Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TERBANG MENYONGSONG REMBULAN

sabdarianada. co.id. - Sabtu pagi, 23 Maret 625 M Rasulullah mempersiapkan  sejumlah Pasukannya di  Lembah Udwatul Wadi, sebuah lembah di lereng Gunung Uhud untuk menyambut Pasukan Quraisy yang dikabarkan jumlahnya tiga kali lipat dari Pasukan Muslim. Tidak lupa Rasulullah menempatkan 50 orang Pasukan pemanah handal di atas bukit untuk melindungi mereka dari sergapan musuh yang sewaktu-waktu bisa datang tidak terduga. 

Hampir semua sejarawan sepakat, tragedi Uhud adalah pengalaman terpahit yang pernah dialami Rasulullah dan ganarasi pertama umat Islam. Rasulullah sendiri mengalami banyak luka di bagian pelipis. Dikabarkan salah satu gigi Rasulullah pun patah, bahkan sempat tersiar kabar Rasulullah telah berpulang. 


Thalhah bin Ubaidillah yang menjadi perisai hidup Rasulullah menderita 70 luka panah dan sayatan pedang, jarinya-jarinya terputus,  kedua tangannya menderita lumpuh seumur hidup. Begitu juga dengan Ali bin Abi Thalib ditemukan 16 luka sayatan pedang di bagian leher. Saking  paniknya, pasukan Islam mengayunkan pedang sekenanya, tidak sadar lagi berhadapan dengan siapa dan melawan siapa. Naas sahabat  Al Yaman tewas di tangan teman sendiri.



Kemanangan yang sudah di depan mata, kemudian hilang seketika, akibat kecerobohan 40 orang Pasukan pemanah yang melampoi batas Kewenangan dan kepatutan  yang mestinya tidak dilakukan. 40 orang Pasuakan panah pergi meninggalkan pos jaga yang telah diintruksikan karena tergiur harta rampasan. Padahal sebelumnya Rasulullah telah berpesan, apapun yang terjadi 50 orang pasukan pemanah tidak boleh meninggalkan tempat yang telah ditentukan walaupun pasukan Muslim menderita kekalahan.


Dalam situasi yang sangat mencekam itu, tiba-tiba Rasulullah berdiri dan berkata, "Siapakah diantara kalian yang berani mengambil pedang ini..?" Hampir semua sahabat menjulurkan tangannya, sambil berteriak " saya siap... saya siap". Nabi kembali bertanya, "Siapakah diantara kalian yang berani mengambil pedang ini dan bertanggung Jawab..?" Para sahabat terdiam.

Tidak lama kemudia terdengar Abu Dujjanah berteriak lantang, "Saya berani mengambilnya dan saya siap bertanggung jawab karenanya". Abu Dujjanah tampil ke medan pertempuran melawan Pasukan Kafir dibarisan terdepan. Dia mengeluarkan kain berwarna merah dan diikatkan dikepalanya, pertanda dia berani menghalau musuh hingga mati berkalang tanah [1]
Makam para Syuhada' Uhud di kaki gunung Uhud Madinah Munawwarah *
Pada kesempatan yang lain Abu Dujjanah menceritakan pengalamannya itu, "di tengah-tengah berkecamuknya perang aku melihat seseorang yang bernafsu sekali mengobarkan semangat pasukan musuh, kuterjang dia dan nyaris pedangku membelah kepalanya. Orang itu menggigil ketakutan. Ternyata dia seorang perempuan. Aku tidak jadi membunuhnya karena menghormati Pedang Nabi".

Banyak sekali sebenarnya hal berharga yang kita miliki, tetapi kita sering kali tidak menyadari artinya kecuali setelah ia hilang berpindah tangan. Orang yang sehat baru akan menyadari betapa berharganya kesehatan setelah dia jatuh sakit. seseorang yang kaya akan merasakan betapa indahnya berkecukupan setelah dia jatuh miskin. Seseorang yang diberi kepercayaan, kesempatan dan peluang, baru menyadari betapa berartinya kepercayaan, kesempatan dan peluang setelah semuanya berpindah kelain orang.

Abu Dujjanah adalah sedikit orang yang mampu memanfaatkan kepercayaan, kesempatan dan peluang yang datang. Dia terbang menyonsong rembulan, hingga dirinya menjadi orang yang sangat beruntung, meski dia tidak sehebat Abu bakar Assiddiq, tidak sekuat Umar bin Khattab, tidak sekaya Usman bin Affan dan tidak selincah Ali bin Abi thalib. Dia mandapatkan kesempatan termahal yang tidak diperoleh orang lain, berperang dengan menggunakan Pedang Rasul.

Rasulullah menawarkan pedang itu kepada para sahabatnya dua kali. Ketika penawaran pertama tanpa syarat " Bertanggung Jawab" semua sahabat menawarkan diri untuk menggunakan pedang tersebut. Namun pada penawaran kedua, setelah ditambah Syarat harus Bertanggung Jawab, mereka semua diam, kecuali Abu Dujjanah. Yang Nabi inginkan hanyalah keberanian, percaya diri dan keseimbangan  kinerja antara emosi dan pikiran. 

Abu Dujjanah telah menunjukkan keberaniannya. Dia berperang digaris depan dengan mengikatkan kain merah dikepalanya sebagai tanda Pasukan berani mati. Namun demikian, dia tidak berlebihan melampoi batas kepatutan dan kewenangan yang diterimanya. Dia berperang tetap dengan kondisi emosi yang terkendali. sebagai bukti, dia tidak jadi membunuh orang yang memberikan semangat pasukan lawan, setelah dia tahu orang tersebut adalah seorang  perempuan. 

Medan kehidupan tidak jauh beda dengan pertempuran. Di medan pertempuan orang mempertaruhkan nyawa untuk memperoleh kemenangan, dan hanya ada dua pilihan menang atau atau mati ditebas pedang. Sementara di dalam medan kehidupan, seseorang mempertaruhkan waktu, umur dan tenaganya untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya. Pada keduanya membutuhkan keberanian, keseimbangan emosi dan pikiran untuk mengatakan " AKU BISA" agar bisa tampil sebagai pemenang. 

Terbanglah menyongsong Rembulan. Raihlah setiap peluang dan kesempatan, tetapi jangan sampai lupa ingatan, melampoi batas kepatutan dan kewenangan. 

Semoga Allah membimbing dan mengampuni kita semua, Amin.

Teruntuk semuanya
yang suka membaca

  1. HR. Muslim dan Imam Ahmad dalam Tarikh Ibnu Katsir dikutib juga oleh Mohammad Noh Al Ghazali dalam Sirah Nabawiyah hal, 427. Dikutib juga oleh Huzaifah Ismail, sesegar Telaga Alkautsar, Hal 93 
  2. *Pada masa Khalifah Marwan bin Hakam, terjadi banjir besar sehingga makam  Syhuda' uhud termasuk makam Hamzah Paman nabi rusak berat. Ternyata, meski sudah lebih dari 40 tahun di dalam kubur, jasad mereka  masih segar, seperti baru saja meninggal.  jasad-jasad itu  dikubur kembali  di tempat lain tapi masih di kawasan Gunung Uhud.

Posting Komentar untuk "TERBANG MENYONGSONG REMBULAN"