Rahwana Raja. Untuk Apa..?
Menghadapi persoalan pelik ini, Ketua Yayasan benar-benar merasa serba salah. Ahirnya dia hanya bisa mengeluh resah, Guru juga Manusia, bisa salah, bisa Lupa, Bisa pula JATUH CINTA.
"Heem hem hem, aku jatuh cintaaaaa......"
celetuk salah seorang guru yang masih perjaka
"Geeeer, siapa yang tanya, kenapa kau cerita", sambung yang lain.
Semoga Allah mengampuni kita Semua, Amin
Teruntuk saudaraku
Para guru dan para Pengabdi ILMU
Dengan meniru gaya dialog tokoh Sudawirat di dalam serial Angling Darma, Ketua yayasan menggeleng-gelengkan kepala dan telunjuknya. "Ooooooo, laporan antum-antum mulai tadi tidak berdasar. Sekarang jamannya bukti mas, pengaduan sekecil apapun harus didukung bukti dan saksi. Tuduhan kalian mulai tadi hanya illusi tidak terbukti".
Telinga Ma'un yang crobek tidak ada, Lengan Antok yang lebam juga bercanda, Sodrun tidak masuk takut Matematika juga hanya katanya. Sana pergi, kumpulkan bukti, kalau sudah punya bukti kembali lagi kesini". "Ia pak, ia pak, Assalamu alaikum". Bergantian mereka menjabat tangan ketua yayasan, kemudian keluar dengan bekas kecewa di muka mereka masih kuat terasa.
Sejurus kemudian ketika mereka semua menghilang, ketua yayasan mulai menggaruk-garuk kepala sambil sesekalinya dahinya mengkerut. "Pertanda apa lagi ini, anak seumuran itu sudah berani datang menantang perang, Jangan-jangan zaman yang diramalkan Nabi sudah mulai datang".
سيأتي على الناس زمان يكون هلاك الرجل على يد زوجته وأبويه وولده يعيرونه بالفقر ويكلفونه مالايطيق فيدخل المداخل التي يذهب فيها دينه فيهلك
"Akan datang atas manusia suatu zaman dimana kebianasaan seseorang berada ditangan istri-istrinya, orang tua dan anak-anaknya. Mereka dicaci maki karena dianggap tidak mampu lagi. Mereka dibebani sesuatu diluar batas mampu. Ahirnya mereka terjerumus kepada prilaku yang menyebabkan mereka binasa dan hilangnya Agama mereka". ( Syeh Syahrowardi, Dari Ibnu Mas'ud, di dalam kitab Awariful Ma'arif)
Banyaknya prilaku menyimpang dan menentang yang dilakukan banyak orang belakangan ini, membuktikan bahwa tanda-tanda zaman itu mulai terjadi. Sudah banyak para istri yang tidak betah lagi bersama suaminya. Banyak anak yang tidak hormat kepada orang tuanya. Dan tidak sedikit pula para murid yang sudah mulai gerah diajar guru-gurunya. Persoalannya sederhana, Para orang Tua, suami, guru sudah tidak dianggap lagi mampu membuat mereka bahagia.
Di lain pihak tidak sedikit pula para guru maupun orang tua melihat dan memperlakukan anak-anaknya dengan paradigma orang dewasa. Salah-salah membuat anak-anak itu bahagia, yang terjadi justru banyak guru dan orang tua telah membuat anak-anaknya terluka, merebut kebagiaan mereka karena sikap guru dan orang tua yang sok dewasa.
Memaksa anak-anak untuk selalu tertib seperti prajurit, adalah kedhaliman. Memperlakukan mereka seperti orang dewasa, dengan beban tugas yang berat tanpa syarat, adalah pengeniayaan. Dunia anak tidak bisa di pisahkan dengan gerak dan permainan.
Kelas ramai, perabotan kocar kacir, tugas sulit dikordiner, adalah sebuah keniscayaan. Toh mereka melakukan semua itu dengan hati. Bukan dorongan emosi atau rasa benci. Itu semua terjadi karena bimbingan naluri mereka yang masih ingin selalu dimengerti. Bagaimana bisa orang tua atau guru memaksa anak-anaknya mengerti, sementara banyak orang tua atau guru tidak memahami dan mengerti mereka..?
Jangan pernah menjadi tua kalau belum pernah menjadi anak-anak. Dan jangan merasa dewasa, kalau belum bisa bermain mesra bersama mereka, dan membuat anak-anak kita tertawa.
Sejak zaman dahulu anak-anak manusia sudah bermain. Sebagai bukti pada dinding-dinding kuil dan kuburan orang Mesir kuno ditemukan relief-relief yang menggambarkan anak-anak sedang bermain. (Lihat Agus Musthafa, Ekspedisi Sungai Nil)
Rasulullah juga sangat suka menemani anak-anak bermain. Tidak jarang beliau buru-buru menyelesaikan Shalatnya demi mendengar ada anak-anak menangis. Bahkan pernah Pula nabi berlama-lama sujud di dalam Shalat, hanya karena salah seorang cucunya menunggangi punggungnya dari belakang. Kalau Nabi saja bercanda Ria, kenapa kita sok dewasa, pakai muka serem seperti Rahwana Raja. Untuk Apa..?
Menghadapi persoalan pelik ini, Ketua Yayasan benar-benar merasa serba salah. Ahirnya dia hanya bisa mengeluh resah, Guru juga Manusia, bisa salah, bisa Lupa, Bisa pula JATUH CINTA.
"Heem hem hem, aku jatuh cintaaaaa......"
celetuk salah seorang guru yang masih perjaka
"Geeeer, siapa yang tanya, kenapa kau cerita", sambung yang lain.
Semoga Allah mengampuni kita Semua, Amin
Teruntuk saudaraku
Para guru dan para Pengabdi ILMU
Posting Komentar untuk "GURU JUGA MANUSIA"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...