Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BERNOSTALGIA DI RUMAH TUA

Sesaat setelah Thawaf Wada' Tahun 201

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Sabdarianada.id.membaca Ayat di atas saya jadi teringat Ka'bah Baitullah, Masjidil Haram dan segala Pernak pernik Keagungannya. Sebuah lembah Tandus yang Allah Muliakan sehingga digandrungi banyak orang.  


Kalaupun hari ini saya harus mencetitakan di sini sekelumit pengalaman saya selama berada di sana, semata-mata niat Tahaddus bin Nikmah. Semoga Allah bersihkan hati ini dari rasa Riya' yang bisa menghanguskan semua Pahala Kebajikan, Amin.

Alhamdulillah, saya sudah dua kali Allah Antar ke sana. PERTAMA di Tahun1991 Ketika  saya masih muda belia, duduk di Bangku Kelas VIII MTs. Berangkat berempat, kakak saya H.Hosen bersama Istrinya Hj. siti Zainab, dan Almarhumah Nyai Jar, salah seorang tetangga dari Desa Baderan yang sudah sangat sepuh. dan yang KEDUA pada Tahun 2014 berangkat bersama Istri Hj. Zubaidah Luthfiah. 

Ketika pertama kali ke Mekkah di tahun 1991, walaupun semua Rangkaian Ritual Haji  baik Fardu maupun Sunah  bisa saya lakukan,  hampir seluruhnya masih betsifat lahiriyah, tanpa pengamatan, penghayatan maupun perenungan. Maklum masih muda, maunya ingin selalu terlihat di depan mengejar nilai- nilai yang mudah terlihat oleh mata manusia, ketimbang nilai- nilai yang tidak kasat mata. 

Ke mana-mana  pakai Sorban lengkap dengan Jubah dan Tasbih di Tangan, persis seperti Orang Arab Kw 7. Hampir tidak ada satu sudutpun yang sering disebut-sebut orang di Lingkungan Masjidil Haram dan sekitarnya  yang tidak saya sentuh. Mulai dari Hajar Aswad, Multazam, Maqam Ibrahim, Hijir Ismail, Sumur Zamzam, makam Tua Ma'la, Pasar Seng, Masjid Jin, Masjid Kucing, Gua Hira' dan Gua Tsur. 

Selalu ingin terlihat Rajin, pintar dan kuat. Entah kenapa telinga ini selalu ingin mendengar ada orang bilang " Waduh... Masih muda sudah bisa ke Mekkah". Sebuah oroentasi hidup yang teramat dangkal, menghabiskan waktu untuk memburu sesuatu yang tidak Abadi dengan mengabaikan hal lain yang sebenarnya lebih Abadi. 

Saking terlalu berambisinya memburu sanjungan dan keutamaan, sore hari Tanggal 12 Zdulhijjah jamaah Nafar Awal bertolak dari Mina menuju Mekah, sementara jemaah lain pulang kehotel saya memilih langsung mampir ke Masjidil Haram untuk menyelesaikan Thawaf Ifadhah dan segera melepas Kain Ihram. 

Tujuannya agar esok harinya bisa dengan leluasa mengantar Almarhumah Nyai Jar menyelesaikan Rukun Hajinya, tanpa dibebani kewajiban Pribadi yang harus diselesaikan. Beliau sudah sangat sepuh, segala sesuatuanya harus di papah. 

Begitu pagi tiba bak Pahlawan Muda yang bersahaja, dengan bersemangat Bismillah saya mengantar Nyai Jar sendirian melaksanakan Thawaf Ifadhah. Beliau saya papah sambil sesekali saya rangkul untuk menghendari benturan Jamaah lain yang kadang sulit dibendung. 

Thawaf putaran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya begitu lancar. Baru mendekati putaran ketujuh, ada orang kulit Hitam membentur dari belakang sehingga membuat saya marah dan Emosi. Tanpa banyak pikir saya sikut dia hingga terdengar suara praaakk.. Saya toleh  terlihat lehernya terpelinter kebelakang dengan mulut menyeringai hingga giginya yang putih terlihat,  pertanda dia sangat kesakitan. Saya tidak mempedulikannya terus saja berjelan menyelesaikan Thawaf yang tinggal satu putaran. 

Keanehan pun terjadi, belum sempat saya membimbing nyai Jar melakukan Shalat Sunat Thawaf, tiba-tiba leher saya tidak bisa di gerakkan sakit sekali. Inilah Tanah Haram. Kejahatan sekecil apapun pasti menemukan Balasannya pada saat itu juga. Rasa sakit itu terus saya derita berhari-hari hingga sampai ke Madinah. Walaupun berbagai upaya sudah dilakukan, dipijet, dikerok tidak sembuh juga. Baru satu hari menjelang pulang ke Tanah Air tiba-tiba rasa sakit itupun menghilang. Pastilah leher orang kulit hitam itu juga sangat sakit seperti yang saya rasakan. 

SEJARAH KA'BAH

Ketika saya melaksanakan Haji yang kedua kalinya di Tahun 2014,  usia saya hampir memasuki kepala empat, sehingga situasinya menjadi sangat berbeda. Saya lebih sering menyendiri. Duduk Tafakur menghitung-hitung Noda hitam yang berceceran di sepanjang jalanku. Hinggap juga rasa khawatir ketika terbayang masa depan diri dan anak-anak yang masih terlihat kusut.

Sangat beruntung, pada tahun itu banyak juga orang Sumbermalang yang Naik Haji. Ada pak Haji Imron Tamansari bersama Istrinya, pak Haji Supat Plalangan bersama istri, Pak Haji Arjo Tamankursi dan satu lagi teman dari Besuki pak Haji didik bersama Istri. 

Atas bantuan mereka Istri saya menjadi tidak ketinggalan ziarah ketempat-tempat terkenal di sekitar Mekah-Madinah. Jika tidak karena jasa mereka, mungkin istri saya harus lebih banyak menunggui saya yang secara Lahiriyah lebih terlihat Pasif. Terimakasih buat semuanya, semoga Allah menggantinya dengan imbalan yang lebih menarik di Surga, Amin.
Salah seorang Kenalan dari Pesisir Besuki
Semoga Beliau masih sehat, Amin
Waktu itu hampir tiap malam saya selalu ingin sendiri di lantai II Masjidil Haram, duduk Tafakkur menatap Bangunan Ka'bah yang berdiri kokoh dengan Balutan kain Kiswah yang begitu Agung. Ka'bah terlihat sangat berwibawa dikelilingi jutaan orang Thawaf yang tidak pernah henti. 

Benak saya yang kotor mulai bertanya-tanya. Kenapa Bangunan ini menjadi sangat Istimewa..? Semua orang berharap ingin menziarahinya. Berebut menyentuh, memeluk bahkan menciumnya. Semua Mahluq menghormatinya. Tidak pernah terlihat  satu burung pun yang berani melintas di atasnya, walaupun dilingkungan Masjidil Haram banyak dijunpai burung merpati berterbangan. Bentuk bangunannya sangat sederhana. Hanya Bangunan berbentuk  Segi empat tanpa atap. Tidak ada asesoris yang menonjol selain kain Kiswah yang membalutnya. 

Kenapa Ka'bah menjadi sangat melegenda...? Seperti apakah Gerangan Ibrohim sang Arsitek itu..? Seperti apa pula Putra Ismail yang Bhaktinya kepada orang tuanya sangat mengharukan itu..? Betulkah Nabi Ibrohim yang pertama kali membangunnya atau hanya memperbaikinya..?
Pertanyaan-pertanyaan ini selalu mengusik benakku. 

Sebelum pertanyaan-pertanyaan ini bisa saya jawab, satu persatu Firman Allah tergiang ditelingaku.


وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” ( Albaqarah 127)


وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ 
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauhjauh (Alhaj 27)

Dengan mengambil isyarat dari dua ayat diatas, Analisa saya yang dangkal mulai mencari-cari jawaban. Hingga sampailah pada suatu kesimpulan bahwa Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim, hanya saja beliau bersama putranya Ismail yang meninggikan fondasinya, karena boleh jadi ketika itu Ka’bah telah runtuh atau bahkan rata dengan bumi

Nabi Ibrohim sepertinya juga bukan orang yang Ahli Bangunan, terbukti bentuk bangunan Ka'bah sangatlah sederhana. Dan sebagai manusia biasa Nabi Ibrohim pun ragu Karyanya tersebut tidak diterima Allah dan tidak diminati oleh banyak Manusia.

Allah mengetahui kegelisan Nabi Ibrohim Karenanya Allah memerintahkan Nabi Ibrohim agar rajin mempromosikan karya tersebut ke seluruh penjuru mata Angin. Tujuannya agar banyak manusia dari berbagai penjuru dunia mau berkunjung baik untuk sekedar Ziarah maupun melaksanakan Haji.  

Belum puas dengan jawaban yang saya dapatkan, saya pun mulai berusaha membongkar berbagai Reftensi yang bisa saya temukan. Husni Al Kharbuthi menuliskan bahwa yang pertama kali membangun Ka’bah adalah malaikat, tepatnya sebelum bumi diciptakan.

Diceritakan bahwa Allah sangat murka kepada para malaikat dan kemudian berpaling, ketika para Malaikat menunjukkan sikap keberatan unttuk melakukan sujud pada Nabi Adam sebagaiman diceritakan dalam Surat Al-Baqarah ayat 30. akhirnya para malaikat lari menuju ‘Arsy, mereka menengadah sambil memohon ampun pada Allah.

Selanjutnya para malaikat thawaf mengelilingi ‘Arsy sebanyak tujuh kali –seperti thawafnya jamaah haji di Ka’bah saat ini. Melihat itu, Allah kemudian menurunkan rahmat-Nya dan membuat sebuah rumah di bawah ‘Arsy yaitu bait al-ma‘mur, dan Allah berkata: “thawaflah kamu mengelilingi rumah ini dan tinggalkanlah ‘Arsy”.

Setelah itu Allah memerintahkan para malaikat yang ada di bumi untuk mernbangun sebuah bangunan yang serupa dengan bait al-ma‘mur, dan memerintahkan mereka untuk thawaf mengelilingi bangunan tersebut sebagaimana thawafnya para malaikat yang ada di langit. Jika begitu, maka para malaikat telah melakukan ibadah haji 2000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan.

Menurut sejarawan yang lain, mengatakan bahwa Nabi Adam adalah orang pertama yang membangun Ka’bah. Pada saat itu Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pada Adam dan Hawa. Sembari menunjukkan lokasi, maka Jibril menyampaikan wahyu itu yang berbunyi: “Dirikanlah untukku sebuah bangunan”.

Setelah bangunan itu selesai dibangun, Allah memerintahkan Nabi Adam dan Hawa untuk melaksanakan thawaf, dan Allah berfirman: “Engkau adalah manusia pertama dan ini adalah bangunan yang pertama”. Lalu seiring bergantinya waktu, sampailah masa Ibrahim yang kemudian meninggikan fondasi Ka’bah. 

Inilah Rahasianya kenapa Bangunan Ka'bah sangat melegenda. Kakbah adalah Karya banyak Genarasi. Kakbah dibangun bukan atas kemauan Manusia tapi atas Perintah Allah. Sangat berbeda dengan kebanyakan kita yang melakukan sesuatu atas ambisi pribadi.Ahirnya walaupun karya itu indah dan menarik, sama sekali tidak memiliki daya tarik.

Semoga Allah menerima Ibadah kita dan membimbing kita semua, Amin

Posting Komentar untuk "BERNOSTALGIA DI RUMAH TUA "