HISAB dan GELIAT PARA ALUMNI (Refleksi terhadap Kebesaran MADZAB SYAFI'I dan Pondok Pesantren SIDOGIRI
sabdarianada.- Ketika di sebut Madzah Syafi'i telinga kita sudah tidak asing lagi. Madzah ini menjadi mayoritas terutama di Indonesia dan di banyak negeri muslim lainnya di seluruh dunia.
Alumni jurusan Agama 2014 |
Tidak ada kesuksesan yang datangnya tiba-tiba, semuanya membutuhkan proses, kerja keras, pengorbanan tidak hanya dari yang bersangkutan tapi juga oleh orang-orang disekitarnya. Jika di tanya apa Rahasia kebesaran Madzah syafii..? Kenapa pemikiran Imam Syafii banyak di ikuti..?
Salah satu jawabannya, karena Imam Syafii banyak dikelilingi santri-santri dan Alumni yang produktif. Mereka secara sukarela menyebarkan dan mengembangkan pemikiran gurunya di berbagai daerah di mana mereka berada.
Di Mesir ada Imam Isma’il bin Yahya Al Muzanniy, lahir tahun 175 H dan meninggal tahun 254 H. Karya beliau yang terkenal adalah Mukhtashor Al Muzanniy yang dicetak sebagai catatan kaki dari kitab Al Umm.
Masih di Mesir, juga ada Imam Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al Buyuthiy. Beliau berasal dari daerah Buyuth di dataran tinggi Mesir. Murid senior Imam Syafi’i. Tidak jarang Imam Syafi’i menjadikan pendapatnya sebagai rujukan dalam berfatwa. Beliau juga memiliki Mukhtashor Al Buyuthiy yang keseluruhan berisi nukilan-nukilan pemikiran Imam Syafii.
Salah satu jawabannya, karena Imam Syafii banyak dikelilingi santri-santri dan Alumni yang produktif. Mereka secara sukarela menyebarkan dan mengembangkan pemikiran gurunya di berbagai daerah di mana mereka berada.
Di Mesir ada Imam Isma’il bin Yahya Al Muzanniy, lahir tahun 175 H dan meninggal tahun 254 H. Karya beliau yang terkenal adalah Mukhtashor Al Muzanniy yang dicetak sebagai catatan kaki dari kitab Al Umm.
Masih di Mesir, juga ada Imam Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al Buyuthiy. Beliau berasal dari daerah Buyuth di dataran tinggi Mesir. Murid senior Imam Syafi’i. Tidak jarang Imam Syafi’i menjadikan pendapatnya sebagai rujukan dalam berfatwa. Beliau juga memiliki Mukhtashor Al Buyuthiy yang keseluruhan berisi nukilan-nukilan pemikiran Imam Syafii.
Di Iraq ada Imam Ar Robi’ bin Sulaiman Al Marodiy, periwayat kitab Al Umm. Ia yang menyalin kitab Al Umm, saat Imam Syafi’i masih hidup. Ada Hasan bin Muhammad, lebih dikenal dengan Al Za’faroniy. Wafat tahun 260 H. Ada juga Imam Abu ‘Ali Al Husain bin ‘Ali, terkenal dengan Al Karobisiy, wafat tahun 264 H.
Ibarat sedang memancing, guru yang hebat tidak hanya memberikan ikan tapi juga kail. Keberhasilan Imam Syafii bukan hanya karena telah banyak melahirkan murid dan Alumni yang mampu meraih nama besar dengan berlindung di balik Pemikiran Imam Syafii yang cemerlang, tapi juga telah banyak melahirkan pemikir-pemikir baru yang juga cemerlang. Hal ini terjadi karena Imam Syafii tidak hanya menjejali ILMU tapi juga MANHAJ (metode berfikir).
Kita ambil contoh misalnya Imam Ahmad Bin Hambal (780-855M) yang mampu mengembangkan Metode berfikir baru lewat Madzab Hambali yang beliau dirikan. Tidak Jarang Imam Ahmad berselisih pandangan dalam hal-hal tertentu dengan Imam Syafii sebagai gurunya. Namun hubungan keduanya tetap hangat. Tidak sedikitpun penghormatan Imam Ahmad berkurang kepada Imam Syafii walaupun hidup di dalam komonitas pemikiran yang berbeda, begitu juga sebaliknya.
Ibarat sedang memancing, guru yang hebat tidak hanya memberikan ikan tapi juga kail. Keberhasilan Imam Syafii bukan hanya karena telah banyak melahirkan murid dan Alumni yang mampu meraih nama besar dengan berlindung di balik Pemikiran Imam Syafii yang cemerlang, tapi juga telah banyak melahirkan pemikir-pemikir baru yang juga cemerlang. Hal ini terjadi karena Imam Syafii tidak hanya menjejali ILMU tapi juga MANHAJ (metode berfikir).
Kita ambil contoh misalnya Imam Ahmad Bin Hambal (780-855M) yang mampu mengembangkan Metode berfikir baru lewat Madzab Hambali yang beliau dirikan. Tidak Jarang Imam Ahmad berselisih pandangan dalam hal-hal tertentu dengan Imam Syafii sebagai gurunya. Namun hubungan keduanya tetap hangat. Tidak sedikitpun penghormatan Imam Ahmad berkurang kepada Imam Syafii walaupun hidup di dalam komonitas pemikiran yang berbeda, begitu juga sebaliknya.
Berkata Ahmad bin Al Laits: “Aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata: “Aku akan mendo’akan Imam Syafi’i dalam shalatku selama 40 tahun. Aku berdoa: ”Ya Allah, ampunilah diriku dan orang tuaku, jugsa guruku Muhammad bin Idris Asyafi’i.”
“Ia laksana matahari bagi bumi, dan kesehatan bagi badan. Adakah yang bisa menggantikan keduanya..?" Begitulah Imam Ahmad bin Hambal memberikan sanjungan kepada gurunya Imam Syafii.
HISAB dan GELIAT PARA ALUMNI
Nama HISAB pada mulanya digunakan untuk menyebut Himpunan Santri dan Alumni Badridduja untuk Wilayah Besuki. Pencetus Nama tersebut saya sendiri ketika masih Aktif sebagai Santri sekitar Tahun 1991, dengan Ketua pertama Ustad Tsauri Sufyan. Pada masa itu setiap Daerah memiliki Nama sendiri-sendiri, IKSAPA untuk Wilayah Paiton, IKSAKAB untuk wilayah Probolinggo dan IKSAMA untuk Wilayah Madura.
Ketika Dr. KH. Mukhlisin Sa'ad menjabat sebagai Kepala Pondok Pesantren Badridduja, nama Organisasi Santri dan Alumni di berbagai daerah diseragamkan menjadi HASBI, sekarang lebih dikenal dengan HASB (Himpunan Alumni dan Santri Badridduja) sehingga nama HISAB tidak lagi digunakan.
Maka dengan semangat المحافظة على القديم الصالح والأخد بالجديد الأصلاح (memelihara Tradisi lama yang masih baik serta mengagas Tradisi baru yang lebih baik), dan tanpa ada maksud memplagiatkan nama Lembaga lain yang sudah pernah ada, kemudian nama HISAB saya gunakan untuk menyebut Himpunan Santri dan Alumni Sabda Ria Nada, ketika dua Tahun yang lalu melalui Sudaryanti dan kawan-kawan, sebagian Alumni berkeinginan menyatu dalam wadah Silaturahim antara Lembaga, Santri dan para Alumni.
Melihat usia Sabda Ria Nada yang baru melewati masa Baligh, jumlah para Alumni memang belum seberapa, tapi juga tidak terlalu sedikit untuk memunculkan ide-ide kreatif. Jika diambil rata-rata pertahun meluluskan 30 orang, maka hingga Tahun ini sudah ada sekitar 240 Alumni yang tersebar di beberapa daerah di Sumbermalang dan sebagian juga sudah menyelesaikan Pendidikan Tinggi.
Sejarah kemajuan atas nama apapun di berbagai belahan bumi, selalu dimulai dari usaha kecil dan sederhana yang kemudian menjadi besar karena semangat dan kerja keras para pengelolanya.
BMT-UGT Sidogiri yang bergerak dalam bidang koperasi pada mulanya hanya digagas oleh 17 Alumni pada tahun 2000-an yang dipinpin oleh KH.Mahmud Ali Zain. Dari kerja keras 17 orang ini terkumpul modal awal 128 juta yang dikumpulkan dari para Alumni yang bisa terjangkau. Apa yang terjadi 17 Tahun berikutnya..?
Ahir Tahun 2017 lembaga ini sudah memiliki 287 cabang di seluruh Indonesia, mempekerjakan tidak kurang dari 2000 orang dengan gaji rata-rata di atas 4 juta perbulan. Laporan tutup buku Ahir 2017 kemaren ditemukan pendapatan bersih sebesar 300 Milyar lebih. Dari laba tersebut di donasikan untuk dana sosial pesantren 3,7M, Zakat 4M, Operasional Alumni 2,7M dan Santunan Anak Yatim (LAZ) sebesar 3M[1].
Tidak perlu berkhayal menjadi besar seperti Madzah Syafi'i atau Pondok Pesantren Sidogiri yang memang sudah tidak terkejar lagi. Tapi paling tidak kesadaran untuk bersama-sama harus segera ada. Kemudian membangun Usaha bersama-sama, Maju bersama-sama, Sejahtera bersama-sama, ahirnya masuk Surga pun bersama-sama.
Sudah lahirkah Imam Muzanni, Al Buyuthi, Al Za'roni, Al Marody, Ahmad bin Hambal di Sabda Ria Nada..? atau sosok KH. Mahmud Ali Zain dari Sidogiri..?
Mimpi memang tetaplah mimpi, tapi berhenti bermimpi sama halnya bunuh diri. Selamat bermimpi
Semoga Allah membimbing kita semua, Amin
Teruntuk semua santri dan Para Alumni
Sumber :
“Ia laksana matahari bagi bumi, dan kesehatan bagi badan. Adakah yang bisa menggantikan keduanya..?" Begitulah Imam Ahmad bin Hambal memberikan sanjungan kepada gurunya Imam Syafii.
HISAB dan GELIAT PARA ALUMNI
Nama HISAB pada mulanya digunakan untuk menyebut Himpunan Santri dan Alumni Badridduja untuk Wilayah Besuki. Pencetus Nama tersebut saya sendiri ketika masih Aktif sebagai Santri sekitar Tahun 1991, dengan Ketua pertama Ustad Tsauri Sufyan. Pada masa itu setiap Daerah memiliki Nama sendiri-sendiri, IKSAPA untuk Wilayah Paiton, IKSAKAB untuk wilayah Probolinggo dan IKSAMA untuk Wilayah Madura.
Ketika Dr. KH. Mukhlisin Sa'ad menjabat sebagai Kepala Pondok Pesantren Badridduja, nama Organisasi Santri dan Alumni di berbagai daerah diseragamkan menjadi HASBI, sekarang lebih dikenal dengan HASB (Himpunan Alumni dan Santri Badridduja) sehingga nama HISAB tidak lagi digunakan.
Maka dengan semangat المحافظة على القديم الصالح والأخد بالجديد الأصلاح (memelihara Tradisi lama yang masih baik serta mengagas Tradisi baru yang lebih baik), dan tanpa ada maksud memplagiatkan nama Lembaga lain yang sudah pernah ada, kemudian nama HISAB saya gunakan untuk menyebut Himpunan Santri dan Alumni Sabda Ria Nada, ketika dua Tahun yang lalu melalui Sudaryanti dan kawan-kawan, sebagian Alumni berkeinginan menyatu dalam wadah Silaturahim antara Lembaga, Santri dan para Alumni.
Melihat usia Sabda Ria Nada yang baru melewati masa Baligh, jumlah para Alumni memang belum seberapa, tapi juga tidak terlalu sedikit untuk memunculkan ide-ide kreatif. Jika diambil rata-rata pertahun meluluskan 30 orang, maka hingga Tahun ini sudah ada sekitar 240 Alumni yang tersebar di beberapa daerah di Sumbermalang dan sebagian juga sudah menyelesaikan Pendidikan Tinggi.
Alm. Bpk Sunarto Oktavianos bersama Alumni Jurusan IPA 2014 |
BMT-UGT Sidogiri yang bergerak dalam bidang koperasi pada mulanya hanya digagas oleh 17 Alumni pada tahun 2000-an yang dipinpin oleh KH.Mahmud Ali Zain. Dari kerja keras 17 orang ini terkumpul modal awal 128 juta yang dikumpulkan dari para Alumni yang bisa terjangkau. Apa yang terjadi 17 Tahun berikutnya..?
Ahir Tahun 2017 lembaga ini sudah memiliki 287 cabang di seluruh Indonesia, mempekerjakan tidak kurang dari 2000 orang dengan gaji rata-rata di atas 4 juta perbulan. Laporan tutup buku Ahir 2017 kemaren ditemukan pendapatan bersih sebesar 300 Milyar lebih. Dari laba tersebut di donasikan untuk dana sosial pesantren 3,7M, Zakat 4M, Operasional Alumni 2,7M dan Santunan Anak Yatim (LAZ) sebesar 3M[1].
Tidak perlu berkhayal menjadi besar seperti Madzah Syafi'i atau Pondok Pesantren Sidogiri yang memang sudah tidak terkejar lagi. Tapi paling tidak kesadaran untuk bersama-sama harus segera ada. Kemudian membangun Usaha bersama-sama, Maju bersama-sama, Sejahtera bersama-sama, ahirnya masuk Surga pun bersama-sama.
Sudah lahirkah Imam Muzanni, Al Buyuthi, Al Za'roni, Al Marody, Ahmad bin Hambal di Sabda Ria Nada..? atau sosok KH. Mahmud Ali Zain dari Sidogiri..?
Mimpi memang tetaplah mimpi, tapi berhenti bermimpi sama halnya bunuh diri. Selamat bermimpi
Semoga Allah membimbing kita semua, Amin
Teruntuk semua santri dan Para Alumni
Sumber :
- Wawancara dengan Ustad Luthfi, SE Karyawan BMT-UGT Besuki, Jum'at 19 April 2018
- Mohammad Jawwad Al Mughniyah, Fiqih 5 Madzab
Posting Komentar untuk "HISAB dan GELIAT PARA ALUMNI (Refleksi terhadap Kebesaran MADZAB SYAFI'I dan Pondok Pesantren SIDOGIRI"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...