Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TARZAN DAN TARZAWATI TURUN GUNUNG


(1) Muzayyin Ilmana Baderan (2) Fitriyah Romadani Plalangan (3) Ahmad Afandi (Tlogosari) di sela-sela kesibukan Kuliyah
Sabdarianada.id. "Usaha tidak akan menghianati Hasil", begitu orang bijak mengatakan. Diantara teman-teman seangkatannya, tiga anak ini memang dikenal Aktif, Disiplin dan Rajin. 

Semua kegiatan pengembangan yang diagendakan oleh Madrasah dapat diikutinya dengan penuh kesabaran. 
Tidak hanya sampai disitu, merekapun masih sempat diri mengikuti kegiatan Pesantren yang dilaksanakan sore hingga malam hari. Teman-temannya memanggil mereka "Anak Pondok'.  

Betul, mereka memang mondok atau tinggal di Asrama yang disediakan oleh lembaga. Walaupun waktu itu tidak  ada Papan Nama Pondok Pesantren, menu kegiatan yang mereka jalani tidak jauh berbeda dengan Pondok Pesantren pada umumnya. 

Mulai dari Shalat Berjemaah, memperdalam Alqur'an, ngaji kitab gundul, Latihan kepemimpinan, tidak boleh pulang sembarangan, hingga makan seadanya, korengan serta bergantian nyapu dan membersihkan WC sekolah. 

Begitu Ujian Nasional 2019 selesai dilaksanakan, seperti kebanyakan siswa yang lain, mereka bertiga juga sibuk melengkapi Dokumen Pribadi. Kertu Tanda Penduduk (KTP) Kartu Keluarga (KK)  Surat Keterangan Sehat, Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) Surat Keterangan bebas Narkoba. Tidak ketinggalan pula Surat Keterangan tidak mampu (SKTM) yang diterbitkan oleh Kepala Desa. 

Tujuannya tentu untuk menata langkah berikutnya. Apakah lanjut Kuliyah, bekerja atau menikah? 

Ketersediaan Dokumen Pribadi di Negeri ini selalu lebih penting ketimbang keahlian. Seseorang yang keahliannya bagus tapi tidak melengkapi diri dengan Dokumen yang diperlukan, biasanya selalu kalah sakti baik dalam perebutan peluang maupun pelayanan, dibandingkan mereka yang memiliki Dokumen Pribadi lengkap. 

Contoh yang paling nyata, seseorang yang sudah puluhan tahun mengabdikan diri pada subuah instansi. Kesetiaannya pada lembaganya tempat ia mengabdi tidak diragukan lagi. Ia  hafal betul tata klola dan kinerja lembaga tersebut karena sudah puluhan tahun bekerja di sana.

Apa yang terjadi kemudian..? Dengan mudah ia disingkirkan oleh seorang anak muda Tamatan S.1 yang belum punya pengalaman kerja. Penyebabnya bukan keahlian, tapi karena dia tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang diperlukan.

Contoh yang lain, saya pernah punya Santri dengan minat Kuliyah yang tinggi. Dia berasal dari keluarga tidak mampu, kursi pun dirumahnya tidak ada. Sayang dia gagal meyakinkan pihak kampus kalau dia benar-benar tidak mampu karena tidak satupun dokumen keluarga miskin yang ia miliki. Ketika pengumuman biaya kuliyah keluar, UKT yang harus dia bayar kelas 2 Rp. 900.000/Semester. 

Sementara ada Santri lain yang sebenarnya berkecukupan, punya sawah, punya Sapi, Punya Motor, TV dirumahnya juga ada, cukup membayar Rp. 450.000, karena dia mengantongi kartu pengenal Keluarga Miskin. 

Meminjam bahasanya cak Lontong, inilah Republik Mimpi, Selembar kertas masih lebih dipercaya ketimbang kenyataan yang sesungguhnya.  Jika anda lupa tidak menjimati diri dengan Dokumen-dokumen yang diperlukan, selamanya anda tidak akan mendapatkan layanan apapun walaupun  anda sangat membutuhkannya.

Setelah semua Dokumen yang dianggap perlu selesai diurus, kasak-kusuk Tetangga mulai merebak kemana-mana. "Akuliyaah caen, dudimmah olleah dunnyah. Jek Gun lulusen Sabda kanah". (Mau Kuliyah katanya, mau dapat uang dari mana, wong hanya lulusan Sabda) 


Subahanallah.... Bukannya menguatkan justru semakin melemahkan. Begini susahnya hidup ditengah-tengah Masyarakat Feodal. Sepertinya haram ada geliat kemajuan apabila datangnya dari kelompok yang selalu dipandang sebelah mata. Hanya diri dan keluarganya saja yang boleh  menikmati kemajuan, terdidik dan terpelajar, orang lain  harus rela berada di garis bawah.  

Tidak berlebihan jika belasan Abab yang lalu Rasulullaah telah mewanti-wanti kita :

استعدوا من المنفرات قالوا ومالمنفرات يا رسول الله قال  الامام الجائر  يأخد منك الحق ويمنعك الحق. والجائر السوء عيناه تراك وقلبه يرعاك ان رأى خيرا ستره وان رأى شرا اظهره. والمرئة السوء تشيب قبل المشيب

"Mohon lindunglah dari hal-hal yang paling menakutkan. Sahabat bertanya, apakah hal yang paling menakutkan itu Yarasulullah? Nabi menjawab (1) Pemimpin yang korup dia menahan hal baik yang menjadi hakmu dan mencegahmu melakukan yang baik (2) Tetangga yang jahat. Matanya melihatmu, hatinya memata-mataimu. Jika ia melihat kebaikanmu berusaha menutupinya, tapi jika melihat Aibmu berusaha menyebarkannya. (3) Perempuan yang jelek budi, membuat suaminya beruban sebelum waktunya beruban".  

Namun Allah tetap Maha segalanya. Allah akan memuliakan dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki. Bila Allah akan mengabulkan Doa salah seorang hambanya, tidak  ada satu kekuatan pun yang mampu menghalanginya. Sebaliknya ketika Allah hendak mengabaikan keingginan seorang hamba, satu pun tidak akan ada orang yang manpu mewujudkannya. 

Dengan Ikhtiar dan Mujahadah semua pihak, keinginan Tarzan dan Tarzawati untuk turun gunung benar-benar Allah kabulkan. Menikmati pendidikan Tinggi di kota yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. 

Dua orang, Fitriyah Romadani dan Ahmad Afandi  berada di Pondok Pesantren An Nadwah Banyuangi, dengan Beasiswa Bidikmisi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan. Satu orang lagi, Muzayyin Ilmana diterima di Fakultas Peternakan UNiSMA Malang dengan Beasiswa NU. 

Selamat berjuang Saudara-saudaraku
Semoga Allah selalu membimbing dan mengampuni Dosa-dosa kita, Amin.









Posting Komentar untuk "TARZAN DAN TARZAWATI TURUN GUNUNG"