Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BUKASAN KELELAHAN, BANGUN KESIANGAN

Sabdarianada.co.id. mengadu nasib di rantau orang tanpa kehadiran Istri memang tidak mudah. Di sinilah kesetiaan seseorang benar-benar diuji. Setiap saat harus kuat-kuat menahan godaan Syaithan yang selalu datang berseleweran. Lebih berat lagi istri yang ditinggalkan dirumah. Para hidung belang tanpa lelah selalu berusaha mengisi ruang kosong dihati yang sedang kesepian.
Kelebihan makan Sahur, Bukasan Sulit Bangun
Tidak berlebihan jika pada suatu kesempatan nabi sempat bersabda, bahwa salah satu tanda-tanda keluarga bahagia adalah ان يكون رزقه في بلاده apabila Rizqinya berada dikampungnya sendiri tanpa perlu meningggalkan keluarga untuk waktu yang cukup lama. Walaupun penghasilannya mungkin tidak sebesar mereka yang kerja di rantau, tetapi kebersamaan bersama keluarga adalah kenikmatan luar biasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Suatu ketika Anas bin Malik mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah, "Manakah yang lebih utama duduk bersama keluarga atau duduk I'tikaf di Masjid ya Rasulullah?". Nabi menjawab.
الجلوس ساعة مع العيال احب الي من الاعتكاف في مسجدي هذا
" Duduk satu jam bersama keluarga masih lebih aku sukai ketimbang duduk I'tikaf di masjidku ini (masjid Nabawi)

Rasulullah sangat mewanti - wanti agar porsi kebersamaan dengan keluarga harus mendapatkan perhatian lebih, bahkan dengan I'tikaf di Masjid sekalipun. Ini tentu bukan sekedar usaha mengamankan cinta dan kemesraan kedua belah pihak, tetapi juga dalam rangka menjaga perasaan masing-masing.

Dari berbagai study yang dilakukan oleh para ahli, tidak ada seorangpun yang benar-benar sanggup bertahan tidak melakukan hubungan sexsual dalam waktu yang lama. Walaupun ada harus berusaha keras dengan berpuasa dan membatasi pergaulan. Tentu ini akan sangat menyiksa sekali.

Salah satu Study mengungkapka,perempuan yang sudah bersuami bisa bertahan tidak berhubungan seks empat sampai enam bulan. Bahkan Para ulama mazhab Hambali mengatakan, batas maksimal perempuan bertahan tidak berhubungan seks adalah empat bulan. 

Di bagian lain Khalifah Umar bin Khattab merasa sangat prihatin dengan Nasib istri-istri prajurit yang ditinggal suaminya dinas ke luar kota sebagai tentara. Kemudian khalifah Umar bin Khattab melakukan jajak pendapat kepada mereka (para istri tentara) termasuk putrinya sendiri Siti Hafsah. Dari pengakuan mereka diketahui bahwa rata-rata daya tahan kaum istri berkisar empat sampai enam bulan. Dari hasil jejak pendapat itulah,  Khalifah Umar kemudian menetapkan jangka waktu enam bulan sebagai batas maksimal seseorang  boleh berpisah dengan istrinya. 

Lalu bagaimana dengan laki-laki? Seberapa lama laki-laki sanggup tidak berhubungan Seks? Jawabanya laki-laki  yang sudah pernah berhubungan badan (bukan perjaka) hampir tidak bisa menahan diri. Kebutuhan laki-laki terhadap Seks sama dengan kebutuhan makan minumnya. Tidak sedikit laki-laki yang rela menunda makan demi seks. 

Hasil penelitian yang dilakukan  oleh Ohio State University, Columbus, Ohio, pria memikirkan seks sekitar 19 kali setiap harinya. Sementara wanita hanya memikirkan seks rata-rata 10 kali dalam sehari. 

BUKASAN TIDAK TAHAN

Sebagaimana kebanyakan laki-laki di kampungnya yang suka merantau, Bukasan pun ikut-ikutan merantau mengadu Nasib ke Negeri orang. Ia tinggalkan Niwati (nama samaran) istrinya yang baru tiga bulan ia nikahi. Kepergian Bukasan dilepas dengan isak tangis istrinya yang masih harum bunga. Aroma Rupiah telah tega merampas kebersamaan dua insan yang sedang kasmaran dan berbulan madu ini.

Setelah enam bulan di rantau, Bukasan merasa sudah waktunya pulang untuk melepas kerinduannya kepada istrinya tercinta. Sejumlah uang hasil kerjanya selama enam bulan ia simpan sebaik mungkin, agar bisa sampai langsung ke tangan yang paling berhak, Niwati istrinya di kampung. 

Kamis, 22 Ramadhan jam 15 sore Bukasan akhirnya tiba dirumah. Kedatangan Bukasan disambut gembira seluruh anggota keluarga, terutama  oleh Niwati- istrinya- yang sudah enam bulan dia tinggalkan.  Ditatapnya tubuh mongil istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semuanya lengkap tidak ada yang berkurang sedikitpun, persis seperti enam bulan yang lalu ia tinggalkan. Hanya wajah Niwati terlihat sedikit sayu, pertanda kurang kasih sayang. "Allah... istriku benar-benar setia dalam kesendirian", gumam Bukasan dalam hati. 

Rasa ibanya sebagai laki-laki pun muncul. Pengin rasanya Bukasan membayar cash pada saat itu juga. Sayang waktu berbuka puasa belum juga tiba. Jika Bukasan nikat, ia harus membayar kafarot (tebusan) puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang miskin. 

Bukasan terpaksa harus bersabar beberapa jam lagi untuk membayar semuanya. Sore itu Bukasan merasakan perjalanan waktu begitu sangat lamban, lebih lama dari enam bulan yang sudah dia lewati. Rasa kelaki-lakiannya seperti menendang-nendang seluruh  isi dadanya. Dag dug...dag dug...dag. dug, bunyinya. 

Setelah berjuang keras mempertahankan puasanya, di Masjid tidak jauh dari rumah Bukasan tinggal, terdengar Adzan Maghrib pertanda waktu berbuka puasa tiba. Es oyen yang disediakan istrinya mulai siang tidak sedikitpun ia sentuh. Bukasan memilih Ta'jil bersama istrinya di kamar sebelah. Bongkahan gunung es yang sudah enam bulan membeku kini pecah. Yes... Yes... Wauuw, teriyak Bukasan kegirangan.

Mata Niwati berkaca-kaca. Ada rasa bangga yang tidak terhingga mampu mempertahankan kesuciannya selama enam bulan di tinggal suaminya. Alhamdulillah...., suara Niwati lirih, penuh bahagia.

Jam 3.00 dini hari terdengar Niwati membangunkan suaminya untuk makan sahur. Telor dadar setengah matang kesukaan bukasan sudah Niwati siapkan di meja makan. Dua insan ini makan Sahur bersama penuh bahagia. Sesuatu yang sudah lama tidak mereka rasakan sejak enam bulan yang lalu. Niwati pun kembali bersykur, "Terima kasih ya Allah, kau anugerahkan kebersamaan yang indah ini. Peliharalah keluarga kami, anak-anak kami dan keluarga umat Islam seluruhnya". Bukasan yang mendengar doa istrinya, buru-buru mengucapkan " Amin.

Setelah acara makan sahur selesai, jarum jam menunjukkan angkan 3.30 wib. Waktu imsak masih kurang 30 menit. Bukasan tidak ingin Kesempatan yang sangat berharga ini berlalu begitu saja. Tanpa perlu menunggu kata sepakat, ditariknya lengan istrinya menuju kamar. Dia ingin mengulang kembali keindahan saat berbuka puasa. Bukasan ingin menuntaskan semuanya malam itu juga. Ia tidak ingin puasanya esok hari terganggu. 

Karena kelelahan suami istri ini akhirnya ketiduran. Mereka baru bangun jam 10  siang, sebelum sempat mandi junub dan Shalat Subuh. Bagaiman Nasib puasa Bukasan dan Wiwati.? Sahkah puasa keduanya yang dari Subuh sampai jam 10 siang masih dalam keadaan Junub..?

Tentu puasa Bukasan dan Niwati tetap Sah walaupun seperempat hari ia lalui dengan keadaan masih junub. Islam tidak melarang suami istri melakukan hubungan badan di malam hari bulan Ramadhan. Alqur'an Surat Al baqarah ayat 187 membolehkan hal ini.
  احل لكم ليلة الصيام الرفث الى نساءكم هن لباس لكم وانتم لباس لهن
"Dihalalkan bagimu di malam hari bulan bulan puasa mencampuri istri-istrimu, dia laksana baju bagimu, dan kamu juga laksana baju baginya".

Adapun jika karena sebab-sebab tertentu seseorang menjadi ketiduran sebelum sempat mandi junub hingga siang seperti yang dialami Bukasan dan Niwati, sekali lagi puasanya tetap Sah. Syarat sah puasa tidak mengharuskan seseorang suci dari Hadats baik besar maupun kecil. Hanya disayangkan walaupun puasanya sah, Bukasan dan Niwati ketinggalan Shalat Subuh. Berarti mereka harus  mengkodho' Shalat Subuh yang ditinggalkan segera setelah mandi besar.

Bagaimana jika seseorang melakukan hubungan badan sebelum makan sahur, apakah ketika akan makan sahur harus mandi junub terlebih dahulu..? Dalam hal ini kembali ajaran Islam menunjukkan kemurahannya. Seseorang yang melakukan hubungan badan di malam hari, ketikan akan makan sahur tidak diharuskan mandi junub terlebih dahulu, tetapi dianjurkan mengambil wudhu' sebagaimana wudhu' untuk melakukan Shalat. Begitulah yang diperaktekkan Rasulullah sebagaimana diceritakan oleh siti Aisyah RA. 
كان رسول الله صلعم اذا كان جنبا فأراد ان يأكل  او بنام توضأ وضوئه للصلاة

"Apabila Rasulullah dalam keadaan junub, lalu beliau ingin makan atau tidur, beliau berwudhu' terlebih dahulu sebagaimana wudhu' ketika hendak Shalat" (HR. Bukhari)

Aduuh, Senangnya Bukasan dan Niwati. Selamat bersenang-senang ya.., awas besok jangan kesiangan lagi.

Semoga Allah menerima ibadah puasa dan membimbing kita semua, Amin

Sumber bacaan

  1. Qurratul uyun, Syeh Abi Muhammad maulana Attihami
  2. Fiqih wanita, Prof Dr. Abdul aziz, MA





Posting Komentar untuk "BUKASAN KELELAHAN, BANGUN KESIANGAN"