Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

OLAH RAGA, sudah tidak MENYEHATKAN LAGI

KH. ABDURAHMAN WAHID
sabdarianada.co.id. "Assalamu alaikum", terdengar suara siswa mengucapkan salam. Dari dalam ruangan yang tidak begitu luas, bapak kepala madrasah menjawab, "waalaikum salam, masuk ada apa..?". Dengan tergopoh Tiga orang siswa mendekat. "Mohon ijin ustad mau jenguk Tina sudah tiga hari tidak masuk, sakit". "Pelajaran apa sekarang..?" Kepala madrasah kembali bertanya. "Penjas Ustad".

Kejadian seperti ini tidak sulit kita jumpai diberbagai sekolah, utamanya madrasah. Pamanfaatan waktu pelajaran Penjas untuk kegiatan lain yang sebenarnya tidak berhubungan. Kalau dibilang salah sebenarnya juga tidak. Pendidikan dalam arti luas bisa meliputi apa saja yang memungkinkan siswa bisa berkembang, terutama ahlaqnya.

Rasa empeti terhadap teman sekelasnya yang sakit adalah salah satu hasil belajar yang juga patut mendapat acungan tidak hanya satu jepol, kalau perlu lima jempol, pertanda sangat hebat. Akan tetapi apabila dilihat dari sudut pandang pendidikan di sekolah, yang seharusnya terecana dan terintegrasi, ini yang memerlukan diskusi panjang untuk bilang boleh, kurang tepat atau salah.

Krisis Guru Penjas diberbagai sekolah utamanya Madrasah memang bukan hal baru. Penetapan guru pengampu pelajaran ini seringkali hanya berdasarkan pertimbangan siapa yang yang MAU bukan siapa yang MAMPU. 

TU sekolah merangkap  Guru Penjas, Penjaga sekolah adalah juga guru Penajas  di beberapa sekolah adalah hal yang biasa. Akibatnya kegiatan belajar menjadi tidak terarah. Anak-anak bermain sendiri semaunya tanpa pengawasan, tanpa tujuan yang penting bisa mengeluarkan keringat. 

Jika demikian kenyataannya, jangankan untuk mencari bibit-bibit Pebola yang baik, mencari siswa yang bisa berlari dengan benar saja susah. Apalagi untuk mengerti istilah-istilah yang rumit di dalam senam seperti misalnya  pemanasan, pembakaran, peregangan, pendinginan,  bisa mengerti Start dan Finish saja sudah sangat beruntung. 
Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Yang berbeda dengan mata pelajaran lain adalah alat atau media yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar.
Aneka gerak itupun bukan sembarangan, dirancang secara sadar oleh sang guru serta diberikan dalam situasi yang tepat, supaya dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan seluruh peserta didik. 

Jangan heran kalau belakangan ini pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita menjadi sangat lucu sekali. Ada yang tinggi badannya kurus. Ada juga gemuk badannya pendek. Ada yang usianya sudah tua kekanak-anakan atau sebaliknya, masih kelas 3 SD sekot mukanya seperti orang tua. Salah satunya karena mereka kurang mendapatkan rangsangan yang berfariasi.

Yang terlalu sering dirangsang dibagian kaki jadilah dia si kaki gajah. Yang kebanyakan rangsangan di bagian tangan, jadilah dia si tangan beton, atas besar bawah kecil seperti kecambah. Yang tidak pernah dicoba bermain dalam Tim, jadilah ia si pemalu, menyendiri pemurung diri, dan seterusnya.

Jangan kaget jika anak-anak kita menjadi sangat reaktip. Masuk kelas lari, di dalam kelas main sendiri, keluar istirahat lari, pelajaran berahir pulang lari. Penyebabnya sama, mereka kurang mendapatkan rangsangan yang berfariasi. Ada bagian-bagian tertentu dalam dirinya yang pertumbuhannya berlebihan, sementara bagian yang lain ketinggalan.



Terlalu sering membiarkan anak-anak melakukan gerakan-gerakan sendiri, bukan kebugaran dan tumbuh kembang positip yang didapati, malah cendera patah tulang, patah hati.

Tidak punya peralatan pak, sahut salah seorang guru dalam Rapat KKG. Tidak punya lapangan pak, imbuh guru yang lain. Benar adanya kebanyakan sekolah kita tidak memiliki peralatan olah raga. Kendati ada jumlahnya tidak mencukupi untuk seluruh siswa. 1O orang bermain sepak bola, 10 lainnya bermain voli, sementara sisanya bermain petak umpet  plus pacaran di belakang sekolah.

Guru Penjas yang cerdas tidak akan menyerah dengan ketidak-adaan, walaupun tidak harus selalu mengada-adakan. Guru Penjas Jaman Now akan berusaha mencari alternatif kegiatan  lain yang murah meriah dan memungkinkan siswa bisa menumbuh kembangkan beberapa potensi dirinya. Senam misalnya. Hanya dengan VCD Rp. 10.000, guru bisa mengajari berpuluh-puluh senam yang ada di Negeri ini. Apalagi sekarang jamannya WIFI guru bisa copat copot sana sini.Dengan iringan musik yang rancak memungkin seluruh siswa menyukainya.

Jika dalam satu semester anak-anak kita mampu menguasai satu jenis senam saja, ada berapa jenis senam yang bisa mereka kuasai ketika lulus nanti..? Sungguh tidak ada yang paling mengesankan dalam hidup ini, selain ketika kita mampu menguasai ketrampilan tertentu, walau itu hanya sebatas mampu menggerakkan SEPATU.

Singkatnya Penjas di Sekolah/Madrasah tidak harus melahirkan Pebola Tangguh atau Pebalap Ampuh. Cukup ajari anak-anak mengenal tubuhnya sendiri, cara merawat berikut pemanfaatannya sesuai tujuan penciptaannya.

Selamat berjuang
Semoga Allah selalu membimbing kita.Amin.

Teruntuk Anakku
MELYNIA RASYADA






Posting Komentar untuk "OLAH RAGA, sudah tidak MENYEHATKAN LAGI"