Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MATEMATIKA DAN RUMUS SEGI TIGA SAMA PIPI

Halaqah Matematika Asuhan Bapak Zainal Abidin Guru Matematika Sabda Ria Nada
Sabdarianada.id. Jam sudah menunjukkan 10 pagi. Namun di luar suasana masih gelap seperti pagi buta. Seperti biasanya di Musim penghujan Wilayah Sumbermalang  selalu berselimut kabut. Awan berebut menampakkan diri. Matahari menjadi enggan bersolek mengurung diri. 

Jalanan juga terlihat sepi, hanya sesekali terlihat ada kendaraan melintas pelan. Meliuk-liuk menghindari jalan berlobang yang penuh lumpur dan air. 

Dalam situasi seperti ini orang-orang menjadi malas keluar rumah. Enaknya tetap meringkuk di Kamar ditemani selimut tebal. Tetapi jangan lupa, kedua telinga ditutup rapat agar terhindar dari omilan sang Istri akibat atap bocor dan persediaan masak yang sudah menipis. 

"Traaang.... Traaaang", terdengar suara Telepon berdering. Dari seberang seseorang berbicara. " Kok belum datang, anak-anak sudah kumpul. Pak Zabi menunggu mulai tadi". 

"Iya...iya, sebentar lagi", jawab Ulfi ketus, sambil terus mendorong motor antiknya ke halaman rumah. Sejenak ia memeriksa motor kesayangannya yang sudah 27 kali masuk Salon kecantikan. Tak lama berselang ia pun bergerak pelan dengan wajah kusam kemalas-malasan. 

"Matematikaaa lagi, kok harus ada pelajaran Matematika sih. Pelajaran Syaithan, Pelajaran Jin. Tidak menarik, bikin kepala pusing", gerutunya dalam hati. 

Rupanya pagi itu dia harus menjalani jadwal tambahan Pelajaran Matematika yang diasuh oleh Pak Zabi dirumahnya setiap Minggu pagi. 

Pak Zabi adalah guru Matematika satu-satunya di Sabda Ria Nada. Seperti kebanyakan guru Matematika yang lain,  di kalangan para Santri beliau memang dikenal tegas dan disiplin. Jalannya tegap, malas senyum jika tidak terlalu penting. 

Jangan sampai ada siswa tidak menyelesaikan tugas yang beliau berikan. Waduh.... Beliau tidak keberatan tangannya menjadi kotor untuk sekedar memake up wajah anak tersebut dengan kerak hitam di Penggorengan ( leteng : Madura). 

Beliau jugan tidak segan-segan memberi jam tambahan, memanggil siswa yang dianggap kesulitan memahami materi-materi tertentu agar datang kerumahnya.  

Banyak sudah anak didik Pak Zabi yang berprestasi. Salah satunya Siti Aisyah juara Satu dalam Olimpiade Matematika sekabupaten Situbondo. Ada juga beberapa orang yang sudah diterima di Perguruan Tinggi terkemuka dengan Beasiswa Bidikmisi.  

Tapi tetap saja, semangat dan Prestasi yang beliau tunjukkan tidak cukup ampuh mendongkrak semangat Para siswa belajar Matematika. Matematika tetap dianggap momok yang paling menakutkan.  

Parahnya lagi, kenyataan seperti ini bukan hanya terjadi di Sabda Ria Nada, tetapi juga hampir di seluruh sekolah di Indonesia. 

Hasil survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) yang dilakukan pada 65 negara di dunia pada tahun 2012 yang lalu, mengatakan bahwa kemampuan matematika siswa-siswi di Indonesia menduduki peringkat buntut dengan skor 375. Kurang dari 1 persen siswa Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang matematika. Ini adalah kenyataan yang sangat memprihatinkan bagi dunia pendidikan kita. 

Terkadang saya berfikir, Karma apa yang sedang Allah timpakan kepada Guru Matematika dan Pelajaran Matematika sehingga kebanyakan siswa kurang menyukainya. Atau jangan-jangan Guru Matematika yang ada sekarang, ketika dulu jadi siswa juga sangat membenci Pelajaran Matematika. Sekarang giliran ia harus menjadi guru, murid-muridnya malah berbalik tidak menyukainya. 

Jujur saya pribadi juga kurang menyukai Pelajaran tersebut. Ketika di Perguruan Tinggi Mata Kuliyah Matematika yang diberikan pada Semester 1 dan 2, saya baru bisa lulus di Semester 8. Lemot amat bukan..? Malah ketika masih di Bangku MTs,  saya pernah mendapatkan Hadiah Tanda tangan lima jari alias ditempeleng oleh Pak Irsyad guru Matematika kala itu.  

Penyebabnya sepeleh. Waktu itu saya  diminta maju menyebutkan macam-macam Segi Tiga. Dengan suara sedikit gagap saya mulai melaksanakan tugas beliau.

"Macam-macam segitiga

1. menurut sudutnya

  • Segitiga lancip
  • Segitiga tumpul
  • Segitiga siku-siku
2. menurut panjang sisinya
  • segitiga sembarang
  • Segitiga sama kaki"
Sampai di sini lidah saya terpelosok, giliran menyebut "segitiga sama sisi" Yang terucap malah "Segitiga Sama Pipi". 

Tanpa ada aba-aba sebelumnya, tangan  pak Irsyad sudah mendarat telak di Pipi saya yang kanan. Sakit memang, tetapi selalu asyik jika dikenang.  

Singkat kata, harus ada upaya keras dan bersungguh-sungguh dari semua guru Matematika,  agar minat siswa belajar Matematika srmakin meningkat. 

Bagaimanapun Matematika sangat kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Sejak kita bangun tidur di Pagi hari hingga tidur kembali, selalu bersinggungan dengan unsur-unsur Matematis. 

Tidak ada salahnya jika Guru Matematika sewaktu-waktu juga belajar menyanyi,  agar anak-anak bersuka hati. Semoga Allah membimbing dan mengampuni dosa-Dosa kita, Amin.


Posting Komentar untuk "MATEMATIKA DAN RUMUS SEGI TIGA SAMA PIPI"