Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MIMPI BERTEMU TUHAN

sabdarianada.co.id. Ada Riwayat mengejutkan yang dikutib oleh Syeh Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Almalibari, Wafat tahun 972 H dalam kitabnya IRSYADUL IBAB halaman 54. Riwayat ini bersumber dari salah seorang Sufi Besar bernama Syeh Imam Abdullah bin As'ad al Yafi'i Al Yamani, wafat pada tahun 768 H, perihal Imam Ahmad bin Hambal yang mengaku pernah mimpi bertemu Tuhan.
Masjid Abdurahman Hamzah di Sabda Ria Nada
Sumber Gambar : Basiyanto Alumni 2017
وحکی اليافع ان الامام احمد بن حنبل قال
رَئَيْتُ رَبِّ الْعِزَّةِ فِيْ مَناَمِيْ فَقُلْتُ يَا رَبِّ بِمَ تَققَرَّبَ
اِلَيْكَ الْمُتَقَرِّبُوْنَ قاَلَ بِکَلاَمِيْ فَقُلْتُ بِفَهْمِِ اَوْ بِغَيْرِ فَهْمِِ قَالَ بِفَهْمِِ وَبِغيْرِ فَهْمِِْ

Imam YAFI' bercerita bahwa, Syeh IMAM AHMAD BIN HANBAL pernah berkata : " saya pernah bermimpi ALLAH, dalam mimpiku itu saya bertanya : DUH TUHAN, DENGAN SARANA APA ORANG-ORANG YANG DEKAT DENGANMU itu mendekatkan diri padaMU? Allah menjwab, "DENGAN KALAMKU (Alqur'an)". Akupun kembali bertanya : "MEREKA MEMAHAMI ISINYA ATAU TIDAK ? ALLAH MENJAWAB, ADA YANG MEMAHAMI ISINYA ada pula YANG TIDAK. 

Membaca Riwayat ini Akal saya yang awam sangat tidak mampu mencerna, bahkan membayangkannyapun serasa tidak sanggup. Seorang manusia biasa bukan Nabi, mimpi bertemu Allah. Seperti apa kira-kira peristiwanya, dan dalam bentuk apa Allah menampakkan dirinya dalam mimpi tersebut. Apakah dalam bentuk suara (kalam) seperti yang dialami Nabi Musa di bukit Tursina, atau dalam bentuk cahaya (Nur) seperti yang dialami Nabi Ibrohim. Atau maaf, jangan-jangan Imam Ahmad bin Hambal tertipu, sebenarnya yang hadir dalam mimpinya bukan Allah, tapi kekuatan lain entah itu Jin dan sebangsanya yang mengaku-ngaku Allah.

Kendati sampai detik ini belum mengerti juga, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyakini kebenaran Riwayat ini. Apalagi setelah mencoba melacak perjalanan hidup tiga orang tokoh utama yang terlibat di dalam periwayan ini. Mulai dari Syeh Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Almalibari, Syeh imam Abdullah bin As'ad Al-yafi'i Al-Yamani, lebih-lebih Imam Ahmad bin Hambal sendiri. Sudah bukan rahasia lagi, ketiganya bukan hanya sekedar 'Allamah (orang yang sangat Alim), tapi juga  Shaleh, 'Abid, Arif, Zuhud, Wara' dan gelar-kelar keutamaan lainnya.

Syeh Zainuddin Almalibari lahir di daerah Malabar India selatan. Ayahnya bernama Syeh Abdul Aziz juga seorang Ulama' bersar pengarang Kitab Maslakul Adzkiya’ Syarah dari kitab  Hidayatul Adzkiya’. Kakeknya bernama Syeh Zainuddin bin Ali atau lebih dikenal dengan panggilan syeh Zainuddin Awwal. Kakeknya juga seorang Ulama' kenamaan. salah satu karyanya yang terkenal dalam bidang tasawuf adalah Hidayatul Adzkiya’.

Syeh Zainuddin Almalibari adalah murid dari seorang ulama' kenamaan Syeh Imam Ibnu Hajar al-Haitami, yang hafal ribuan Hadits dan menulis Ratusan karya monomintal. Syeh zainuddin Al_malibari sendiri juga aktif menulis, salah satunya yang banyak dipelajari di Pondok-pondok Pesantren sampai saat ini adalah dalam bidang Fiqih Fathul Mu'in dan Irsyadul Ibad.

Sebagai penulis profesional yang juga ulama' dengan keyakinan akan mempertanggung jawabkan tulisanya bukan hanya kepada publik, tapi juga kepada Allah, sangat tidak mungkin beliau sembarangan mengutib suatu riwat tanpa sebelumnya dilakukan penelitian dan perennungan yang mandalam. Apalagi Riwayat tersebut menyangkut hal yang sangat sensitip dan besar pengaruhya, yaitu Allah dan Alqur'an Kitab suci umat Islam. Salah satu sumber menyebutkan Syeh Zainuddin Al-Malibari dimakamkan  di pinggir kota Fannon, India, di samping Masjid Agung Fannnon.(1)

Sedangkan Imam Abdullah bin As'ad Al-Yafi'i atau yang lebih populer dengan sebutan Imam Yafi' (yang menyampaikan Riwayat di atas) adalah Sufi besar pengarang kitab  Rawdlar-Rayyâhîn. Salah satu ajarannya yang sangat terkenal adalah tentang Istawanya Allah pada Arsy. Pengertian Istawa menurut Imam Yafi' adalah istawâ yang bukan dalam pengertian bersemayam atau bertempat, juga bukan pula dalam pengertian gerak dan pindah. Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat serta tanpa terikat oleh waktu. 

Selain sebagi Ulama', tokoh sufi dan penulis, beliau juga banyak memberikan komintar-komintar kepada Kitab-kitab tasawuf yang disusun oleh ulama' lain, terutama tentang kehebatan kitab Ihya' ulumuddin karya Imam Al-Ghazali

Adapun Imam Ahmad bin Hambal selain dikenal sebagai ulama  Fiqih dan Hadits, beliau juga pendiri Mazhab Hambali. Lahir di Baghdad irak pada Tahun 164H/780M. Hafal Alqur'an di usia 10 Tahun. Pernah berguru kepada Imam Syafi'i. Kezuhudan dan keteguhannya membela Aqidah Ahlus Sunah waljama'ah telah membuatnya keluar masuk penjara pada masa khalifah Almakmun. 

Karena keteguhannya ini, sampai-sampai ada salah seorang ulama' berkata, Imam Ahmad bin Hambal adalah orang kedua yang menyelamatkan umat Islam dari kesesatan. Pertama Khalifah Abu Bakar Siddiq setelah rasulullah wafat. Kedua Imam Ahmad bin Hambal ketika faham Mu'tazilah berkuasa terutama tentang ketidak Qadiman Alqur'an.

Pemikiran Imam Ahmad bin Hambal terutama dalam bidang Aqidah banyak menginspirasi ulama'-ulama' besar lainya. Seperti Syeh Abdul Qadir al-Jailani, Ibnu Taimiyah, Ibnu al-Qayyim, Ibnu Katsir, dan Muhammad bin Abd al-Wahhab. Imam Abu Dawud mengatakan, “Majelis Imam Ahmad adalah majelis akhirat. Tidak pernah sedikit pun disebutkan perkara dunia di dalamnya. Dan aku sama sekali tidak pernah melihat Ahmad bin Hanbal menyebut perkara dunia.”

Setelah berusaha keras membela Aqidah yang benar, ahirnya Imam Ahmad bin Hambal tutup usia di Baghdad pada tahun 855 M. Banan bin Ahmad al-Qashbani yang menghadiri pemakaman Imam Ahmad bercerita, “Jumlah laki-laki yang mengantarkan jenazah Imam Ahmad berjumlah 800.000 orang dan 60.000 orang wanita .”(2)


Ilustrasi Sosok Imam Ahmad Bin Hambal RA
Tanpa perlu meneliti aspek-aspek ketuhanan yang bukan wilayah kita, saya kira sedikit gambaran perjalanan hidup ketiga tokoh tersebut sudah cukup syarat untuk meyakini kebenaran mimpi Imam Ahmad bin Hambal. Ada beberapa alasan yang bisa kita kemukakan di sini. 


Pertama, Ketokohan, keilmuan, ketakwaan, kezuhudan , kewaroan mereka sudah Masyhur kemana-mana. Karya besar mereka masih tetap jadikan rujukan hingga saaat ini. Sangat kecil kemungkinan mereka menjadi gegabah meriwayatkan sesuatu yang masih diragukan kebenarannya. 

Kedua,  Rasulullah bersabda, 
علماء امتي كا لانبياء بني اسرائيل
uLAM' UmatkU bagaikan Nabi Bani Isroil.

Jika Umat terdahulu seperti Nabi Ibrohim, Nabi Musa AS bisa berkomonikasi langsung dengan Allah dengan perantara tertentu, tidak menutup kemungkinan umat ini juga ada yang mampu melakukan hal yang sama walaupun hanya lewat mimpi.

Ketiga, materi yang disampaikan dalam Riwayat tersebut menyangkut hal yang sudah diakui oleh semua Nash dan semua kalangan. Keyakinan bahwa Alqur'an adalah jamuan Allah yang paling utama, tidak hanya menghadirkan petunjuk, tapi juga pahala kepada orang yang mengajarkannya, membacanya bahkan orang yang mendengarkannya, bukanlah hal baru. Cukup banyak hadis nabi yang membicarakan hal ini.

Sejak periode pertama, para sahabat tidak hanya mendengar setiap wahyu yang disampaikan Nabi, tapi juga menulis, menghafal dan mengajarkannya kepada orang lain. Teradisi seperti ini terus lestari hingga saat ini. Tidak sedikit umat islam yang mampu menghafalkan Alqur'an dan  menghatamkannya hanya dalam hitungan hari, terutama di bulan Ramadhan. Qatadah misalnya, beliau mampu menghatamkan Alqur'an setiap satu minggu sekali. Apabila masuk Bulan Ramadhan, beliau menghatamkan setiap tiga hari sekali. Memasuki sepuluh terahir menghatamkan setiap hari. 

Imam Malik Ahli Hadis penyusun Kitab Muwattha, kalau sudah datang bulan Ramadhan mengistirahatkan diri, tidak membaca hadis lagi lebih mengutamakan membaca Alqur'an. Demikian juga Imam Tsufyan Ats-Tsauri seorang Sufi ahli Ibadah, di bulan Ramadhan beliau menghentikan kegiatan Ibadah Sunat lainnya, lebih mengutamakan membaca Alqur'an. Bahkan Imam Mukhtar Panglima Perang Pasukan Libiya, mampu menghatamkan Alqur'an setiap minggu sekalipun dalam keadaan sedang berperang.(3)

Lalu bagaimana dengan kita, kapan akan kita mulai menjadikan Alqur'an sebagai bacaan utama..? Taruhlah kita tidak mampu meniru Sahabat Qatadah, paling tidak kita bisa hatam sebulan sekali. Kalau ini masih terasa berat juga, usahakan setiap 3 atau 6 bulan sekali. Kalau ternyata belum mampu juga, mudah-mudahan kita bisa setahun sekali, minimal setiap bulan Ramadhan.

Semakin sering kita membaca Alqur'an, hati kita akan semakin tenang, Ilmu kita semakin bertambah, pahala kita semakin berlipat dan hubungan kita dengan Allah bertambah dekat. Amin.

Teruntuk saudaraku
Para guru, santri dan para Alumni serta Anak-anakku Melynia Rasyada, Usman Haji Nashrullah, Mohammad Rotib Jati diri.
Sumber:

  1. Gus Taqi, Sejarah singkat Imam Zainuddin Al-Malibari, 2015
  2.  http://kisahmuslim.com/4362-perjalanan-hidup-imam-ahmad-bin-hanbal.html
  3. M. Rojaya, Quantum Ramadhan, 2010


1 komentar untuk "MIMPI BERTEMU TUHAN"