Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BERNOSTALGIA DI MASJID KIBLATAIN

Masjid Qiblatain Madinah
sabdarianada.co.id. Menghadap Kiblat adalah salah satu Syarat sahnya Shalat. Tidak sah Shalat seseorang apabila salah mengambil arah kiblat, terkecuali sedang dalam kendaraan dalam sebuah perjalanan atau memang tidak mengetahui arah Kiblat. 

Secara Bahasa Kiblat artinya arah yang dituju di dalam melakukan Shalat. Merujuk pada pengertian ini maka umat-umat terdahulu pasti juga memiliki Kiblat, karena setiap Umat juga melaksanakan Shalat walaupun caranya berbeda-beda. 
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ( Albaqarah :148) 

Bagi Umat Islam Kiblat (Ka'bah) bukan hanya sebagai tempat yang dituju di dalam melaksanakan Shalat, tetapi juga tempat yang kelilingi ketika melaksanakan Thawaf. Dengan demikian Kiblat (Ka'bah) bagi Umat Islam adalah juga Lambang dari Wujud dan keesaan Allah. Berthawaf disekelilingnya melambangkan Aktifitas manusia yang tidak pernah terlepas darinya. Ka'bah bagaikan Matahari yang menjadi Pusat tata surya dan dikelilingi oleh Planet-Planetnya. 

Di awal-awal perkembangan Islam, Umat Islam melakukan Shalat dengan menghadap Baitul Maqdis di Palestina. Diriwayatkan, ketika masih berada di Mekkah Rasulullah mengambil posisi diantara Hajar Aswad dan Rukun Yamini, sehingga antara Ka'bah dan Baitul Maqdis sama-sama berada di depan Beliau. 

Ketika Rasulullah Hijrah ke Madinah, Umat Islam melakukan Shalat tetap menghadap Baitul Maqdis. Ini berlangsung selama 16 bulan ada yang mengatakan 17 Bulan. Hingga ahirnya turun Surat Albaqarah ayat 144 yang memerintahkan peralihan arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Arah Ka'bah di Masjidil Haram Mekkah.
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. [al-Baqarah/2:144] 

Ayat ini turun pada Hari Senin Bulan Rajab tahun kedua Hijriyah ketika Rasulullah dengan para Sahabat melakukan Shalat Zduhur di Masjid Bani Salamah Madinah. Dengan turunnya ayat ini Rasulullah dan Para Sahabat yang sedang melaksanakan Shalat Zduhur itu, serentak merubah Arah Kiblatnya ke Arah Ka'bah di Mekkah. Ahirnya Masjid Bani Salamah dikenal dengan nama Masjid Qiblatain yang berarti Masjid berkiblat dua.

Shalat pertama kali yang dilakukan oleh Rasulullah di Masjid Nabawi Madinah dengan menghadap Ka’bah adalah shalat Ashar. Sedangkan Penduduk Quba’ merubah kiblat mereka ke arah Ka’bah ketika sedang menunaikan shalat Shubuh, setelah kabar tentang perubahan kiblat sampai kepada mereka. 

Masjid Bani Salamah (sekarang Masjid Qiblatain) dibangun di atas sebidang Tanah bekas Rumah Bani Salamah. Sekitar 7 KM dari Masjid Nabawi. Letaknya berada di tepi Jalan menuju Kampus Universitas Madinah di Dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqid. Masjid ini terbilang sangat indah dengan taman-taman yang terjaga rapi di kanan kiri masjid. 

Jemaah Haji atau Umrah sampai sekarang masih bisa menyaksikan Dua Mihrab (tempat Imam Shalat) di dalam Masjid ini, yang satu mengarah ke Baitul Maqdis sedangkan satunya lagi mengarah ke Ka'bah di Mekkah.

Perubahan arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah di Masjidil Haram Mekkah, menyisakan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, bahwa sebuah lembaga, kelompok Masyarakat, sebuah Negara, haruslah memiliki Arah yang jelas yang akan dituju dalam usaha Pengembangan dirinya. Ketidak pastian arah tujuan akan menyebabkan kebingungan didalam menentukan prioritas kerja yang harus segera diselesaikan.

Semoga Allah membimbing kita semua dan menjadikan hidup kita lebih berarti dari waktu ke waktu, Amin.

Sumber: https://almanhaj.or.id/3751-perubahan-arah-kiblat.html

Posting Komentar untuk "BERNOSTALGIA DI MASJID KIBLATAIN"