Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

GAYA I'TIKAF DULU DAN KINI

sabdarianada.co.id. Ibarat penyakit mungkin sudah terlanjur menahun sehingga sulit sekali dicarikan obatnya. Memasuki paruh kedua bulan Ramadhan kondisi masjid-masjid kita mulai beranjak sepi. Selalu saja begitu dari tahun ketahun. Kendati para Ustad, muballigh, Kiai selalu saja getol mengingatkan bahwa paruh kedua bulan Ramadhan lebih-lebih sepuluh terahir adalah saat-saat yang paling memungkinkan mendapatkan Fasilitas Lailatul Qadar. Konon Nabi dan para Sahabatnya selalu menghabiskan waktu beriktikaf dimasjid apabila sudah memasuki sepuluh terahir bulan Ramadhan.
Gaya I'tikaf Masa Kini
Tidak jarang mereka membawa keluarga demi agar tidak ketinggalan monent yang sangat langka dan berharga ini. Prilaku mereka pun diabadikan oleh Allah di dalam Alqur'an
ولا تباشروهن وانتتم عاكفون في المساجد
"Janganlah kalian bercumbu rayu bersama istri-istrimu sedang kalian sedang beriktikaf di masjid" (Albaqarah 187)

Perhatikan bagaimana para Sahabat dan  Salafus Shalih mengisi Bulan Ramadhan lebih-lebih di malam-malam sepuluh terahir.
Umar bin Khattab selalu mengisi malam-malamnya dengan Shalat hingga Subuh tiba. Usman bin Affan tidak ketinggalan juga. Beliau terbiasa Shalat sepanjang malam, setiap Rokaatnya  menghatamkan Alqur'an.

Qatadah terbiasa menghatamkan Alqur'an setiap tiga hari sekali, tetapi apabila memasuki sepuluh terahir bulan Ramadhan beliau menghatamkannya setiap hari. Bahkan Ibrahim bin Adhan sedikitpun tidak pernah tidur baik di siang hari maupun di malam hari bulan Ramadhan.

Imam syafi'i juga tidak kalah semangatnya di dalam mengisi bulan Ramadhan dan memburu Lailatul Qadar. Dikisahkan Imam Syafi'i terbiasa menghatamkan Alqur'an enam puluh kali setiap bulan Ramadhan dan beliau melakukannya di dalam Shalat.

Kenyataan ini sungguh sangat berbalik dengan keadaan kita sekarang. Memasuki sepuluh terahir bulan Ramadhan kita lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga di pusat-pusat pertokoan ketimbang dimasjid. Rasanya tidak punya muka jika lebaran tiba tidak menggunakan baju baru dengan model terbaru pula. Akibatnya waktu kita habis mempersiapkan keperluan Lebaran, bukan esensi puasa yang didahulukan.

MANFAAT IKTIKAF


I'tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat Ibadah. Praktek I'tikaf bisa dilakukan dengan cara melakukan Shalat, membaca Alqur'an, Zdikir, Tafakur, mengajar atau kegiatan lain yang bermanfaat.

Menurut Syeh Waliyullah, I'tikaf merupakan salah satu cara yang baik untuk meraih ketenangan pikiran dan mensucikan hati. Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, " Orang yang melakukan I'tikaf di Masjid akan terbebas dari dosa, dia akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang lain yang melakukan Amal Shalih di luar Masjid".

Ulama' berbeda pendapat, berapa lama minimal seseorang harus tinggal di Masjid sehingga bisa disebut I'tikaf. Menurut Madzah Hanafi, I'tikaf boleh dilakukan sebentar saja yang penting berniat. Madzab Maliki minimal sehari Semalam. Madzah Syafii tidak jauh berbeda dengan Madzah Hanafi, boleh sebentar yang penting niat. Sedangkan I'tikaf menurut Madzah Hambali minimal satu jam.

Semoga Allah melipat gandakan semangat Ibadah kita di sepuluh terahir Bulan Ramadhaan ini. Dan semoga pula Allah mengampuni kita semua. Amin.


Posting Komentar untuk "GAYA I'TIKAF DULU DAN KINI"