Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DARI DUDUK BERSILA HINGGA NGABUBURIT DI TAMAN KOTA

Sisi lain Ujian Akhir Semester Genap  Ruang III
Sabda Ria Nada  21-,28 Mei 2018

sabdarianada. Co.id. Jangan salah duga, anak-anak ini bukan sedang antri Ta'jil seperti yang sering terlihat menjelang buka Puasa  di Masjid Istiqlal Jakarta. Mereka sedang khusyu' mengikuti ujian Akhir Semester Genap yang diselenggarakan sejak Tangal 21-28 Mei 2018 kemaren. Mungkin merasa Suntuk berada di dalam ruangan, mereka memilih duduk lesehan di Teras Madrasah. 

Bagi Siswa Madrasah yang kebanyakan Santri, duduk lesehan Dengan posisi bersila bukan hal baru. Lebih dari 75% kegiatan mereka di Pesentren dilakukan dengan posisi bersila. Tidak heran jika kebanyakan mereka betah sampai berjam-jam dengan posisi tersebut ketimbang duduk di kursi. Selain bisa menghemat tempat dan biaya, posisi bersila juga dianggap lebih memenuhi rasa Ta'zdiman wa Takriman kepada senior lebih-lebih kepada Sang Guru.

Sedikitnya ada dua Metode Pembelajaran yang seluruhnya dilakukan dengan cara duduk bersila dan tetap lestri hingga kini di beberapa Pesantren.

1.    SOROGAN
Setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai atau ustadz. Setiap Santri secara bergantian berhadapan langsung dengan   Sang guru/ Kiai. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri. Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar, atau bimbingan bila diperlukan.

2.    WETONAN ATAU BANDUNGAN
Yaitu para santri mengikuti pelajaran dengan duduk bersila di hadapan kyai atau ustadz yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya.Dengan Metode ini guru berperan aktif sementara murid bersifat pasif.

Ketika Bulan Romadhan Sistem Pembelajaran dengan kedua Metode di atas  intensitasnya semakin ditingkatkan. Setiap Santri bisa mengikuti kajian mulai dari pagi hingga tengah malam, hanya Istirahat di waktu Shalat dan berbuka Puasa saja. Ketika Bulan Ramadhan Santri bisa menghatamkan berpuluh-puluh kitab yang sulit dilakukan di bulan-bulan lainnya, Bahkan Kitab Shahih Bukhari yang tebal dan terdiri dari beberapa jilid bisa Khatam hanya dalam kurun waktu satu bulan.

Seiring berkembangnya Teknologi dan Bisnis IT, tradisi luhur ngaji bareng di bulan Ramadhan ini terancam punah. Walaupun ada beberapa Pesantren yang tetap konsisten menyelenggarakan, penggemarnya mulai langka. Santri sekarang menjadi sangat sulit sekali kerasan di Pondok. Mereka sekarang lebih suka ngabuburit ke Taman-teman kota ketimbang duduk bersila Mengkaji Al Qur'an dan kitab kuning sambil nunggu datangnya buka puasa.

Sungguh sangat menyedihkan, Umat islam yang seharusnya berada di Garda terdepan dalam pengembangan ilmu Pengetahuan, tetpaksa harus puas sebagai pengikor dengan terus-terusan mengimpor dan mengkonsumsinya. Kenyataan menyedihkan ini meenurut Amru Khalid : 2005  dipicu oleh beberapa hal :

Pertama, oreintasi belajar di dalam masyarakat islam - utamanya Indonesia - hanya sekedar mencari gelar, bukan murni demi Ilmu Pengetahuan. Belajar untuk dapat nilai dan lulus Ujian. Bandingkan misalnya dengan kisah pelajar Jepang ini. Seorang Mahasiswa Jepang yang mendapatkan beasiswa Program Pasca Sarjana di Amerika, ahirnya berhenti kuliah dan membatalkan Beasiswa yang diperolehnya, sebab menemukan temuan baru saat melakukan Penelitian. Ia kemudian mengkemasi barang-barangnya dan kembali ke Jepang.

Ketika ditanya tentang nasib Studi Doktornya dia menjawab, "Saya pergi belajar agar dapat menemukan Alat ini. Ketika saya telah berhasil menemukannya, gelar Doktor bukan hal yang perinsip bagi saya. Saya harus pulang untuk membarikan Sumbangsih kepada Negara". Subhanallah, bandingkan dengan sarjana kita. Selesai studi justru tambah membebeni Negara dengan jumlah penganguran yang semakin mengular kemana-mana.

Kedua, Masyarakat kita malas sekali membaca. Masih menurut Amru Kholid, jika kita keluar Negeri, kita hanya akan menemukan satu-dua orang penompang Angkutan umum yang tidak memegang buku dan membaca. Sementara di Negara kita, buku yang di bawa hanyalah Teka teki silang. Bila membuka internet, biasanya hanya membuang waktu dengan chattingan dan main game. 

Semakin berjalannya waktu orang yang berilmu akan semakin langka. Dipilihlah pemimpin dari orang-orang yang tidak berimu. Jika ditanya, dia akan menjawab tanpa dasar ilmu, sesat dan menyesatkan. Semoga dengan semangat Romadhan kita kembali tergugah untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Kemudia mengamalkan minimal untuk diri kita sendiri dan mengajarkan kepada orang lain agar tidak hilang.

Semoga Allah membimbing dan mengampuni kita semua, Amin.





Posting Komentar untuk "DARI DUDUK BERSILA HINGGA NGABUBURIT DI TAMAN KOTA"