Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ANDAIKAN ANGGARAN TA'JIL MASJID ISTIQLAL UNTUK SABDA RIA NADA

sabdarianada.co.id. -Tidak dipungkiri saat berbuka adalah saat-saat yang paling ditunggu- tunggu oleh setiap orang yang sedang menjalankan Ibadah Puasa. Lebih-lebih bagi adik-adik para Shaim pemula, tidak jarang mereka mengumpulkan banyak makanan mulai dari siang untuk melengkapi koleksi menu buka puasanya. Kendati setelah waktu berbuka tiba, tidak semua makanan yang telah disiapkan itu semuanya bisa dimakan, karena yang dibutuhkan tubuh kita sebenarnya tidak lebih dari segelas air dan bebera suap nasi. 
Detik-detik Buka puasa di Masjid Istiqlal Jakarta
Sumber Gambar : Kompasiana com
Kenyataan ini tentu bukan sekadar karena sudah seharian mereka tidak menyentuh makanan dan minuman. Lebih dari itu ada rasa bangga jika mampu menjalankan perintah tuhannya. Tidak berlebihan jika dalam hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman,
ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﻓﺮﺣﺘﺎﻥ  ﻓﺮﺣﺔ ﻋﻨﺪ ﻓﻄﺮﻩ ﻭﻓﺮﺣﺔ ﻋﻨﺪ ﻟﻘﺎﺀ ﺭﺑﻪ
“ Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (muttafaq ‘alaihi)

Hadits ini adalah satu dari sekian banyak hadis yang menerangkan  keutamaan ibadah puasa. Allah secara langsung menyatakan bahwa puasa dapat mendatangkan kebahagiaan di hati orang-orang yang melaksanakannya. Segala beban derita yang ditanggung selama berpuasa,  kelak akan berbuah  berjuta kebaikan yang menyenangkan, baik di dunia, maupun di akhirat, salah satunya adalah rasa bahagia yang tidak terhingga saat datangnya waktu berbuka puasa.

Oleh karena waktu berbuka puasa bersamaan dengan waktu melaksanakan Kewajiban Shalat Maghrib, maka pertanyaan yang sering muncul kepermukaan adalah, lebih utama mana, Berbuka puasa dulu kemudian Shalat Maghrib, atau Shalat Maghrib dulu baru selanjutnya berbuka puasa..? 

Jika dihadapkan pada pertanyaan seperti ini biasanya para Santri dengan diplomatis menjawab, "Lebih baik makan sambil Ingat Shalat, ketimbang Shalat sambil ingat makan". 

Benar saja, jika Shalat sambil ingat makan dapat dipastikan Shalatnya tidak khusyuk. Peraktek Shalat semisal ini walaupun secara syareat sah, pahalanya sedikit karena dianggap tidak khusyuk. Menurut Imam Al Ghazali pahala Shalat itu bergantung tingkat khusyuknya. Jika yang khusyuk hanya pada saat Takbiratul Ihram, maka yang ada pahalanya hanya Takbir itu saja, gerakan lain kosong nilainya, begitu seterusnya. 

Akan sangat berbeda sekali dengan jika Makan sambil Ingat Shalat, tentu makannya sangat disegerakan karana takut waktu Shalat Maghrib keburu habis. Akan lebih terburu-buru lagi jika ada rasa kwatir ketinggalan Shalat berjemaah. Waduh, kalau sudah bisa seperti ini, baru puasa kita dianggap berbuah Taqwa. Panggilan Shalat selalu tergiang ditelinga kita walaupun kita sedang asyik di meja makan. Jika perakteknya kita belum bisa seperti ini, walaupun saya belum berani mengatakan puasa kita telah  sia-sia, paling tidak tujuan utama ibadah puasa belum sepenuhnya kita rasakan. Perlu uasaha lebih keras lagi untuk mencapai martabat puasa yang diharapkan.

Atas dasar inilah kenapa dikebanyakan Masjid di kota-kota besar mulai menyediakan Ta'jil. Tujuannya tentu bukan sekedar memberikan buka gratis, yang paling penting agar seluruh Jemaah bisa menyegerakan buka puasa, selanjutnya bisa khusyuk mengikuti Shalat berjemaah dan Qiyamu Ramadhan tanpa perlu lagi diganggu rasa lapar dan haus yang sudah ditahannya sepanjang hari.

Dikabarkan untuk Romadhan tahun ini Masjid Istiqlal menyiapkan Anggaran sebesar Rp. 2,5 Miliar  untuk menyediakan takjil gratis sepanjang Romadhan 1439 H, kurang lebih 70-80 juta per hari dengan 30 orang pekerja setiap harinya.  Dana tersebut untuk menyiapkan 3.500 sampai 4.500 boks selama bulan suci Ramadan, ungkap kordinator koprasi tim takjil Masjid Istiqlal, Hasanudin sebagaimana dilansir Tribunjakarta.com Kamis (24/5/2018).

Jumlah yang sangat sepektakuler tentu. Sepulu kali lipat lebih besar dari dana Bos yang diterima Sabda Ria Nada setiap tahunnya. Andai 2,5 Miliar itu diperuntukkan kepada Sabda Ria Nada tentu Pokmas Walida tidak perlu lagi hutang ke Bank untuk menggerakkan usahanya yang mulai berkembang. Baca selengkapnya di www.argopurocoffee.com. Manfaatnya insyaallah lebih besar, bukan sekedar bisa menyediakan Buka puasa Gratis. Tidak akan ditemukan lagi siswa putus sekolah karena alasan uang jajan. Tidak akan ada lagi guru yang ngadat hadir karena alasan bensin atau ban sepeda bocor. Menghadapi lebaran setiap guru pasti tersenyum mesra dengan jumlah THR yang membahagiakan. 

Tapi sudahlah, tidak baik ber andai-andai. Semakin berandai-andai kita malah semakin merasa kerdil. Semoga saja dengan berbagai keterbatasan, Sabda Ria Nada dan bermacam Amaliyahnya terus berkembang dan di Ridhoi Allah. Pengurus, Guru, Alumni dan seluruh siswanya dimuliakan, Amin.

Sekarang mari kita kembali saja pada pembicaraan semula, keutamaan menyegerakan buka puasa sebelum Shalat Maghrib. Alkisah ada dua orang sahabat Nabi sama-sama baiknya. Perbedaan keduanya terlihat pada saat berbuka puasa. Yang pertama buka puasa dulu baru Shalat Maghrib, yang kedua Shalat maghrib dulu kemudian berbuka puasa. Ketika ditanya kepada Siti Aisyah siapa diantara keduanya yang paling baik ? Siti Aisyah menjawab, "Yang berbuka puasa dulu baru Shalat maghrib". Kemudian Siti Aisyah melanjutkan, " Demikianlah yang dipraktekkan oleh Nabi".

Jangan mentang-mentang masih muda dan kuat, begitu Azan Maghrib langsung lari kemasjid, Shalat Tahyatal Masjid,  khusyu' berzikir kemudian Shalat Maghrib berjemah. Meminjam istilahnya M. Rojaya (2010) cara seperti ini sangat hebat tapi tidak tepat. Yang tepat berbuka dulu kemudian Shalat berjemaah. Tetapi jangan salah kaprah seperti yang dipraktekkan banyak orang. Begitu bunyi beduk langsung berbuka sekenyang-kenyangnya, ahirnya ngantuk dan menjadi malas melakukan Shalat maghrib. Yang dimaksud Ta'jilul Ifthar ( Menyegerakan berbuka) adalah sekedar membatalkan puasa walaupun sekedar minum air putih ditambah sepotong makanan ringan. Setelah itu shalat maghrib berjemaah. Usai Shalat maghrib dilanjutkan kembali dengan berbuka yang sebenarnya tetapi tetap dengan porsi yang wajar, sehingga tetap bersemangat untuk melakukan Shalat Taraweh.

Imam Thabrani dalam al-Mu’jam al-kabir bahwa;
 ﺛﻼﺙ ﻣﻦ ﺃﺧﻼﻕ ﺍﻟﻨﺒﻮﺓ ﺗﻌﺠﻴﻞ ﺍﻹﻓﻄﺎﺭ  ﻭﺗﺄﺧﻴﺮ ﺍﻟﺴﺤﻮﺭ  ﻭﻭﺿﻊ ﺍﻟﻴﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﻤﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼ
Ada tiga perkara yang termasuk akhlaq para Nabi; menyegerakan ifthar, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika (berdiri) dalam shalat 

Dari Sahal bin Sa’ad RA bahwa Rasulullah shallallah  bersabda;


 ﻻ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣَﺎ ﻋَﺠَّﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮَ 
Manusia senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan (ta’jil)  buka puasa” (HR.Bukhari & Muslim) 

Sedangkan Sahur, Rasulullah mengahirkan waktunya. Zaid bin tsabit bercerita, "Kami Sahur bersama Rasulullah, kemudian kami beranjak untuk Shalat". Ada yang bertanya berapa jarak antara keduanya? Zaid menjawab, "Sekitar lima puluh Ayat" (HRBukhari dan Muslim).

Jarak antara makan Sahur dan shalat Subuh yang baik sekitar orang membaca  Alqur'an 50 Ayat dengan ukuran bacaan tartil. Tidak terlalu cepat tidak pula terlalu lambat. Anggap saja 30 menit.

Semoga sisa Ibadah puasa kita semakin diberkati Allah, Amin

Sumber bacaan :
Maulana Muhammad Zakariya, Fadilah Amal, As Shaf tanpa Tahun




Posting Komentar untuk "ANDAIKAN ANGGARAN TA'JIL MASJID ISTIQLAL UNTUK SABDA RIA NADA"