Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEBENARAN TIDAK SELALU TERLIHAT BENAR

sabdarianada.co.id. - Ketika Imam Syafi'i datang bertandang ke rumah Imam Ahmad selaku muridnya, prilaku Sang Imam selama di rumah tersebut tidak luput jadi sasaran salah duga, terutama oleh putri Imam Ahmad sendiri yang pada waktu itu masih muda. Begitulah, pengamatan MATA dunia hasilnya selalu tidak sempurna, kata Bang Haji Rhoma Irama. Sesuatu yang tampak benar dalam kacamata tertentu, bisa terlihat sebaliknya apabila sudut pandang dan kacamata yang digunakan juga berbeda. Akan Lebih parah lagi jika yang melakukan pengamatan memiliki muatan kebencian, adoh...!! Hasilnya akan tambah kemana-mana.

Disinilah kita dituntut selalu khusnuddzon di dalam menyikapi berbagai rialita. Salah-salah kita menjadi apriori, keburu menilai sesuatu hitam, abu-abu atau apa saja sebelum semuanya menjadi jelas tanpa ragu.

Tidak diragukan, penghormatan Imam Ahmad kepada Imam Syafi'i adalah sebaik-baik penghormatan seorang murid kepada gurunya. Imam Ahmad mengaku 40 tahun mendoakan Imam Syafi'i di sela-sela Shalatnya. Bahkan Imam Ahmad juga meminta anaknya dan murid-muridnya juga ikut mendoakan Imam Syafi'i.

Kekaguman Imam Ahmad terhadap sosok Imam Syafi'i membuatnya selalu menceritakan ketaqwaan, kezuhudan, kecerdasan dan kedalaman Ilmu sang guru, baik ketika sedang mengajar murid-muridnya maupun ketika bincang santai bersama anak-anaknya.

Berita ketokohan dan kemasyhuran Imam Syafi'i yang selalu diceritakan oleh Imam Ahmad di dalam berbagai situasi, pada ahirnya membuat salah seorang putrinya yang cantik dan Shalihah sangat berkeinginan melihat dan bertemu langsung dengan Imam Syafi'i. Di undanglah Imam Syafi'i kerumah Imam Ahmad dalam acara jamuan makan malam. Tidak lupa disiapkan pula Aneka masakan yang lezat-lezat serta kamar khusus untuk menyambut sang guru datang.

Waktu yang ditunggu-tunggu pun datang. Sesudah Shalat Isya' Imam Syafi'i benar-benar datang memenuhi undangan. Guru dan murid ini berpelukan penuh kasih sayang. Sejurus kemudian keduanya terlihat akrab menghadapi meja makan. Betapa bahagianya hati Imam Ahmad, Imam Syafi'i terlihat tenang sangat menikmati sekali hidangan masakan putrinya tersayang.

Setelah dirasa cukup berbincang ringan, Imam Syafi'i pamit memasuki kamar yang telah disediakan, istirahat merebahkan badan. Sementara di kamar yang lain Putri Imam Ahmad dengan teliti memperhatikan gerak gerik Imam Syafi'i dari kejauhan. Ketika Azan Subuh berkumandang, Imam Syafi'i keluar menuju Masjid, Imam Ahmad mengiringi di belakang.

Imam Ahmad mempersilahkan Imam Syafi'i menjadi Imam Shalat Subuh. Imam Syafi'i menolak. "Penduduk di sini lebih mengenal kamu, mereka akan lebih tenang dan khusyu' jika kamu yang menjadi Imam", kata Imam Syafi'i menjelasksn. Sesudah Shalat Subuh keduanya tetap duduk tenggelam dalam  I'tikaf hingga waktu Dhuha datang.

Selesai Shalat Dhuha keduanya kembali pulang. Seperti malam sebelumnya, Imam Syafi'i langsung menuju kamar merebahkan badan di pembaringan. Pada saat itulah putri Imam Ahmad melaporkan hasil pengamatannya yang bernada protes menunjukkan ketidakpuasan.

"Ayah, benarkah orang itu Imam Syafi'i yang sering Ayah ceritakan?".
"Iya benar, memangnya ada masalah apa putriku..?"
"Jika benar orang itu adalah Imam Syafi'i, ada tiga catatan dariku yang seluruhnya merupakan Aib dan tidak sepantasnya melekat pada diri seorang Imam besar sekalas Imam Syafi'i.

Pertama, dia makannya banyak seperti Unta betina yang baru punya anak. Kedua, semalaman dia tidur, sama sekali tidak terlihat bangun melakukan Shalat malam yang sangat dianjurkan. Ketiga, begitu bangun dia langsung menuju Masjid untuk Shalat Subuh, tanpa mengambil Wadhu' terlebih dahulu. Berarti Imam Syafi'i Shalat tanpa Wudhu'.

Mendengar gurunya di eksekusi oleh putrinya sendiri, Imam Ahmad hanya bisa diam seperti tidak mengerti. Dalam hal ini Imam Ahmad merasa sangat perlu berhati-hati. Imam Ahmad tidak ingin menduga-duga apalagi berburuk sangka sebelum semuanya jelas dan terbukti. Sungguhpun demikian Imam Ahmad juga tidak ingin gurunya terlihat cacat oleh siapapun, termasuk oleh putrinya sendiri.

Pada saat itu juga Imam Ahmad menemui Imam Syafi'i untuk klarifikasi. Dengan tersenyum ramah Imam Syafi'i menjelaskan. "Ahmad, memang benar saya makan sangat banyak dan lahab sekali, tapi bukan berarti saya rakus. Saya lakukan itu karena saya yakin, hidangan yang kamu suguhkan Halal adanya. Saya pun tahu, engkau adalah orang yang sangat dermawan. Ketahuilah olehmu duhai Ahmad, makanan yang halal akan mendatangkan banyak keberkahan. Sedangkan makanan yang diberikan oleh orang yang dermawan adalah obat. Karena alasan inilah kenapa dirumahmu saya makan lahab sekali, saya berharap beroleh banyak keberkahan dan pengobatan dari makanan yang kamu suguhkan.

Benar semalam saya tidak sempat Shalat malam.Begitu kepala saya rebahkan dikamar yang kamu siapkan, saya merasa Kitabullah dan Sunnah Rasulullah sedang digelar di depan mataku. Aku telaah satu persatu hingga waktu Shalat malamku berlalu. Usahaku tidak sia-sia, ketika Subuh tiba aku mampu memecahkan 72 persoalan Fiqih yang sangat dibutuhkan oleh seluruh Umat Islam.

Makanya ketika waktu Shalat tiba, saya merasa tidak perlu berwudhu' juga. Semalam mata saya belum sempat terpejam walau sekejab saja. Saya masih tetap suci mulai pertama datang kesini hingga detik ini".

Ah Kebenaran tidak selalu terlihat BENAR kendati yang melihat adalah orang yang sedang mencari kebenaran. Akan seperti apa jadinya jika yang berusaha melihat adalah orang-orang yang anti kebenaran..?, desah Imam Ahmad tertunduk Hormat.

Semoga Allah membimbing kita semua, Amin


Sumber : Syeh maulana Muhammad Zakariya, Kitab Fadhailul A'mal 

Posting Komentar untuk "KEBENARAN TIDAK SELALU TERLIHAT BENAR"