Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGINTIP PARA MAHASISWA BERJUALAN

Gerbang Utama Pasar Minggu Pagi
Komplek Universitas Gajah Mada ( UGM) Yokyakarta
Sabdarianada.id. Sejarah Pasar diberbagai belahan Dunia selalu di awali dengan bertemunya banyak orang pada suatu tempat untuk tujuan dan keperluan tertentu. Ketika banyak orang sudah berkumpul, cepat atau lambat salah seorang dari mereka  pasti membutuhkan sesuatu, mulai dari sekedar minum, buang air kecil sampai pada informasi tertentu yang mungkin sangat ia butuhkan pada saat itu.  

Kebutuhan yang muncul dari sejumlah orang ini, oleh sarjana Sosial disebut sebagai "MASALAH", tapi para sarjana ekonomi yang memiliki jiwa entrepreneur menyebutnya "PELUANG" yang menjadi cikal bakal lahirnya sebuah produk dan Jasa yang menjadi bagian penting kehidupan Masyarakat Pasar. 

Secara Bahasa Pasar sepertinya berasal dari bahasa Arab ( FAS 'AR : فاشعر ) yang artinya menyiarkan, memberitakan dan mempromosikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pasar didefinisikan sebagai satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial, tempat menjual barang, jasa, dan tenaga kerja dengan Imbalan uang. Walaupun diawal pertumbuhannya diceritakan menggunakan sistem barter, tukar menukar barang dengan barang sebelum manusia  mengenal uang.  

Salah satu Sudut Sunmor Yogyakarta
Menjelang Zduhur mulai nampak lengang
Merujuk pada dua pengertian diatas, sangatlah masuk diakal apabila Pasar Minggu pagi atau Sunday Morning yang oleh masyarakat setempat disingkat "SUNMOR" bermula dari kebiasaan Mahasiswa dan Masyarakat berkumpul setiap minggu pagi di Plataran Taman Univetsitas Gajah Mada 
(UGM) Yogyakarta, baik untuk sekedar jalan-jalan menghirup udara segar maupun untuk berolah raga. 

Rupanya peluang emas ini tidak disia-siakan oleh sebagian Mahasiswa dan Civitas Akademik UGM untuk mengasah Naluri bisnisnya. Satu-dua mereka mulai berjualan. Makin lama makin banyak, sehingga sekarang menjelma menjadi pasar Raya yang menyediakan ragam lebutuhan manusia. Mulai dari  bermacam Kuliner, pakaian jadi, elektronik, binatang piaraan hingga mainan anak-anak. 

Melihat perkembangan sunmor yang  semakin tidak bisa dibendung, ahirnya pihak universitas mengeluarkan kebijakan, Pasar Sunmor dibuka untuk umum, siapapun boleh berkunjung dan berjualan, apapun boleh dipasarkan. Tapi hanya seminggu sekali, setiap hari Minggu dari jam 5 pagi sampai jam 12 siang. Pasar dadakan yang hanya ada di Hari minggu ini tidak kalah ramai dengan Pasar mallioboro yang terkenal itu. Hampir tidak ada ruang buat kendaraan melintas, semua sudut penuh sesak oleh manusia.
Jalan Raya yang setiap hari minggu beralih fungsi menjadi tempat Parkir

TAMAN KEARIFAN


Hal lain yang juga sangat menarik perhatian saya, di salah satu sudut Sunmor berdiri sebuah papan nama bertuliskan, 
" Gerbang Plaza UGM
Taman Kearifan Wisdom Park
Anda memasuki Taman Kearifan, Berlakulah Arif".

Sejenak saya berusaha menerka-nerka apa maksud tulisan tersebut. Setelah berputar-putar cukup lama, saya berpapasan dengan sejumlah Waria berpakaian serba mini lengkap dengan rokok ditangan. Asyik bercengkarama dengan komonitasnya. 

Sementara di bagian lain terlihat beberapa Mahasiswa seperti  sedang  memainkan peran tertentu dalam sebuah pertunjukan Teater. Ada juga yang sedang mengalang dana untuk kegaiatan sosial dan kemanusiaan. 

Tak lama berselang sayapun melihat sejumlah laki-laki sedang asyik mengelilingi seorang perempuan berpakain mini juga dengan rokok ditangan. Melihat gayanya bicara sepertinya mereka sudah cukup lama saling mengenal. Entah mereka komonitas apa namanya. 

Tidak ketinggalan pula beberapa wanita sedang mengendong anaknya, sambil menunggu Shadaqah dari setiap orang yang lewat. Sementara disudut lain, para pemusik jalanan sedang Asyik menghibur diri. 
Papan nama Taman Kearifan
Ketika melihat pemandangan-pemandangan seperti inilah mungkin, yang dimaksud oleh papan nama di atas kita harus berlaku arif. Siapapun yang mengunjungi tempat tersebut haruslah berlapang dada, untuk tidak keburu merasa terganggu dan mengganggu, ataupun menyalahkan dan merendahkan orang lain tanpa terlebih dahulu berusaha mengerti, dari komonitas apa dan sedang apa mereka. 

Menjadi orang Arif ternyata lebih sulit dari pada menjadi orang Pintar. Orang Arif tidak lagi mengukur seseorang atau sesuatu berdasarkan ukuran Formal, tetapi ia berusaha memahami apa adanya dan bagaimana seharusnya. 

Orang yang terlalu mudah menyalahkan dan memuji orang lain secara berlebihan, bukanlah orang Arif. Karena orang yang masih bisa menyalahkan orang lain, berarti dia belum pernah memulai belajar, sungguhpun telah memiliki pengetahuan Formal yang sangat tinggi. 

Orang yang arif juga tidak mudah mengutuk dan menyalahkan dirinya sendiri. Karena orang yang masih suka menyalahkan dirinya, berarti dia baru saja memulai belajar. Seseorang baru bisa dikatakan telah selesai belajar, apabila dia sudah tidak bisa lagi menyalahkan orang lain dan menyalahkan dirinya sendiri. 

Orang yang arif tidak akan pernah menyalahkan siapapun. Ia selalu berusaha memperbaiki keadaan tanpa menyudutkan siapapun, kalau perlu tanpa dikenal oleh siapapun. Dalam bahasa Agama kelompok seperti ini seringkali disebut sebagai kelimpok yang Mukhlisin.

Sungguh pengalaman berharga yang tidak akan pernah selesai kita renungkan sepanjang hidup kita. Semoga Allah mengampuni kita dan membimbing kita semua, Amin.



Posting Komentar untuk "MENGINTIP PARA MAHASISWA BERJUALAN"