Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KADES TLOGOSARI TUMPENGAN DI ASTAH BUJUK MINIH

Bersama kita bisa
Suasana Tumpengan di Astah Bujuk Minih

Sabdarianada.id. Tumpeng dan Rasol (Madura)  adalah dua sejoli yang mesti harus ada setiap kali ada acara gelar doa. Rasanya kurang Shahih mengadakan acara gelar doa tanpa kehadiran keduanya, atau minimal salah satunya.

Rasol berasal dari bahasa Arab (رسول) yang artinya utusan.Yang dimaksud utusan dalam hal ini adalah segala bentuk karunia yang Allah hadirkan di tengah-tengah kehidupan kita, terutama bahan makanan/minuman sebagai kebutuhan dasar hidup manusia.

Di dalam tradisi Madura, praktik Rasol (atau ada yang menyebut Sanding ) dilaksanakan dalam bentuk menyajikan nasi dalam wadah piring yang dibuat agak menggunung (mrojun:Madura) dengan bahan dan lauk yang berbeda-beda disesuaikan dengan keperluann


Lain lagi dengan Tumpeng. Tumpeng adalah menyajikan Nasi berbentuk kerucut lengkap dengan lauk pauknya.Biasanya menggunakan bahan Nasi Kuning, kendati juga ada yang menggunakan Nasi Putih.

Pada awalnya tradisi Tumpengan ini dilestarikan oleh masyarakat pedesaan di Jawa,Sunda, Madura dan Bali.Namun dalam perkembangan berikutnya tradisi ini sudah merambah ke rumah-rumah para Pengusaha bahkan Lingkungan Istana.

Menurut tradisi Islam Jawa, "Tumpeng" merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen metutu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya "Buceng", dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing ken ceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa
pitu , maksudnya Pitu lungan (pertolongan).

Tiga kalimat akronim itu, diyakini berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra' ayat 80:
رب ادخلني مدخل صدق واخرجني مخرج صدق واجعل لي من لدنك سلطانا نصيرا

"Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan".

Menurut beberapa ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW waktu akan hijrah keluar dari kota Mekah menuju kota Madinah


Maka bila seseorang berhajatan dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. 


HUBUNGAN NASAB KADES TLOGOSARI DENGAN BUJUK MINEH

Astana Bujuk Mineh berada di sebelah timur 100 M dari lokasi Yayasan Sabda Ria Nada. Di Area ini pula bersemayam Jasad Alm H. Abdurahman Hamzah dan almh. Hj. Siti Fatimah ( orang Tua Kades Tlogosari), alm.H. Miftahol Hasan ( Kakak Sulung) serta Alm. Bujuk Dersima  (Buyut) yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Tlogosari selama 23 tahun pada masa penjajahan Belanda. 

Menurut penuturan sesepuh desa,Bujuk Mineh berasal dari Pamekasan Madura.
Selain dikenal sebagai sosok yang sakti mandraguna, penduduk setempat juga berkeyakinan bahwa bujuk mineh adalah orang pertama yang membabat wilayah Sumbermalang yang masih berupa hutan belantara menjadi tempat pemukiman penduduk.

Dari segi Nasab, Kepala Desa Tlogosari H. Fathullah Husen masih memiliki pertalian keluarga yang sangat dekat dengan Bujuk Mineh. Dituturkan bahwa bujuk Mineh memiliki 4 orang putra yaitu, Bujuk Diman, Bujuk Fina, Bujuk Sina dan Bujuk Dersima.

Bujuk Dersima memiliki 2 orang putra, Bujuk Sujak dan Bujuk Sugiyan. Bujuk Sugiyan menikah dengan seorang perempuan bernama Sana. Dari pernikahan ini melahirkan seorang Putri bernama HASANAH (Hj. Siti Fatimah).

HASANAH (Hj. Siti Fatinamah) menikah dengan laki-laki bernama EMIN (H.Abd. Hamzah) yang selanjutnya melahirkan 3 orang putra yaitu :
1. Alm. H.Miftahol Hasan (Mantan Ketua Yayasan Sabda Ria Nada)
2. H. Fathullah Hosen ( Kades Tlogosari sekarang)
3. H. Hasbiallah (Pendiri dan Pengasuh Sabda Ria Nada. 


Disela- sela bincang santai usai Gelar doa bersama ada salah seorang peserta nyeletuk bertanya, "Apakah masih akan maju kembali pada Bursa Pilkades Tlogosari Oktober mendatang..?". 

Dengan diplomatis beliau mengutip perkataan Usman bin Affan ketika didesak mundur dari Kursi Kholifah, " Demi Allah......., saya tidak akan pernah melepaskan baju yang Allah kenakan kepada saya, kecuali Allah sendiri yang membukanya". 

Ahirnya kita hanya bisa mendoakan, semoga Allah menambah kesehatan beliau dan membimbing langkahnya, Amin.

Posting Komentar untuk "KADES TLOGOSARI TUMPENGAN DI ASTAH BUJUK MINIH"