Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ir. SUKARDI : MENCIUM BAU SURGA DI SABDA RIA NADA

Ir. Sukardi di Hadapan Siswa Kelas XII
SMK Pertanian Sabda Ria Nada
saat menyampaikan kesediaannya menjadi Pembina pemanfaatan Teknologi Pertanian
Sabdarianada.id. tidak banyak orang yang mampu menyadari perlunya berbagi di saat dirinya mampu mencapai level Sukses yang diinginkan. 

Yang sering terjadi keinginan berbuat baik dan berbagi justru datang disaat seseorang sedang terpuruk, baik karena kegagalan yang bertubi-tubi, didera penyakit, atau karena hal lain yang sangat menyulitkan. 

Pada saat seperti ini seseorang akan bersimpuh dihadapan Tuhanya. Merengek-rengek sambil berjanji, jika bisa keluar dari masalah yang sedang dihadapinya, akan menjadi orang baik-baik, sayang terhadap sesama dan lain sebagainya. Akan tetapi ketika situasinya berangsur membaik, janji-janji itu lambat laun mulai terlupakan. 

Karakter semacam ini tidak luput Allah abadikan di dalam Surat Al Ma'arij Ayat 19-21.

نَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ    الْخَيْرُ مَنُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij; 19-21)

Haluu’aa diambil dari suku kata hala’a yang secara bahasa dapat diartikan; kaget, terkejut, takut panik, dan ngeri yang dalam ayat ini ditafsirkan sebagai sifat keluh kesah.

Imam Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menafsirkan sifat kaluh kesah adalah seseorang yang jika mendapatkan kebaikan tidak bersyukur dan jika tertimpa keburukan tidak bersabar.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat asli manusia adalah gampang mengeluh jika ditimpa kesusahan dan kikir jika mendapatkan nikmat, ia lupa bahwa dalam rejeki yang ia peroleh sesungguhnya terselip hak-hak orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin dan lainnya.


BAU SURGA DI SABDA RIA NADA

Tidak biasanya ada Moge (Motor Gede) memasuki Gebang Madrasah. Pengendaranya Tinggi besar, lengkap dengan berbagai Atributnya. Helm, Rompi, Koas Tangan, menambah kharisma pengendaranya.  

Orang yang melihat dari kejauhan pasti menduga, dia adalah seorang pelancong dari keluarga konglomerat. Atau paling tidak seorang LSM ataupun Wartawan dari Harian terkemuka. Bapak Abdus Salam Kepala MI. Sabda Ria Nada yang belakangan sering berurusan dengan Wartawan, nyelingsing menjauh. 

Ketika pengendara motor itu turun, Helm dibuka, " Biyuuuuuurrr", saya kaget setengah hidup. Ternyata beliau adalah Ir. Sukardi. Salah seorang keluarga yang sudah lama menghilang karena berbagai kesibukan dan urusan yang tiada terbilang. 

Darah daging beliau Madura Asli bukan Kw Kw. Lulusan Fakultas Pertanian Univetsitas Bangkalan ( UNIBANG) Madura. Lahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, dan Alhamdulillah juga mendapatkan Istri dari Keluarga yang serba kecukupan. Intinya urusan Materi sudah bukan persoalan lagi bagi beliau dan keluarga besarnya. 

Pertengahan 90-an beliau cukup sering keluar masuk Sumbermalang, sebagai Penggerak Ekonomi Kerakyatan yang sangat Viral pada Eranya Pak Mentri Adi Sasono. 

Dengan keluarga Pengasuh dan Pendiri Sabda Ria Nada dari dulu beliau sangat Akrab, layaknya Saudara. Hingga kemudian cukup lama kami berpisah karena tugas beliau yang berpindah-pindah. 

Rabu, 12 Pebruari 2020 wajah itu muncul kembali. Perawakannya yang Rapi, gagah dan ganteng tetap terjaga. Hanya Raut wajahnya terlihat lebih tenang dan teduh, dibandingkan 20 tahun yang lalu ketika pertamakali kami kenal. Berkali-kali saya mencium tangan beliau sebagai wujud kebahagiaan dan penghormatan. 

Setelah basa-basi seperlunya sambil menyeruput Kopi Argopuro, beliau memulai bicara. "Guleh kaka'entoh terro nyumbengah Elmuh, ( saya kesini ingin menyumbangkan Ilmu)". 

Saya yang belum mengerti betul perkataan beliau balik bertanya, " Maksud bapak.....? Bapak mau ngajar disini, betulkah..." Sergah saya setengah tidak percaya. Dengan senyum yang selalu tersungging, beliau berkali-kali menganggukan kepala  seperti berusaha meyakinkan saya. 

"Apa yang menyebabkan bapak tiba-tiba ingin mengajar", saya kembali bertanya. 

"Beberapa hari yang lalu, selesai melaksanakan Jama'ah  Shalat Maghrib  betsama istri dan anak-anak, saya tiba-tiba sadar kalau usia saya sudah kepala lima. Saya merasa, Allah telah banyak sekali menitipkan Ilmu dan Pengalaman kepada saya, baik di Bidang pertanian maupun lainnya".

"Saya juga banyak memiliki Alat-alat pertanian yang selama ini kurang dimanfaatkan. Traktor ada 5, Mobil ada 4, Sprayers ada lima, baik yang pompa manual maupun yang elektrik, mesin Open hasil pertanian Kafasitas 500 Kg ada satu. Sungguh sangat disayangkan jika pengetahuan dan  cara pemanfaatan peralatan tersebut tidak diamalkan kepada orang lain". 

"Saya meminta persetujuan Istri, satu-dua hari/minggu akan mengabdikan diri di Sabda Ria Nada. Saya juga akan membawa peralatan-peralatan tersebut agar siswa bisa praktek langsung, dan saya sendiri yang akan menjadi pembinanya. . Alhamdulillah, Istri saya setuju dan tidak keberatan". 

Lama saya tertunduk, tidak tahu harus bicara apa. Dalam hati berkali-kali saya ucapkan Tasbih sebagai ungkapan Syukur kepada Allah, SWT. Saking gembiranya Siswa SMK  Kelas XIi Saya kumpulkan agar berkenalan dengan beliau. 

Dihadapan siswa Ir. Sukardi berkata : "Adik-adik jangan sampai takut jadi Petani. Saya juga Petani, tapi tangan saya tidak blepotan lumpur. JADILAH PETANI BERDASI, YANG BANYAK DUIT TAPI BAIK HATI". 

Subhanallah, ucapan beliau begitu menggetarkan, seakan-akan beliau telah mencium Bau Surga di SABDA RIA NADA. 

Selamat Datang Ir. Sukardi
Selamat bergabung di Sabda Ria Nada
Semoga Allah membimbing kita, Amin



1 komentar untuk "Ir. SUKARDI : MENCIUM BAU SURGA DI SABDA RIA NADA"