Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGGUGAH PINTU LANGIT

Sabdarianada. CO. I'd .Selain Uwais Alqorni yang terkenal di jaman Nabi,  di Indonesia sebenarnya juga banyak anak-anak  luar biasa yang kesabaranya membela hidup orang tuanya yang miskin dan sakit-sakitan patut kita jadikan rujukan, bagaimana seharusnya kita bersikap kepada kedua orang tua kita.  Sebut saja misalnya Siti Aisyah Pulungan anak Medan usia 8 tahun yang sempat menarik perhatian publik di Tahun 2014. 
Anak kecil Setia merawat Bapaknya yang Sakit
Siti Aisyah Pulungan hidup berdua bersama Ayahnya Moh.Nawawi Pulungan.Ibunya pergi entah kemana meninggalkan Aisyah yang masih usia 8 Tahun bersama Ayahnya yang sudah sakit-sakitan. Mereka tidak memiliki saudara dan sanak kadang juga tidak memilki tempat tinggal. Kekayaan satu-satunya yang mereka punya adalah Becak tua yang doble Fungsi , sebagai sumber mata pencarian sekaligus sebagai rumah tempat mereka berdua melepas lelah. 

Sejak ibunya pergi Aisyahlah yang mengurus semuanya sendirian .Mulai dari mencari Nafkah sampai merawat bapaknya yang sakit. Moh. Nawawi menderita paru-paru akut sehingga sulit sekali beraktifitas,  selain hanya tertidur pasrah .Setiap hari mereka mangkal diperempatan jalan menunggu penumpang datang sambil berharap uluran tangan para dermawan . Bila malam datang,  mereka berpindah-pindah dari satu gang kegang lainnya untuk menghindari pengusiran masa. 

Hingga pada suatu malam Aisyah yang sedang memanjat pagar sebuah masjid untuk mengambil air, terciduk salah seorang pejabat penting di kota itu. Nyaris Aisyah dihajar warga kalau saja tidak direlai oleh pejabat tersebut. Setelah semuanya tenang , Pejabat itu berusaha menanyai Aisyah untuk apa memanjat pagar masjid. Ternyata hanya untuk mengambil air guna keperluan minum dan membersihkan tubuh ayahnya. 

Malam itu juga Aisyah bersama bapaknya langsung didibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan dengan biaya seluruhnya ditanggung oleh Pemerintah. Pagi harinya Aisyah juga dikembalkan kesekolah yang sudah lama ia tinggalkan. Pulang sekolah kembali kerumah sakit menemani bapaknya yang sedang mendapatkan perawatan. 

Sejak saat itu simpati dari banyak kalangan berdatangan. Aisyah bukan hanya bisa merawat ayahnya ,melanjutkan sekolah,  tetapi juga bisa memiliki rumah . Inilah Bhakti tulus seorang anak kepada orang tuanya. Pengabdiannya yang  luar biasa telah mampu mengugah pintu langit. Menjadi sebab terbukanya kerahmatan-kerahmatan yang lain yang tidak hanya bisa dinikmati dirinya tetapi juga oleh orang-orang disekitarnya . 

Kata Abd (عبد) yang merupakan Subyek dari kata pengabdian , menurut Quraish Shihab sedikitnya memiliki tiga arti. Pertama,  sesuatu yang memiliki aroma harum. Kedua anak panah , dan ketiga sesuatu yang dimiliki . 

Seorang pengabdi yang baik edialnya harus memiliki karakter yang mengambarkan ketiga makna tersebut. Dia harus bisa menebarkan Aroma harum di lingkungan mana ia berada.  Ia harus juga menjadi anak panah bagi tuanya. Dan yang tidak kalah pentingnya , ia harus ikhlas memasrahkan dirinya dimiliki sepenuhnya oleh sang majikan. 

Unwan orang tua yang berusia 94 tahun , hidup di Madinah pada pertengahan abab ke 8M,  suatu ketika pernah menemui Imam Ja'Ja'far Assodiq (702-765M) menanyakan hakekat Pengabdian . 

Imam Ja'far Assodiq menjawab juga berkisar dalam tiga hal. Pertama,  Abdi yang baik tidak pernah merasa apapun yang berada dalam genggaman tangannya adalah miliknya. Karena seorang Abdi pada hakekatnya tidak memiliki apa-apa. Kedua , selalu memastikan apapun yang ia lakukan hanya berkisar pada apa yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang oleh sang majikan. Ketiga , tidak memastikan sesuatu apapun kecuali setelah adan izin dari yang di Abdi. 

Sudahkah kita menjadi  Abdi yang baik minimal bagi keluarga kita. ? 
Semoga Allah membimbing kita semua .Amin. 

Posting Komentar untuk "MENGGUGAH PINTU LANGIT"