Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

EDUKASI CINTA MUSTA'MAL DAN CINTA MUSYAMMAS

Para Korban Cinta Musyammas
Sabdarianada.Id. Entah dari mana awalnya bermula, sore itu dalam sebuah Halaqoh kecil yang sedang mengkaji Tafsir Yasin tiba-tiba muncul Istilah "Cinta Musta'mal dan Cinta Musyammas". 

Kontan yang hadir tertawa cekikikan, ada juga yang hanya nyenger kecut,  seperti tersindir karena mungkin sudah berkali-kali mengalami hal dimaksud. 


Maklum Remaja Jaman Now, Urusan Percintaan dan cerita Cinta sudah terlalu sering mereka konsumsi dari berbagai media bahkan sejak usia dini. Suka dan tertarik pada lawan jenis atau apalagi namanya, bukan hal baru bagi anak-anak sekarang.  Anak saya yang baru berusia tiga Tahun saja sudah sering bilang "Ayah Cinta Mamak, Mamak cinta Aaaayaah", mungkin karena terlalu sering nonton Serial Desa Fantasi yang tayang setiap Sore disalah satu Stasiun Telivisi. 


Istilah " Musta'mal dan Musyammas", biasanya digunakan dalam kajian-kajian Fiqih. Kedua istilah tersebut digunakan menyebut  salah satu Jenis Air untuk keperluan bersuci. 


Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadast seperti wudlu dan mandi junub maupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh.


Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci dari hadast dan najis apabila tidak mencapai takaran dua qullah. Namun apabila takaran air tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan dapat digunakan untuk bersuci.

Sebagai contoh, apabila ada sebuah bak air dengan ukuran 2 x 2 meter persegi, dan bak itu terisi penuh dengan air, dan kita melakukan wudlu dengan langsung memasukkan anggota badan ke dalam air di bak tersebut (bukan dengan menciduknya), maka air yang masih berada di bak tersebut masih dihukumi suci dan menyucikan. 


Namun apabila takaran airnya kurang dari dua qullah (meskipun ukuran bak airnya cukup besar), maka air tersebut menjadi air musta’mal dan tidak dapat digunakan untuk bersuci. Namun dzat air tersebut masih di hukumi suci sehingga masih bisa digunakan untuk keperluan lain seperti minum dan mencuci pakaian. 


Yang perlu kita ketahui bahwa air yang menjadi musta’mal ialah air yang dipakai untuk bersuci yang wajib hukumnya. Misalkan air yang dipakai untuk berwudlu bukan dalam rangka menghilangkan hadast kecil, tapi hanya untuk memperbarui wudlu saja (tajdidul wudlu) maka tidak menjadi  musta’mal. 


Sebab orang yang memperbarui wudlu sesungguhnya tidak wajib berwudlu ketika hendak shalat karena pada dasarnya ia masih dalam keadaan suci dari hadast.


Contoh lainnya, air yang dipakai untuk basuhan pertama pada anggota badan saat melakukan wudlu menjadi musta’mal karena basuhan pertama hukumnya wajib. Sedangkan air yang dipakai untuk basuhan kedua dan ketiga tidak menjadi musta’mal karena basuhan kedua dan ketiga hukumnya hanya sunnah.

Adapun Air musyammas ialah  air yang dipanaskan secara langsung di bawah terik sinar matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau tembaga.

Air musyammas hukumnya suci dan menyucikan, namun makruh jika dipakai untuk bersuci. Akan tetapi air musyammas tidak apa-apa jika dipakai untuk mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air musyammas ini tak lagi makruh jika dipakai untuk bersuci apabila telah kembali menjadi dingin. 


Karena itu terasa ada lelucon anyar ketika Istilah yang biasanya digunakan dalam kejian-kajian Fiqih tiba-tiba muncul dalam Kajian Tafsir. Apalagi Ayat yang dikaji Surat Yasin ayat 51 yang menceritakan Qiamat dan hari Kebangkitan. 

Lebih menggelikan lagi kedua istilah tersebut disandingkan dengan kata Cinta, yang notabene dialami dan dirasakan oleh banyak manusia.  "Cinta Musta'mal dan Cinta Musyammas". Kok bisa ya...? Iya bisa saja. Santri dari dulu memang paling jago membuat lelucon. Meminjam Bahasanya Gus Dur, "Gitu aja kok Repot". 

BENARKAH CINTAMU MUSTA'MAL ? ATAU MUSYAMMAS
Sore itu Kajian yang dilaksanakan setiap Rabu sore sedang mengkaji Tafsir Yasin Karya Syeh Himami Zadah, tepatnya Surat Yasin Ayat 51.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
"Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka". ( Qs. Yasin 51)


Ulama sepakat Tiupan Sengkakala yang dimaksud pada Ayat di atas adalah tiupan terahir yang menandai kebangkitan Manusia dari Alam Kuburnya. 

Ulama berselisih tentang berapa kali Malaikat Isrofil meniup Sengkakala itu. Ada yang bilang tiga kali. Tiupan pertama untuk mengagetkan ( نفخة للفزع  )   Tiupan kedua untuk mematikan ( نفخة للصعق  )    dan yang ketiga Tiupan untuk membangkitkan  ( نفخة للبعث  ). 

Ketika berbicara tentang peristiwa kebangkitan ini, tiba-tiba Sang Penyaji berucap. "Ketika kelak kita Bangkit dari kubur, yang kita cari pertama kali bukan Istri/suami kita. Paling anak-anak kita, murid-murid kita kalau punya murid, guru-guru kita, puncaknya kita semua mencari Rasulullah agar membantu mensowankan kita kepada Allah". 

Mungkin merasa ada yang mengganjal kepalanya salah seorang peserta ijin bertanya, "Kenapa bisa begitu Om?". 

"Alasannya sederhana saja.  pertama, Suami/Istri bukan siapa-siapa kita", sang penyaji melanjutkan keterangannya. "Dia orang lain yang hanya kebetulan saja dipersatukan dalam ikatan Perkawinan. Ketika ikatan itu putus, maka kembalilah pada status semula, bukan siapa-siapa, bukan saudara kita". 

Alasan kedua, " Cinta kita tidak ada yang suci. Ungkapan cinta sejati ternyata gombal belaka. Cinta kita semuanya Musta'mal, karena sebelum kita memutuskan untuk menikah dengan Suami/istri kita sekarang, hati kita sudah berkali-kali mencintai orang lain". Salah seorang penyair berkata :
كم من منزل يعلوه الفتى الا وحنينه الى اول منزل

'Tidak sedikit tempat-tempat indah dikunjungi oleh pemuda. Tapi tidak bisa dipungkiri, hatinya pasti selalu tertambat pada tempat pertama yang ia singgahi".

Malah ada yang lebih parah lagi imbuhnya, "Ketika dia menikah Cintanya Musyammas. Artinya dia menikah hanya mencari pelampiasan dan pelarian saja. Bisa jadi karena dia Panas hati, cemburu, karena merasa disakiti atau dihianati oleh cinta-cinta sebelumnya".  

Sampai di sini, baik penyaji maupun peserta tertunduk lesu. Mereka seperti berusaha mentelanjangi isi dadanya masing-masing. 

Semoga Allah membimbing dan  mengampuni Dosa-dosa kita, Amin. 

Posting Komentar untuk "EDUKASI CINTA MUSTA'MAL DAN CINTA MUSYAMMAS"