SUMBERMALANG HUJAN
sabdarianada. Co.id. Beberapa hari terahir di Wilayah Sumbermalang Kabupaten Situbondo berselimut Awan seperti layaknya musim penghujan. Awan-awan itu ternyata tidak ingkar janji, hari ini Ahad 22 Juli 2018 Daerah Sumbermalang benar-benar diguyur Hujan. Tidak begitu lama sekitar 30 menit tetapi cukup deras untuk sekedar membasahi Bumi yang mulai kering.
Tidak ada hujan selama beberapa minggu, siang hari di Sumbermalang yang biasanya sejuk mulai terasa panas. Debu berhamburan kemana-mana menebarkan virus influenza. Kalau sudah demikian baru terasa betapa sangat berharganya Hujan. Tidak ada hujan untuk waktu yang lama bukan hanya akan membuat udara menjadi Panas, tetapi juga akan menimbulkan bencana kekeringan. Tumbuh-tumbuhan mati, hewan mati bahkan manusia pun akan mati.
Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi'ah ayat 68-70 Allah berfirman,''Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nisaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.''
Ketika persediaan Air melimpah kita kerap kali lupa untuk mensyukurinya. Air dibiarkan terbuang Mubazdir. Belum ada upaya serius baik dari Pemerintah lebih-lebih Masyarakat, agar air bisa lebih bermanfaat dari sekedar memenuhi kebutuhan Minum, pengairan dan bersih-bersih.
Perhatikan misalnya bagaimana penduduk Mekkah yang tidak memiliki Tanah dan Sumber Mata Air sekarang mampu bercocok tanam. Dengan Rekayasa tertentu Persediaan Air yang sangat terbatas itu, sekarang mampu membuat Sejuk Fasilitas Publik dan taman-taman kota mereka dengan Hujan Buatan. Taman-taman kota mereka yang dulunya gersang sekarang hijau penuh bunga. Bahkan tidak jarang bagian atap rumah mereka berubah bentuk menjadi kebun-kebun Kurma.
Bagaimana dengan Indonesia..? Sumber Air yang melimpah seringkali mentenggelamkan penduduk Negeri ini. Banjir, tanah longsor, tsunami, badai topan dan lain sebagainya. Sementara ketika kemarau tiba air-Air itu seperti menghilang. Sumber-Sumber Air mati, Sungai dan Sumur kering, lahan pertanian gersang seperti tidak bertuan. Kenapa? Potensi luar biasa ini belum sepenuhnya bisa kita syukuri dan kita klola dengan baik. Ibarat Pedang, Air-air itu justru membunuh Majikannya sendiri.
Di dalam Alqur'an Hujan selain berpotensi sebagai Rahmat; menghidupkan dan mensucikan, juga disebut berpotensi mematikan. Seperti yang dialami oleh kaum Nabi Luth yang gandrung melakukan Homoseksual.
“Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.” (QS Asy syuara : 173)
Karena itu Ketika Nabi, SAW suatu saat pernah meminta diturunkan hujan, Kemudian hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari)[1]
Menurut Harun, Alquran dalam surat Az-Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan ''menurut kadar.'' Dalam ayat itu Allah berfirman, ''Dan Yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperlukan).'' Harun menjelaskan, firman Allah SWT itu sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern.
Betapa tidak. Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam.
''Akan tetapi rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam,'' papar Harun. Ia menjelaskan, air hujan jatuh kebumi dengan kecepatan yang rendah, karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah.
Harun menuturkan, ''Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun.'' Menurut dia, ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
Semoga Musim penghujan yang akan segera datang menambah keberkahan buat kita semua, bukan hujan Batu yang mematikan, Amin.
[1] Doa yang dibaca Nabi diatas oleh sebagian kalangan digunakan untuk Menyarang Hujan (Menunda atau memindah hujan ketempat lain)
Tidak ada hujan selama beberapa minggu, siang hari di Sumbermalang yang biasanya sejuk mulai terasa panas. Debu berhamburan kemana-mana menebarkan virus influenza. Kalau sudah demikian baru terasa betapa sangat berharganya Hujan. Tidak ada hujan untuk waktu yang lama bukan hanya akan membuat udara menjadi Panas, tetapi juga akan menimbulkan bencana kekeringan. Tumbuh-tumbuhan mati, hewan mati bahkan manusia pun akan mati.
Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi'ah ayat 68-70 Allah berfirman,''Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nisaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.''
Ketika persediaan Air melimpah kita kerap kali lupa untuk mensyukurinya. Air dibiarkan terbuang Mubazdir. Belum ada upaya serius baik dari Pemerintah lebih-lebih Masyarakat, agar air bisa lebih bermanfaat dari sekedar memenuhi kebutuhan Minum, pengairan dan bersih-bersih.
Perhatikan misalnya bagaimana penduduk Mekkah yang tidak memiliki Tanah dan Sumber Mata Air sekarang mampu bercocok tanam. Dengan Rekayasa tertentu Persediaan Air yang sangat terbatas itu, sekarang mampu membuat Sejuk Fasilitas Publik dan taman-taman kota mereka dengan Hujan Buatan. Taman-taman kota mereka yang dulunya gersang sekarang hijau penuh bunga. Bahkan tidak jarang bagian atap rumah mereka berubah bentuk menjadi kebun-kebun Kurma.
Bagaimana dengan Indonesia..? Sumber Air yang melimpah seringkali mentenggelamkan penduduk Negeri ini. Banjir, tanah longsor, tsunami, badai topan dan lain sebagainya. Sementara ketika kemarau tiba air-Air itu seperti menghilang. Sumber-Sumber Air mati, Sungai dan Sumur kering, lahan pertanian gersang seperti tidak bertuan. Kenapa? Potensi luar biasa ini belum sepenuhnya bisa kita syukuri dan kita klola dengan baik. Ibarat Pedang, Air-air itu justru membunuh Majikannya sendiri.
Di dalam Alqur'an Hujan selain berpotensi sebagai Rahmat; menghidupkan dan mensucikan, juga disebut berpotensi mematikan. Seperti yang dialami oleh kaum Nabi Luth yang gandrung melakukan Homoseksual.
“Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.” (QS Asy syuara : 173)
Karena itu Ketika Nabi, SAW suatu saat pernah meminta diturunkan hujan, Kemudian hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari)[1]
Menurut Harun, Alquran dalam surat Az-Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan ''menurut kadar.'' Dalam ayat itu Allah berfirman, ''Dan Yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperlukan).'' Harun menjelaskan, firman Allah SWT itu sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern.
Betapa tidak. Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam.
''Akan tetapi rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam,'' papar Harun. Ia menjelaskan, air hujan jatuh kebumi dengan kecepatan yang rendah, karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah.
Harun menuturkan, ''Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun.'' Menurut dia, ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
Semoga Musim penghujan yang akan segera datang menambah keberkahan buat kita semua, bukan hujan Batu yang mematikan, Amin.
[1] Doa yang dibaca Nabi diatas oleh sebagian kalangan digunakan untuk Menyarang Hujan (Menunda atau memindah hujan ketempat lain)
Posting Komentar untuk "SUMBERMALANG HUJAN"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...