Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PUASA TINGKAT TINGGI, MEMBERI ARTI UNTUK SESUATU YANG JARANG DIMENGERTI

Salah satu Aktifitas Peserta Safari Tarbawi 1/2 Dusun Sumbertengah Desa Sumber Argo
Berusaha memberi arti untuk sesuatu yang jarang dimengerti

sabdarianada.co.id. Siang hari di bulan Ramadhan cuaca kota Madinah cukup terik. Matahari seakan-akan hanya beberapa meter saja di atas kepala. Siang itu Rasulullah dengan ditemani beberapa Sahabat menyusuri lorong-lorong kota Madinah untuk suatu keperluan. Entah sudah berapa puluh kali Rasulullah melakukan hal serupa. Setiap kali ada sahabat yang absen  lebih dari tiga kali tidak ikut Shalat berjemaah, Rasulullah pasti mengajak beberapa orang Sahabat mengunjungi rumahnya untuk mengetahui keadaannya. Tradisi luhur ini tetap dilestarikan oleh para Sahabat sepeninggal Rasulullah, sehingga komonikasi antara Masjid dengan masyarakat sekitar selalu terjalin mesra.

Ketika mendekati sebuah rumah, rombongan kecil ini tanpa sengaja mendengar seorang majikan yang sedang memaki-maki budaknya yang katanya melakukan kesalahan. Mendengar itu semua, tiba-tiba Rasulullah menyuruh seseorang mengambilkan nasi dan memberikanya pada Majikan yang sedang marah-marah tersebut. Majikan itu protes, "saya sedang puasa ya Rasul, kenapa diambilkan nasi..?". Rasulullah menjawab, "Bagaimana mungkin kamu berpuasa, sementara mulai tadi kamu marah-marah melulu". Selanjutnya Rasulullah menjelaskan: " Banyak orang yang berusaha menahan lapar dan haus tetapi tidak benar-benar berpuasa". 
ِكَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوعِ وَالْعَطْش

"Tidak sedikit orang yang melakukan puasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari Ibadah puasanya selain hanya lapar dan dahaga belaka" (HR.Atthabrani).

Bagaimana dengan nasib Puasa kita.? bukankah kita tidak jarang melakukan hal yang lebih parah dari yang dilakukan Majikan dalam riwayat diatas.? 

Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali membagi puasa menjadi tiga tingkatan :

Tingkatan pertama, Puasa biasa (صوم العوم ) Peraktek puasa kebanyakan orang, sebatas usaha menahan diri dari keinginan-keinginan yang berkaitan dengan pemuasan nafsu makan dan nafsu sex saja. Pengendalian semacam ini baru sebatas fisik dan lahiriyah.

Tingkatan kedua, Puasa Khusus (صوم الخواص ) Puasanya orang-orang Shalih, selain menahan diri dari Syahwat perut dan sex, mereka juga berusaha mempuasakan anggota badan yang lain. Menjaga mata, mulut, telinga, tangan dan kaki dari berbuat zdalim dan salah. 

Tingkatan ketiga, Puasa Istimewa ( صوم الخواص الخواص )  Puasanya orang-orang yang arif. Yaitu puasa Khusus di tambah lagi dengan menjauhkan diri dari pikiran-pikiran yang rendah dan masalah-masalah yang berkaitan dengan duniawi. Sepanjang puasanya adalah mengingat Allah. Hari-hari puasa ialah hari-hari Dzikir. Tentu saja bukan sekedar Dzikir dengan lisan, hati dan pikiran, namun juga Dzikir dengan perbuatan. Karena segala bentuk ibadah dan ketaatan pada dasarnya adalah Dzikir. Termasuk juga memberikan arti untuk sesuatu yang jarang dimengerti, seperti yang dilakukan oleh para santri pada gambar di atas. Melakukan keshalihan untuk sesuatu yang sudah tidak pandai berterima kasih. 

Kalaulah kita pada tahun ini belum mampu mempersembahkan puasa yang istimewa, paling tidak kita harus berusaha mempersembahkan puasa Khusus. Bukan hanya mulut, perut dan kemaluan kita yang berpuasa, tapi juga lisan berpuasa dari berbicara yang sia-sia dan dosa. Mata berpuasa dari memandang sesuatu yang dapat menimbulkan syahwat. Tangan berpuasa dari memegang dan menyentuh sesuatu yang dilarang. Kaki berpuasa dari mendatangi tempat-tempat yang dimurkai Allah.

Saat ada yang memaki, dapatkah kita tidak membalas dengan caci maki.? Saat ada wanita cantik atau laki-laki tampan melintas di depan kita, bisakah kita menahan mata ini untuk tidak turut menikmati pemandangan yang tidak dihalalkan? Saat ada gosip tentang keburukan teman kita, mampukah kita menghentikannya atau minimal tidak ikut asyik mendengarkannya..?

Mulailah sekarang juga, menaikkan kwalitas puasa kita dari tingkatan yang biasa-biasa saja menjadi puasa khusus.
Semoga Allah membimbing dan mengabulkan mimpi kita, Amin

Bahan bacaan :

  1. Abu Hamid Al Ghazali, Bidayatul hidayah
  2. Azzumardi azra, Malam seribu bulan, Erlangga, 2005




Posting Komentar untuk "PUASA TINGKAT TINGGI, MEMBERI ARTI UNTUK SESUATU YANG JARANG DIMENGERTI"