Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BERPUASA SEPANJANG TAHUN

Sabdarianada.co.id. Sudah empat hari Ramadhan meninggalkan kita. Syahwat perut dan Syahwat-syahwat lainnya semakin leluasa menguasai hampir 90 persen waktu kita. Kalau sudah begini, siap-siap penyakit akan segera menggrogoti tubuh kita. Mulai dari asam urat, kolestro,  darah tinggi, perut kembung dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut hampir seluruhnya bersumber dari pola makan kita yang tidak teratur. 
Makan di mana saja terasa nikmat, tetapi berpuasa di Hari-hari tertentu terasa Berat
Sebagai pencipta yang menguasai dan mengetahui semuanya, mulai dari terang sampai yang tersembunyi, Allah tahu betul krakter umum manusia. Dan Ajaran Islam dirancang sedemikian rupa sejalan dengan Fitrah manusia, yang jika ajaran-ajaran tersebut kita amalkan bukan hanya akan menjadi ladang subur untuk beroleh pahala, tetapi juga bisa menjaga dan memelihara keseluruhan organ tubuh kita agar tetap sehat dan Stabil. Sayangnya kebanyakan kita  selalu terlambat sadar, baru sadar kalau sudah terbaring lemas dirumah sakit. 

Kita ambil contoh Syareat puasa. Rasanya belum pernah ada seorang dokter dari agama manapun yang berani menyangkal kalau puasa benar-benar menyehatkan. Sehingga orang yang akan menjalani operasi bedah biasanya beberapa hari sebelumnya dianjurkan untuk betpuasa. Tetapi berpuasa secara tiba-tiba dalam waktu yang lama, tentu akan menimbulkan kejutan-kejutan tidak baik bagi tubuh. 

Karena itu sebelum memasuki bulan Ramadhan Allah menganjurkan kita menjalani latihan-latihan ringan dengan puasa Sunah di bulan Rajab dan di bulan Sya'ban. Ini bukan sekedar bagaimana kita mengumpulkan pahala, tetapi semacam pemanasan sebelum kita masuki bulan Ramadhan. Jika praktek pemanasan ini kita jalani betul, tidak akan ada lagi yang mengeluh terkena Mag ketika menjalani puasa Ramadhan. Tim sepak bola paling tangguh sekalipun pasti melakukan pemanasan sebelum turun lapangan. Bagaimana kita tidak..? 

Begitu juga ketika kegiatan Ramadhan selesai, agar perut kita tidak serta merta menjadi sangat sibuk, Rasulullah menganjurkan puasa enam hari di bulan Syawal. Itupun masih dengan iming-iming pahala yang sangat besar agar kita tergugah untuk mengamalkannya, kendati sesungguhnya semua itu  untuk kepentingan kesehatan kita sendiri.
من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوال فكانما صام الدهر كله
"Siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudia ia berpuasa kembali enam hari di bulan Syawal, maka dia laksana berpuasa satu Tahun penuh". (HR.Muslim).

Menurut Ulama' pahala puasa satu tahun tidak berdiri sendiri  sebagai imbalan puasa enam hari di bulan Syawal, melainkan merupakan  gabungan dengan pahala puasa di Bulan Ramadhan. Perhitungan ini didasarkan pada keyakinan, bahwa Allah akan membalas setiap kebaikan  dengan sepuluh kali lipat. Puasa satu bulan di bulan Ramadhan sama dengan puasa 10 bulan. Puasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan puasa 60 hari atau dua bulan, jadi lengkap seluruhnya menjadi satu Tahun. 

Kaitannya puasa Syawal dengan kesehatan diungkap oleh Prof.Dr.Hardiansyah seorang Ahli Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB Bandung, sebagaimana dilansir detikHealth (20/8/2018)."Setelah melaksanakan puasa Ramadhan perut memerlukan masa Transisi antara 3-6 hari. Hal ini dikarenakan ada penurunan pola makan selama Ramadhan. Selain tidak ada makan siang, malam harinya biasanya yang dikonsumsi makanan-makanan lembut",ungkapnya. 

Setelah lebaran tiba agar tidak tidak terjadi shock diperlukan pengaturan pola makan lanjutan. Maka puasa 6 hari di bulan Syawal sangat baik untuk melakukan semuanya", imbuhnya. 

Salah seorang teman pernah mengeluh, "Sangat sulit melakukan puasa Syawal, malam hari sudah bertekat besok mau puasa, eee baru jam 8 pagi sudah ada tamu. Tidak disugui apa-apa tidak enak lebaran, disugui tidak ditemani makan juga tidak enak", akunya. Pengakuan ini ada benarnya, Rasulullah pun menganjurkan kita lebih baik menghentikan puasa Sunah kita kalau sedang bertamu dan disugui sesuatu. Tujuannya tentu dalam rangka menghormati.

Agar puasa Syawal kita tidak terganggu, sebagian besar ulama' memperbolehkan puasa Syawal dilakukan tidak berurutan yang penting masih di bulan Syawal. Misalnya hanya memilih di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, berpuasa di hari Senin dan Kamis, hari-hari yang lain libur. Atau baru berpuasa setelah satu minggu lebaran, di saat tamu-tamu lebaran mulai berkurang.

Dengan demikian kedua-duanya bisa terlaksa. Usaha melestarikan Budaya (Silaturahim saat Lebaran) terlaksana, puasa Syawalpun berjalan.
Semoga Allah memudahkan semuanya, Amin

Sumber bacaan, Kifayatul Akhyar, Imam Taqiyuddin.
Sumbermalang, Malam selasa, 5 Syawal 2018

Posting Komentar untuk "BERPUASA SEPANJANG TAHUN"