Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PESERTA UNBK MASUK PENJARA

sabdarianada.co.id. Sebutan bahwa Pesantren adalah PENJARA SUCI sudah sangat lumrah di telinga para Santri.Siapapun yang masuk Pesantren tanpa terkecuali Anaknya Kiyai, Konklomerat atau pejabat semua akan mendapatkan perlakuan yang sama. Mereka semua akan diisolasi dari dunia luar dan pengaruh buruk pergaulan bebas.Tidak boleh keluar masuk seenaknya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari pengurus Pesantren. Tidak boleh juga pulang sembarangan selain pada hari-hari libur yang telah ditetapkan.
Menjalani Masa Karantina Selama UNBK
Perlahan tapi pasti mereka dituntut mengurus dan menyediakan semua keperluaannya sendiri. Mencuci baju sendiri, menyiapkan makan sendiri, mengatur belanja sendiri, hingga ahirnya benar-benar menjadi Pribadi mandiri yang siap menjalani hidup dalam berbagai Situasi. Watak dan prilaku mereka dibentuk sedemikian rupa, diisi ilmu pengetahuan dan Agama, dilatih tatakrama dan sopan dsantun, baik kepada orang Tuanya, gurunya dan kepada masyarakatnya. 

Sungguhpun demikian tidak berarti semua yang ada di Pesantren adalah orang-orang yang baik dan Alim. Benar kata pepatah, setiap rimba pasti ada singanya. Demikian pula dalam kehidupan Pesantren, Walaupun usaha pembentukan watak dan prilaku santri sudah dilakukan sedemikian rupa, masih ada juga satu-dua santri yang tetap blagu. Tetap setia dengan gaya hidupnya dimasa lalu.  ingin selalu hidup bebas, keluar masuk pesantren semaunya, pulang seenaknya, waktu ngaji keluyuran, tidak mengindahkan lagi Tata Krama dan Peraturan. 

Menghadapi  santri yang modelnya seperti ini, Tugas Pesantren menjadi bertambah, tidak sekedar menjadi Penjara tapi juga Bengkel, tempat para orang tua memperbaiki kenakalan anak-anaknya, yang sekiranya mereka sendiri sudah kehabisan akal untuk menasehatinya. Kalau sudah demikian, maka masuk Pesantren sebenarnya bukanlah pilihan, tapi sekedar keterpaksaan karena merasa sudah tidak ada tempat lain atau cara lain yang dianggap lebih menyelamatkan. 
Ini juga dikarantina, tapi masih sempat main Ular Tangga

Benar ADANYA Pesantren juga laksanakan Lautan. Baik buruk berkumpul saling bertautan. Hanya Kearifan dan kesabaran Para pengasuh, para kiyai dan para guru yang akan mampu mengurai semunya. Pantaslah jika Imam Ali Karramallahu Wajhah berkata :
ْلَيْسَ الْعَاقِلُ مَنْ يَخْتَرَ الْخَيْرَ وَالشَّرَّ بَلِ الْعَاقِلُ مَن ِيَخْتَرَ الْخَيْرَ بَيْنَ الشَّرَّيْن
Bukanlah orang pintar, jika hanya mampu membedakan ini baik dan ini buruk. Orang pintar yang sesungguhnya adalah mereka yang mampu mencari sisa-sisa kebaikan diantara bergumulnya aneka ragam kejelekan.

PESERTA UNBK MASUK PENJARA

Sejak Ahad Sore 8 April 2018 Peserta UNBK MA. Sabda Ria Nada mulai berdatangan. Layaknya orang yang mau mondok, kedatangan mereka juga ada yang diantar beberapa orang keluarga. Ada yang mengendarai sepeda, ada pula yang berjalan di atas dua roda (jalan kaki). Gaya  merekapun beraneka warna, ada yang menggendong Rangsel seperti pelancong  mencari nasi pecel, juga ada yang hanya berlenggang kangkong, sambil nenteng kresek berisi tahu lontong. sesekali terdengar gelak tawa mereka seperti bahagia, walaupun sebenarnya kepala mereka terasa berat dengan tugas-tugas sekolah yang belum purna.

Selama UNBK berlangsung seluruh Peserta diwajibkan bermalam di Asrama. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Pesantren terintegrasi dengan santri lain yang menetap. Mereka juga ikut mengaji, Shalat berjemaah, Shalat malam dan Shalat Dhuha. Selain itu mereka juga akan mendapatkan tambahan pendalaman Materi UN di sore dan di malam hari, di dampingi langsung oleh guru yang bersangkutan dan TIM yang dibentuk oleh Madrasah. Tradisi seperti ini sudah berlangsung semenjak tahun 2008 sembilan tahun yang lalu. Berlaku untuk semua jenjang, mulai dari MI, MTs, MA dan juga SMK. 

Usaha ini dimaksudkan agar seluruh siswa bisa lebih fokus belajar, tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan di luar. Selain itu kesempatan bermalam di Pesantren selama UN berlangsung, agar benar-benar dimanfaatkan untuk melakukan Muhasabah diri, menyadari semua kesalahan selama menjadi siswa, sehingga lulus nanti semuanya menjadi Khusnul Khatimah, tidak ada lagi luka dan noda, baik kepada guru, sekolah, lebih-lebih kepada kedua orang tua. Untuk tahun ini UNBK di MA. Sabda Ria Nada diikuti oleh 51 orang siswa. 28 peserta calon Papa, sementara sisanya 23 orang calon mama.

"Assalamu alaikum wr.wb", salah seorang guru pendamping memberikan pengarahan. "Adik-adiku semua, usahakan selama empat hari di sini adik-adik benar-benar menjadi Santri. Siang dan malam harus ikut mengaji, jangan keluar masuk seperti hantu baru jadi. Ikuti semua Peraturan yang berlaku. Belajar hidup bersama-sama jangan saling mengganggu. Teman-temanya yang kesulitan tolong dibantu. Harus berlajar irit tapi jangan terlalu pelit. Sadari semua yang kita punya hakekatnya hanyalah titipan. kesehatan kita, pengetahuan kita, harta benda kita semuanya Allah yang punya, kita hanya dititipi saja. Semua itu Allah berikan bukan hanya untuk kebahagiaan kita pribadi, tapi juga ada hak orang lain yang harus kita bagi. Karena itu belajarlah berbagi. Adik-adik mengerti..?" "Mengerti paaak", jawab siswa serentak. 

Kalau adik-adik sudah mengerti, mari kita mulai mengaji. Saya doakan , lulus nanti yang laki-laki semua jadi kiyai, yang perempuan menjadi ibu Nyai, " Amiiiiiiiinn ya Allah sahut siswa bersemangat. Salah seorang pengurus pesantren yang juga ikut dalam pertemuan tersebut bergumam dalam hati, " Mondok empat hari, pulang ingin jadi Kiyai, mana bisa begini, enaknya kamu ini", grutunya dalam hati.

Memasuki malam kedua, suasana mulai beda. Sudah ada satu-dua siswa yang mulai berani bertingkah pola. Lewat tengah malam, "Buuuk" terdengar suara benda keras terjatuh dari atas.  Salah seorang petugas jaga yang mulai tadi sore siaga, segera keluar mendatangi sumber suara. Benar saja, ada dua orang siswa yang mengusik ketenangan buah pepaya yang mulai tua di depan Kantor MA. "Hai kamu, ngapain di situ, nyolong  kates ya..!!" Ti..tii tidak pak, kami tidak mencuri. Kami tadi sudah pamit pada yang punya. " Pamit sama siapa, sergah petugas jaga sedikit wibawa. "kepada ALLAH pak yang memiliki dan menguasai semua benda". Seperti yang Ustad sampaikan kemaren malam, semua yang ada hakekatnya hanyalah titipan, semuanya Allah yang punya. Dan itu sudah kami amalkan sesuai yang ustad inginkan".

Merasa dipermainkan, petugas jaga mulai mengambil pegangan. Sebilah gagang sapu siap di tangan, dan... plak..plak.. plak.. mendarat telak di betis kedua santri yang menjadi buronan. Ampun pak... ampun pak.... kenapa bapak memukul betis saya, sakit dong paaaak.."Saya tidak memukul betismu, Saya memukul betis Allah yang dititpkan padamu. Tadi saya sudah pamit pada yang  punya", jawab petugas jaga mantab. Plak... plak.... Ampun paaakkk, dua orang santri itu lari berhamburan, masuk kamar lalu menghilang. 

Weleh-weleh, alumni Pesantren empat hari, pulang ingin menjadi Kiyai.

Selamat berjuang anak-anakku
Semoga semakin jaya, semakin mulia di hadapan Allah dan Manusia, Amin.

Teruntuk semuanya
yang masih Suka membaca

Keseluruhan cerita ini fiksi hanya untuk menghibur diri












Posting Komentar untuk "PESERTA UNBK MASUK PENJARA"