Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGENANG PERISTIWA 4000 TAHUN YANG SILAM

Sesaat eetelah melempar Jumrotul Aqabah pada Tanggal 10 Dzulhijjah
Sabdarianada.co.id. Tanggal 13 Dzulhijjah adalah hari Terahir Jamaah haji berada di Kawasan Mina setelah melempar Jumrotul Aqabah pada Tanggal 10 Dzulhijjah dan melempar ketiga Jumroh Ula, Wusta dan Aqobah pada Tanggal 11-12 Dzulhijjah bagi Jamaah yang Ikut Nafar Awal dan dari Tanggal 11-13 Dzulhijjah bagi Jamaah yang ikut Nafar Tsani.

Perbedaan antara Nafar Awal dan Nafar Tsani terletak pada waktu kepulangannya dari kawasan Mina menuju Mekkah. Untuk Nafar Awal meninggalkan Mina pada sore hari sebelum Maghrib pada Tanggal 12 Dulhijjah. Dengan demikian Jamaah Nafar Awal hanya melempar Jumroh selama 3 hari dengan total 49 kerikil. 

Tanggal 10 Dzulhijjah melontar Jumrotul Aqabah sebanyak 7 kerikil. Tanggal 11 Dzulhijjah melontar ketiga Jumroh, Ula, Wustha dan Aqobah masing-masing 7x sebanyak 21 Kerikil. Dan Tanggal 12 Dzulhijjah juga melontar ketiga jumroh dengan jumlah yang sama seperti pada Tanggal 11 sebanyak 21 kerikil. 

Sedangkan Jamaah Nafar Tsani meninggalkan Mina pada Tanggal 13 Dzulhijjah. Jamaah Nafar Tsani melontar selama 4 hari dari Tanggal 10-13 Dzulhijjah dengan jumlah 70 kerikil. 

Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumratul Aqobah sebanyak 7 kerikil. Tanggal 11 Dzulhijjah melontar ketiga Jumroh, Ula, Wusta dan Aqobah masing-masing 7x sebanyak 21 kerikil. Demikian pula pada Tanggal 12 dan 13 masing-masing 21 kerikil. 

Kelonpok manakah yang paling utama, nafar Awal atau Nafar Tsani..? Dalam hal ini jumhur ulama bersepakat tetap lebih utama mengikuti nafar Tsani dengan Alasan sesuia dengan yang dipraktekkan oleh Nabi.
Suasana Jamarat di lantai atas
Pada umumnya Jamaah haji Indonesia memilih Nafar Awal. Walaupun ada yang memilih Nafar Tsani jumlahnya tidak seberapa. Kebanyakan Jamaah indonesia belum benar-benar mandiri di dalam melaksanakan Ibadahnya. Mereka lebih sering patuh pada pola yang ditetapkan oleh ketua kloter atau ketua Rombongan. "Jangan terlalu berambisi memburu keutamaan, dahulukan keselamatan dirinya", begitu kalimat yang sering disampaikan oleh para pendamping di dalam acara-acara pembinaan. 

Akibatnya mereka menjadi tidak berani berinisiatif untuk menyempurnakan Ibadahnya sendiri selain terus bertaqlid terhadap kemauan petugas. Tidak jarang  Petugas terpaksa menegor jemaah yang ketahuan mengembangkan polanya sendiri dengan alasan, apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya tersesat jalan tetap petugas yang akan direpotkan.

ASAL USUL RITUAL JUMROH

Melempar Jumroh termasuk salah satu Wajib haji yang apabila ditinggalkan tidak menyebabkan Ibadah menjadi batal, tetapi hanya wajib membayar Dam. Sebagaimana wajib-wajib haji yang lain, melempar Jumroh juga boleh diwakilkan bagi mereka yang  yang merasa berhalangan, seperti sakit, terlalu sepuh dan lain sebagainya. 

Ritual melempar jumroh bermula sejak 4000 tahun yang lalu tepatnya pada 1870 SM ketika Nabi Ibrohim hendak melaksanakan perintah Allah menyembeleh Putranya sendiri Nabi Ismail. Pada saat itulah Iblis datang berusaha menggoda Nabi Ibrohim agar mengurungkan niatnya. Sadar dirinya sedang di goda, Nabi Ibrohim  mengambil 7 buah kerikil dan melemparkannya kepada Iblis. iblis lari terbirit-birit ketakutan. Peristiwa ini kemudian diabadikan menjadi Jumrotul Ula. 

Gagal menggoda Nabi Ibrohim, Iblis mendatangi Siti hajar. Sebagai seorang Ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan, Siti Hajar pasti tidak akan rela putranya disembeleh oleh bapaknya sendiri. Diluar dugaan,  Siti Hajar juga cukup Sabar. Ia lebih mempercayai Suaminya ketimbang bualan kosong Iblis. Merasa kesal dirinya dipermainkan, siti juga mengambil 7 buah kerikil dan melemparkannya ke wajah Iblis. Perilaku siti hajar ini yang kemudian menjadi Jumroh Wustha. 

Dengan setengah putus asa ahirnya iblis mendatangi Nabi Ismail. Nabi Ismail dibujuk agar melarikan diri dari pada harus menjadi qorban Ayahnya yang dianggapnya tidak waras. Menyadari hal ini, Nabi Ibrohim, Siti Hajar dan Nabi Ismail sama-sama mengambil kerikil dan melemparkannya secara bersamaan kewajah Iblis. Peristiwa ini yang kemudian diabadikan menjadi Jumrotul Aqabah. 

Makna filosofi dari ritual ini adalah, kita harus berusaha keras menghajar sifat2 Syaithaniyah yang bersarang di dalam dada kita. Seperti Rakus, penjilat, Sombong dan sifat-sifat tercela lainnya.

Semoga Allah menerima Ibadah kita dan mengampuni kita semua, Amin.

Posting Komentar untuk "MENGENANG PERISTIWA 4000 TAHUN YANG SILAM"