Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENGALAMAN BARU YANG MELELAHKAN



Stasiun Probolinggo
Kereta Api Legawa Jurusan Banyuangi-Yogyakarta

Pernah sekali aku pergi 
Dari jakarta ke surabaya 
Untuk menengok nenek disana 
Mengendarai kereta malam 
Cug kicak kicuk kicak kicuk 
Kereta berangkat 
Cug kicak kicuk kicak kicuk 
Hatiku gembira 

Sabdarianada.id. Bait di atas adalah potongan Syair lagu Kereta Malam Milik Rhoma Irama, yang sempat buming di era 80 an ketika dirilis ulang oleh Biduwanita Cantik Evi Tamala. Sebuah lagu Danggut Jenaka yang bercerita betapa asyiknya bertransportasi darat dengan kereta Api. 

Saya yang seumur-umur belum pernah merasakan naik Kereta Api, ketika mendengar lagu tersebut setengah tidak percaya.  Pasalnya informasi yang saya terima sangat menyeramkan. Katanya Naik kereta  Api apalagi yang kelas ekonomi,  rawan begal, banyak copet. sesak, kotor dan berita-berita menakutkan lainya. 

Rasa anti pati saya terhadap Kereta Api semakin menjadi-jadi, ketika di era yang sama seorang kritikus Sosial Bang Iwan Falsh merilis lagu berjudul 1910 tentang Tragedi Bintaro.Dua Kereta Api ekonomi  bertabrakan, KA 220 Jurusan Tanah Abang-Merak dengan KA 225 jurusan Rangkasbitung-Merak, pada Senin Pagi 19 Oktober 1987. Akibat kecelakaan tersebut 153 orang meninggal Dunia dan 300 orang lainnya luka-luka.

Demi mendengar berita di atas, saya hanya tidak bersumpah, tapi ada semacam iktikad di dalam hati, selama masih mungkin tidak akan pernah Naik Kereta api apapun alasannya. Karena itu walaupun saya pernah hampir lima Tahun berada di Malang, dan tempat tinggal saya berdekatan dengan Stasiun Kereta Api, saya belum pernah sekalipun Naik Kereta Api. 

Rupanya sindiran Allah di dalam Alquran agar kita tidak berlebihan jika membenci sesuatu berlaku untuk semua hal. Kata teman-teman di Pesantren, sebelum benar-benar Haqqul Yakin kita harus bertabayyun terlebih dahulu, Agar tidak apriori sehingga salah di dalam mengambil kesimpulan.  

Karena Allah memang Maha segalanya, Allah tahu betul bagaimana menggiring hati seseorang yang sudah terlanjur anti pati terhadap kereta Api, berubah menyukai dan mengaguminya. 

Pertama, Allah bikin dua orang anak saya yang masih kecil-kecil sangat menyukai Kereta Api. Saking sukanya kalau ditanya ingin jadi apa, jawabnya pasti "Ingin jadi seorang Masinis...!!". Waduh, dirumah koleksi Miniatur Kereta Apinya hampir dua keranjang penuh. Kalau diuangkan mendekati biaya Rokok saya dalam Tiga bulan. 

Kedua, Allah bikin hati saya merasa sangat Kasihan, apabila anak-anak saya hingga Dewasa belum sempat mengetahui Kereta Api yang sesungguhnya. Ketiga, Hari Sabtu 31 Aguatus kemarin,  saya dan keluarga benar-benar senggang sehingga bisa mengantar Anak pertama ke Yogyakarta sekalian mencoba Naik Kereta. 

Subhanallah, sedemikian Sistimatisnya rencana Allah. Allah Tahu betul bahwa seorang ayah hanya akan menyerah kalah apabila dihadapkan pada kesenangan anak-anaknya. 

Menurut Ahnaf bin Qois ketika memberi Nasehat kepada Muawiyah bin Abi Sufyan,  anak adalah (ثمار قلوبنا وعماد ظهورنا) buah hati orang tua dan tempat orang tua kelak akan bersandar. Selama mungkin, setiap orang tua pasti akan berusaha keras menyenangkan anak-anaknya.
Calon Ustad apa Masinis ya..?
Ahnaf bin Qois melanjutkan nasehatnya 
( ونحن لهم ارص ذليله وسماء ظليله)   orang tua dihadapan anak-anaknya laksana tanah yang hina. Dikeruk semua manfaatnya tapi diinjak-injak. Pada saat yang lain, orang tua harus bersedia menjadi langit yang siap menaungi dan memberikan perlindungan kepada anak-anaknya. 

Waduh....., kok malah keceplosan ikut-ikutan ceramah kayak Ustad Abdul Shomad. Padahal saya hanya ingin bercerita pengalaman Naik Kereta Api dari Probolinggo menuju Jogja. Iya dah... Lanjut pak Eko..... 

Singkatnya, naik kereta Api itu Asyik lho...
Lebih hemat, anti macet, aman dan sangat menyenangkan. Hanya memang ada baiknya sebelum berangkat sedia bekal. Kwatir pingin ngemel di tengah perjalanan. Makanan di atas Kereta Api lumayan mahal. Nasi Goreng 25.000, air mineral tanggung 10.000, kopi 15.000,-. 

Kekurangan lainnya tidak disediakan ruang khusus bagi para perokok. Bagi perokok berat seperti saya, perjalanan 8 jam tanpa asap rokok  sungguh sangat melelahkan. Apalagi anjuran untuk tidak merokok disampaikan berulang-ulang menggunakan pengeras suara, dengan nada sedikit mengancam. " Tang... Ting...tuung, demi kenyamanan bersama, dimohon untuk tidak merokok. Jika ada penumpang kedapatan merokok, akan diturunkan di Stasiun terdekat". 

"Buseeeeet, kejam nian", gumamku dalam hati. Apa mereka lupa, kalau sumbangan cukai rokok menempati posisi teratas terhadap APBN Negeri ini. Tahun 2017 mencapai 149 Terilyun, tahun 2018 mengalami kenaikan hingga 153 Terilyun.  Setiap satu batang rokok menyumbangkan Rp. 500,- terhadap kas Negara. Jika rata-rata para perokok habis satu bungkus per hari, berarti mereka telah menyumbang Rp. 6000 perhari. 

Sekarang bandingkan dengan mereka yang sok sehat anti Nikotin, apa sumbangan mereka..? Sudah tidak ikut berdarah-darah merebut Negeri ini, pelitnya selangit.  Eeee malah masih minta di gaji oleh negara. 

Kedepan ada baiknya perusahaan KAI juga menghargai perasaan para perokok, yang telah berjasa ikut menyumbang pendapatan Negara. Toh asap rokok tidak lebih berbahaya dari pada asap Kanalpot dan Asap Pabrik. 

Semoga Allah membimbing kita, Amin







Posting Komentar untuk "PENGALAMAN BARU YANG MELELAHKAN"