MENGASAH KEMAMPUAN ENTREPRENEUR SEJAK DI BANGKU SEKOLAH
Lokasi Sunmor Yogyakarta Sabar Menunggu Pembeli Datang Lebih Berharga dari Pada menahan 7× Sabetan Pedang |
Walaupun belum pernah tercatat sebagai Mahasiswa terbaik dengan sederet Mahasiswi yang selalu siap memberikan ucapan selamat dan hadiah bunga, saya bahagia dan sangat menikmati belajar di kota tersebut.
Ada beberapa alasan kenapa saya bisa merasa nyaman di sana. Pertama cuaca yang relatif sama dengan Sumbermalang daerah asal saya, sama-sama dingin, sama-sama sering hujan.
Kedua, kebanyakan Mahasiswa di malang bukan pemuja penampilan dan kekayaan. Mereka lebih sering terlihat sebagai orang biasa walaupun tidak sedikit yang kaya Raya. Jarang mandi, males ganti baju, bibir pucat, muka lusuh tanpa make up itulah pemandangan umum setiap hari.
Mahasiswa dengan modal dan muka pas-pasan seperti saya tidak perlu merasa canggung, cukup memiliki ruang untuk menampakkan diri.
Selama 5 Tahun di Malang, saya hanya dua kali beli baju. Satu kali Jaket bekas, dan satu kali baju baru menjelang PPL. Sepatu hanya satu-satunya yang selalu setia saya pakai mulai pertama masuk hingga saya tamat. Tetapi membeli buku baru saya berkali-kali. Saya selalu tidak bisa menahan diri setiap melihat ada buku baru atau ada Album Rhoma Irama terbaru.
Yang saya lakukan ini pun masih jauh jika dibandingkan teman-teman yang lain. Walaupun penampilan mereka acak-acakan, urusan baca buku jangan ditanya. Kaca mata mereka tebal-tebal. Diskusi-diskusi kecil selalu hidup di berbagai waktu dan kesempatan.
Tidak jarang mereka secara mandiri membuat kometmen bersama, dengan sanksi-sanksi tertentu apabila di akhir semester ada yang memiliki catatan prestasi kurang memuaskan.
Saya yang kebetulan menempati Asrama Masjid kampus bersama 9 orang Mahasiswa lain dari berbagai tingkatan, juga terlibat dengan aturan-aturan tidak tertulis ini. Kami membuat kometmen Apabila di Akhir semester ada yang memiliki IP kurang dari tiga, disanksi membersihkan seluruh masjid dan jeding sendirian tidak boleh dibantu.
Alasan ketiga saya bisa betah di Malang, Mahasiswa di Malang atas kemauannya sendiri aktif melakukan kebaikan-kebaikan kecil tanpa perlu menunggu dinilai baik oleh orang lain.
Contoh mereka sangat respek sekali membuang barang atau apa saja yang dianggap mengganggu orang di jalan. Sepintas lalu perbuatan ini remeh sekali tidak level dilakukan oleh Mahasiswa perguruan tinggi terkemuka seperti di Malang, tapi tahukah anda perbuatan tersebut setara dengan 360 kali Shadaqah.
Diceritakan oleh Abi Hurairah, Rasulullah bersabda
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
(رواه البخاري ومسلم )
”Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya, mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah,membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkah menuju shalat adalah sedekah, membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.”(HR.Bukhari dan Muslim)
Menurut Imam Nawawi RA, Kata (سُلاَمَى ) berarti persendian manusia yang seluruhnya berjumlah 360. Persendian-persendian tersebut setiap hari meminta Shadaqah. Jika setiap persendian kita hargai Rp. 500,- x360 berarti Shadaqah yang harus kita keluarkan setiap hari sebesar Rp. 180.000,- , sangat dapat dipastikan jarang sekali kita yang mampu melakukannya.
Kebahagiaan Tiada Tara ketika ada orang lain mau menghargai Ide-ide Kita |
Tetapi hanya dengan membuang Gangguan yang ada dijalan ( تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ) baik berupa batu, kayu, duri, pecahan kaca, paku atau apa saja yang dianggap mengganggu orang lain, kita sudah dianggap lunas bershadaqah terhadap 360 persendian kita.
Kebaikan kecil lain yang juga dibiasakan di lingkungan Masyarakat Kampus di Malang adalah, mereka terbiasa mengucapkan Salam dan berjabat tangan apabila bertemu dengan Mahasiswa lain di manapun mereka berada. Lagi-lagi dua perbuatan ini sepintas lalu sangat kecil, tetapi sesungguhnya apabila dibiasakan memiliki keutamaan yang sangat besar.
Mengucapkan Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarokatuhu menurut Nabi dalam Hadis Riwayat Imam Bukhari setara dengan melakukan kebaikan sebanyak 30 kali. Tentu hal itu akan menghabiskan cukup banyak sekali waktu kita. Akan tetapi hanya dengan mengucapkan salam secara sempurna kepada sesama Muslim, kita telah memperoleh pahala yang sebanding dengan Pahala 30 kali kebaikan.
Selanjutnya Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“
Saya tidak banyak tahu tradisi di kampus-kampus yang lain, tetapi saya pikir kebiasaan-kebiasaan tersebut di atas juga sangat baik apabila juga kita tradisikan di Wilayah kerja kita masing-masing. Dari pada berandai-andai ingin melakukan sesuatu yang besar namun tidak pernah mampu kita wujudkan. Seperti yang banyak dilakukan oleh sebagian Politisi kita di musim kampanye.
Menjanjikan banyak hal luar biasa, namun tidak satupun mereka penuhi. Jika demikian sama saja mereka ingin dikenang sebelum benar-benar menjadi pemenang. Pemenang yang sesungguhnya adalah mereka yang mampu menyingkirkan sifat malasnya, untuk melakukan kebaikan apa saja yang mereka bisa.
Selain yang telah disebutkan tadi tentu masih banyak lagi jenis-jenis kebaikan kecil yang mengandung manfaat dan pahala yang sangat besar bagi orang yang mau melakukannya, dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan kebaikan sekecil biji sawi sekalipun. Semuanya pasti menemukan balasannya baik di dunia lebih-lebih di akhirat nanti. Salah satunya adalah mengasah Naluri Entrepreneur sejak di Bangku Sekolah.
MENGASAH NALURI ENTREPRENEUR
Pemaknaan Sukses bagi Seorang Pelajar/Mahasiswa di Era 2000 an kebelakang sudah mengalami pergiseran jika dibandingkan dengan pelajar/Mahasiswa era 80 an.
Di era 80 an seorang Pelajar/Mahasiswa bisa dipandang Sukses apabila selepas Sekolah/Kuliyah bisa diterima Bekerja pada Instansi atau Perusahan-Perusahaan tertentu dengan Gaji Jutaan Rupiah.
Berbeda dengan Pelajar/Mahasiswa yang hidup di era 2000 an kebelakang. Pelajar/Mahasiswa sekarang baru dipandang Sukses apabila selesai Sekolah/Kuliyah mampu menciptakan Lapangan Pekerjaan baru sehingga bisa mengurangi Deretan Angka pengangguran yang ada disekitarnya.
Menyadari hal ini, maka mengasah Naluri Entrepreneur sejak di Bangku sekolah adalah sebuah keharusan, bagi siapa saja yang mendambakan kemapanan dimasa mendatang.
Naluri Entrepreneur adalah Kemampuan berwirausaha yang dicirikan dengan Pandai atau berbakat mengenali Produk baru, menentukan cara Produksinya, menyusun manajemen Operasinya, memasarkannya serta mengatur permodalan Operasinya.
Untuk langkah awal tidak perlu berhayal ujuk-ujuk jadi pengusaha sukses dengan omset Jutaan Rupiah. Di tengah-tengah maraknya Budaya Konsumtif yang menyandra hampir 90% penduduk Dunia, tidak malu berjualan kacang Goreng saja sudah sangat luar biasa. Seperti yang diperlihatkan oleh salah seorang Mahasiswi Yogyakarta pada gambar di atas.
Dia memilih berjualan baju-baju bekas di Sela-sela kesibukan Kuliyah. Kenapa baju bekas...? Logikanya tentu sederhana, modalnya kecil, calon pembelinya kebanyakan Mahasiswa yang juga seringkali kekurangan uang. Bagaimana bisa segera dapat pelanggan kalau produk yang dipasarkan mahal-mahal.
Sederhana khan..? Sangat sederhana. Intinya yang penting kita Happy menjalaninya dan bisa mendatangkan penghasilan walaupun sedikit. Penghasilan sedikit tetapi tiap hari, masih lebih baik ketimbang banyak tapi hanya setahun sekali.
Sebagai penutup bagian ini saya ingin mengutip perkataan Huzaifah Ismail, bahwa tidak ada seorangpun yang terlahir kedunia langsung sebagai orang dewasa yang memiliki segala sesuatu, tetapi mereka semua mengawali sebagai bayi yang tidak bisa apa-apa, kemudian menjadi anak-anak, remaja dan orang Dewasa yang hidup bahagia. Demikian pula kebaikan, setiap kebaikan besar tentu dimulai dari kebaikan-kebaikan lain yang lebih kecil.
Semoga memasuki detik-detik Akhir Bulan Sumpah Pemuda Tahun ini, Allah semakin membimbing kita untuk melakukan lebih banyak lagi Kebaikan-kebaikan yang kita bisa, Amin.
Aamiinn..
BalasHapusAmin
Hapus