Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SABRINA AL BANJARI BELAJAR BERKOMPETISI

Sabdarianada. Co.id. Lomba Cipta Lagu yang digagas oleh Dewan Kesenian Situbondo (DKS) rupanya cukup ampuh membangkitkan Naluri bersaing anak-anak Sabrina Albanjari. Dengan persiapan dan peralatan seadanya Kelompok kecil yang bernaung di bawah Yayasan Sabda Ria Nada ini resmi mendaftarkan diri pada Ajang Kesenian Situbondo tersebut. Proses Pendaftaran dan Pengiriman Materi lagu diurus oleh Manager Sabrina Albanjari Bapak Abdus Salam, S.pdI  kemaren Kamis, 26 April 2018  langsung di Kantor Radar Situbondo.
Manager Sabrina Albanjari di Kantor Radar Situbondo
Dengan membidik salah satu bagian kecil Budaya Situbondo, dalam Ajang ini anak-anak Sabrina Albanjari mengangkat Tema Santri sejalan dengan julukan Situbondo sebagai Kota Santri. "Anak-anak butuh waktu dua hari menyusun Materi lagunya, membuat Aransemen musiknya dan proses Rekordingnya", ungkap Bapak Abdus Salam yang selalu setia mendampingi Anak-anak dalam menjalani latihan. " Walaupun hasilnya belum sesuai harapan, kami sangat bangga dengan semangat dan hasil kenerja anak-anak. Mudah-mudahan Ajang ini menjadikan Anak-anak semakin termotifasi dalam mengasah potensi Seninya dan membangkitkan Naluri bersaingnya kedepan", imbuhnya bersemangat.

Disadari atau tidak, semangat bersaing dan berkompetisi adalah bagian yang juga sangat penting dalam diri manusia. Hanya dengan melibatkan diri di dalam berbagai kompetisi seseorang bisa menakar diri di level berapa ia berada. Engan melibatkan diri dalam persaingan akan menyeret seseorang pada prilaku "Katak dalam Tempurung". Merasa telah melakukan dan memiliki segalanya, padahal belum apa-apa. 

Atas dasar inilah kenapa ALLAH memetintahkan kita selalu melakukan Safari.
سيروا في الارض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين
Berjalanlah di atas bumi, kemudian lihatlah betapa pedihnya Siksa akibat mendustakan Agama. (Ali Imran :137)

Hanya dengan membandingkan diri dengan keadaan orang lain, seseorang bisa menyadari betapa berharganya segala sesuatu yang suda ia punya. Dan hanya dengan melihat orang lain pula, seseorang bisa tahu sudah seberapa jauh ia tertinggal. Semua ini hanya mungkin terjadi apabila kita mau melibatkan diri dalam berbagai kompetisi. Anti kompetisi sama dengan anti kemajuan.

Selalu ingin lebih dan tidak sama dengan orang lain adalah buah dari semangat kompetisi. Jika tidak orang yang tersakiti dan didzalimi, sampai saat ini tidak akan pernah orang yang merasa perlu bejajar seni membela diri. Jika tidak ada orang kecewa, tidak akan ada pula orang yang mau belajar cara membagi rasa. Jika tidak ada miskin papa, tidak akan ada pula orang yang mau bekerja dan betusaha. 

Singkatnya keadaan seseorang apapun bentuknya, akan memicu orang-orang disekitarnya untuk menghindar atau meraih lebih dari yang ia punya. Seseorang yang mampu menghasilkan karya-karya tertentu, langsung atau tidak pasti akan mendorong orang-orang disekitarnya menciptakan karya yang sama atau bahkan melebihi karya yang sudah ada.

Profesor Rhenald Kasali memaparkan bahwa ada 2 cara pandang terhadap kompetisi, yaitu favorable to development dan
resistant societies. Favorable to Development adalah perspektif bagaimana menjadikan kompetisi sebagai pemacu kinerja.  Kompetisi tercipta agar lahir iklim saling mendukung untuk mencapai tujuan yang lebih dan lebih baik lagi. Pada akhirnya, setiap kompetitor menggapai tujuan masing-masing yang telah ditetapkan. Ia tidak perlu melirik orang di sebelahnya yang mungkin saja telah mencapai tujuan yang dirasa lebih bergengsi, karena yang terpenting ialah tujuan utamanya tercapai. 

Jika saja tak tercapai karena telah direbut oleh lawan saingnya, tidak perlu  khawatir karena tidak pernah ada tetes keringat yang sia-sia. Selalu ada yang bisa dicapai oleh sebuah perjuangan, jika bukan  materi, setidaknya berupa nilai-nilai dan pembelajaran.

Lain lagi bagi penganut Madzab Resistant societies. Baginya tidak ada LAWAN,  yang ada hanyalah MUSUH. Musuh ada hanya untuk dimusnahkan. Tidak ada kompetisi selain hanya agar musuhnya kalah dan binasa. Jangan pernah tanyakan nilai atau proses pembelajaran, karena mereka tidak akan pernah mengerti. Kehadiran orang lain selalu direspon dengan resistensi dan Kebencian. Semangat hidupnya hanyalah bagaimana mereka bisa membunuh musuh-musuhnya sebanyak mungkin. Mereka hanya ingin berjaya sendirian di atas Alam Raya ini.

Tidak dipungkiri Keduanya sama-sama menghasilkan perubahan, begitu pula kemajuan. Tetapi apalah arti sebuah kemajuan jika dampaknya hanyalah kehancuran? Adakah orang yang benar-benar bahagia ketika berhasil meraih perestasi tertentu  dengan membuat orang lain menangis luka? Mungkin mulutnya tertawa lebar, tapi jauh di dalam hatinya tengah terisak pedih tidak terperikan.

Semenjak kecil kita telah dituntut oleh waktu untuk mencapai kemajuan tertentu.Itulah mengapa kita harus repot pergi sekolah, mendengarkan guru, dan membaca buku. Tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Maka kuakitas hidup manusia tidak akan pernah tercipta jika hanya kita sendirian yang jadi pemenang, sedang yang lain menjadi rongsokan.

Selamat berkompetisi Anak-anaku
Percayalah mereka yang hari ini terlihat hebat, bukanlah orang-orang yang terlahir kuat. Mereka hanyalah orang-orang yang mau BERUBAH dan mau BERBUAT.
Semoga Allah membimbing kita semua, Amin

Sumber : Rool May, Seni Konseling, Pustaka Pelajar 1997

Posting Komentar untuk "SABRINA AL BANJARI BELAJAR BERKOMPETISI"