Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGENANG IBU SEBAGAI MAHA GURU

sabdarianada.co.id. Seorang wanita paruh baya berjalan pelan dari utara. Kulitnya yang putih masih menyisakan guratan kecantikan walaupun sudah basah oleh keringat yang mulai bercucuran. Di kepalanya ada buntalan besar warna merah, demikian pula di tangannya yang kanan terlihat menjinjing buntalan yang sama entah apa isinya. 
Ekspresi Iwan Falsh Saat melantunkan Lagu Ibu
Dia mengayun langkah ribuan kaki, demi anaknya yang katanya nyantri, pada salah satu Pesantren  sebelah selatan   kampung tempat  dia tinggal. Sesekali dia berhenti untuk mengistirahatkan kakinya yang mulai kesemutan. Setengah bulan sekali ibu itu melakukan hal serupa. Entah sudah berapa puluh kali kakinya luka tersantuk batu di sepanjang jalan yang mulai tidak rata.

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, tepat di samping bangunan kecil terdengar suara riuh rendah santri putri bernyanyi-nyayi. Hari Minggu waktu para santri memanjakan diri. Istirahat penuh sepanjang hari. Bebas melakukan apa saja yang mereka sukai. Ada yang mencuci, ada yang bernyanyi-nyayi ada pula yang hanya berseleweran dekat gerbang sambil menunggu tamu datang.

Belakangan ini memang sudah banyak Pesantren yang mulai menyesuaikan kegiatannya dengan Kalender sekolah. Memilih meliburkan para santrinya di hari Minggu bukan Jum'at. Selain agar para santri  bisa memaksimalkan hari Jumat untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, bukan hanya tiduran, nyuci dan keluyuran, hari jumat juga dirasa terlalu sempit untuk kegiatan liburan. 

Para wali santri yang profesinya Pengawai atau karyawan  juga libur di hari Minggu. Pada saat libur itulah biasanya mereka menyempatkan diri mengunjungi putra-putrinya yang sedang nyantri. Jika hari minggu masuk, tentu kegiatan belajar para santri banyak diganggu oleh  keluarga yang datang bertandang.

"Ibu....., seorang santri umur belasan tahun menyambut kedatangan seorang perempuan yang baru saja datang. Kedatangan sang ibu rupanya mulai tadi pagi ditunggu. "ibu... ibu.... belikan baju. Farfum, sabun, bedak juga habis, masih punya hutang kekoprasi uang petis". Belum sempat sang ibu istrihat, sudah dihajar daftar tagihan yang harus segera diselesaikan.  

Dari dulu sikap anak-anak selalu begitu. kalau ada maunya tidak pernah bisa sabar menunggu. Merasa tidak perlu tau apakah orang tuanya mampu. Dan biasanya para orang Tua terutama ibu, selalu sabar mendengar rengek manja mereka yang menggebu-gebu. Melihat adegan itu, saya jadi merindukan  IBU, yang sudah lama pulang. Dengan menahan tangis, bibirku mulai bergerak melantunkan lagu IBU  milik Iwan falsh,

Ribuan kilo jalan yang kau tempuhLewati rintangan untuk aku anakmuIbuku sayang masih terus berjalanWalau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikanTak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmuSampai aku tertidur, bagai masa kecil duluLalu doa-doa baluri sekujur tubuhkuDengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikanTak mampu ku membalas...ibu...ibu
MENEMPATKAN IBU sebagai MAHA GURU
Di dalam Alqur'an IBU disebut dengan UMM,  berasal dari akar kata yang sama dengan kata IMAM (pemimpin) dan kata UMMAT (kelompok Masyarakat, organisasi, lembaga, atau Bangsa dan Negara)* yang artinya sesuatu yang dituju atau yang diteladani. 
Merujuk pada pengertian di atas, maka seorang ibu yang berfungsi sebagai UMM akan dapat melahirkan pemimpin-pemimpin teladan yang ahirnya dapat membina umat idaman atau meminjam bahasanya Cak Nor (sapaan Alm. Nor Kholis Madjid) Masyarakat Madani.** Sebaliknya jika seorang ibu tidak bisa memfungsikan dirinya sebagai UMM, maka umat akan hancur karena Pemimpin teladan tidak akan pernah terlahir.
Alqur'an cukup memberikan gambaran hasil ahir dari Kombinasi laki-laki dan perempuan dengan tipikal yang berbeda-beda. Pertama kombinasi Idaman, diperlihatkan oleh keluarga Nabi Ibrohim bersama kedua Istrinya Siti sarah dan Siti hajar, yang laki-laki teladan, perempuannya juga tauladan. Dari Siti Sarah melahirkan Nabi Ishak leluhur Bangsa Yahudi, dari Siti hajar melahirkan Nabi ismail leluhur Bangsa Arab yang kemudian melahirkan Nabi Muhammad, SAW.
Kedua Kombinasi Aman, diperlihatkan oleh keluarga Fir'aun dan Siti Asiyah. Laki-lakinya bajingan istrinya Teladan, mampu membesarkan seorang pemuda bernama Musa yang ahirnya menjadi nabi yang mampu mengahiri Tirani Fir'aun ditengah-tengah Masyarakat bani isroil. Ketiga Kombinasi salah jalan, Dicontohkan oleh keluarga Nabi Nuh dengan Istrinya Wali'ah. Suaminya Budiman sedang istrinya bajingan. Melahirkan seorang Pemuda Kafir bernama Kan'an.
Inilah rahasianya, kenapa Allah menempatkan kewajiban berbakti kepada orang tua, terutama ibu, berada pada urutan kedua setelah perintah berbakti kepada Allah dan rasulnya. Selain karena beban ibu yang sangat berat, mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkan, ibu juga dipersiapkan melahirkan Pemimpin-pemimpin besar  idaman jaman.
Untuk tugasnya ini Allah telah menganugerahkan kepada kaum Ibu struktur biologis dan ciri psikologis yang sangat berbeda dengan kaum papa. Dilembutkan gerak geriknya, dikuatkan kesabarannya, diluaskan kasih sayangnya dan dikabulkan doa-doannya. Peranan ibu di dalam mendidik genarasi bukanlah hal yang Mudah. Peran ini tidak bisa dianggap remeh, diabaikan atau digantikan oleh siapapun jua.
Mananggapi hal tersebut, sebagai anak kita dituntut kerja keras untuk membuat mereka bangga dan bahagia, dengan prestasi-prestasi Ubudiyah dan kerja sosial kita. Mencintai dan menghormatinya dengan sepenuh hati. Mendoakan dan melayani kebutuhannya, lebih-lebih ketika mereka memasuki usia senja.
Sungguhpun semua itu telah kita lakukan, kitapun tetap tidak akan pernah mampu membayar lunas, seteguk ASI yang pernah kita minum, setetes keringat yang pernah dicurahkan, dan sebaris nasehat yang pernah disampaikan, walaupun sampai kiamat datang.
Selamat jalan Ibu.....Maafkan anak-anakmu.
Teruntuk anakkuMELYNIA ROSYADA
*Quraish Shihab, Lentara Alqur'an 2006**Dawam Raharjo Dialog keterbukaan, tanpa tahun



Posting Komentar untuk "MENGENANG IBU SEBAGAI MAHA GURU"