PEJUANG MUDA YANG BERSAHAJA
Moh. Ridwan di dalam asuhan Komonitas Petani Tebu Situbondo |
Dia adalah Moh. Ridwan, Alumni Jurusan IPA MA. Sabda Ria Nada Tahun 2018. Selama belajar di Sabda Ria Nada dia aktif sebagai Pengurus Osis dan kegiatan Pramuka. Di masanya Pramuka Sabda Ria Nada cukup sering tampil di even-even bergengsi baik di dalam maupun di luar kota.
Selepas dari Madrasah Aliyah keinginannya untuk melanjutkan Kuliyah tidak bisa dibendung. Kedua orang tuanya yang merasa tidak sanggup membiayai berusaha memberikan pengertian.
"Sebaiknya kamu mencari pekerjaan saja, bapak dan Ibu tidak mungkin sanggup membiayai kuliyahmu, apalagi adikmu sebentar lagi lulus SMP, masak kamu tega kalau adikmu tidak bisa tamat Aliyah seperti kamu", ujar ayahnya dengan suara sedikit purau.
"Adik harus tetap sekolah bu, yang penting bapak dan ibu merestui semuanya akan baik-baik saja", jawab Ridwan tegas.
"Tapi Rid......", suara ayahnya tertahan, tenggorokannnya seperti tersekat, ia tidak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya. Suami-istri yang sudah melewati masa paruh baya itu hanya bisa menatap iba wajah kedua anaknya.
"Ya Allah peliharalah kedua anakku, mudahkan segala urusannya", doanya lirih.
September 2018 saatnya setiap calon Mahasiswa baru melakukan Herregistrasi. Biaya Herregestrasi juga sangat beragam sesuai pilihan jurusan saat pertama kali mendaftar.Untuk jurusan non guru biayanya relatif lebih mahal dibandingkan jurusan Keguruan. Demikian pula jurusan Pendidikan ilmu pengetahuan umum seperti Matematika, IPA dan sebangsanya, biasanya cenderung lebih mahal dibandingkan jurusan Pendidikan Agama.
Bagi Ridwan jurusan apapun tetap saja mahal. Biaya daftar ulang kuliyah yang paling murah pun masih berkisar di atas satu juta.
Menghadapi masa-masa Herregistrasi yang membutuhkan banyak biaya, Moh.Ridwan tiba-tiba menghilang dari rumah. Teman-teman sebayanya tidak ada yang tahu kemana dia pergi. Kepada kedua orang tuanya hanya pamit ingin mencari uang. Hingga Deadline yang ditetapkan oleh bagian Academik tinggal beberapa hari lagi, dia terlihat melakukan Herregistrasi seperti calon mahasiswa baru lainnya.
Beberapa bulan berikutnya teman-temannya baru tahu, kalau Ridwan menghilang ikut sebagai buruh Tani pada salah satu kelompok petani Tebu di Asembangus Situbondo. Rupanya dari tempat itu dia mendapatkan uang untuk membayar Herregistrasi dan kebutuhan lainnya di awal-awal Masa Kuliyah.
Semangat pantang menyerah, kerja keras, gaya hidup sederhana dan tidak mengenal gengsi terus menyala di dalam dadanya. Menurut penuturan salah seorang kerabatnya pekerjaan sebagai Buruh Tani Tebu hingga kini tetap ia tekuni. Waktu libur tengah semester atau libut ahir Semester biasanya dia pulang sebentar kerumah untuk selanjutnya berangkat ke Asembagus bekerja. Bergaul dengan pekerja yang lain, menghayati hakekat, menyelami samudera kehidupan yang teramat luas, mengasah ketajaman sosialnya sebagai calon Pemimpin tangguh di masa depan.
Tak lama lagi dia akan menyelesaikan Sarjana S.1-nya. Maka menjadi kewajiban Pemerintah dan Stakeholders yang lain memberikan ruang yang cocok agar semangat juangnya yang menyala-nyala tidak pupus dipersimpangan jalan. Syukur kalau ahirnya dia bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga bisa menginspirasi banyak orang disekitarnya.
BELAJAR SAMBIL BEKERJA
Sambil lalu bekerja di sela-sela kesibukan mengajar dan menuntut Ilmu sudah lumrah dilakukan oleh para pendahulu kita. Hal ini dikarenakan biaya menyebarkan dan menutut ilmu sangat Mahal sedang tidak semua mereka mendapatkan subsidi penuh dari orang Tua.
Ada diantara Salafuna Shaleh yang mencari sampingan sebagai penjual minyak wangi, pedagang kain, penjual daging, tukang kayu, pedagang wadah kuningan, sampai tukang sol sepatu seperti guru Imam Alghazali.
Selain itu para Ulama' juga sangat menganjurkan agar para Pendidik dan pencari ilmu selalu menjaga kehormatan dirinya, terutama jangan sampai meminta-minta dalam situasi apapun.
Rasulullah sendiri adalah seorang pekerja yang sangat tekun. Di usianya yang masih muda belia beliau sudah mengembalakan kambing tetangga. Beranjak dewasa Nabi Muhammad memberanikan diri menjalankan bisnis Siti Khodijah yang ahirnya melamarnya sebagai suami.
Di dalam banyak kesempatan Rasulullah juga merusaha memompa etos kerja sahabat-sahabatnya, dengan menceritakan kebiasaan Nabi-nabi terdahulu yang juga bekerja untuk menghidupi diri dan keluarganya.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَة َو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ: كَانَ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلامُ لاَيَأْكُلُ اِلاَّ مِنْ عَمَلِ يَدَِْهِ.
Dari Abu Hurairah,RA Rasulullah,SAW bersabda: “Adalah Nabi Daud tidak makan, melainkan dari hasil usahanya sendiri”. [HR Bukhari ]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَة وَ عَنْ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ: كَانَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السَّلامُ نَجَّارًا.
Dari Abu Hurairah,RA : Rasulullah,SAW bersabda: “Nabi Zakaria Alaihissalam adalah seorang tukang kayu”. [HR Muslim ]
Dikisahkan, pada suatu hari Imam Ahmad mendengar ada salah seorang di daerah Khurasan memiliki sebuah Hadis yang Sanadnya sampai kepada kepada Baginda Nabi Muhammad, SAW. Di siapkanlah perbekalan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk menempuh perjalanan jauh yang melelahkan itu.
Setelah semua persiapan dirasa cukup, dengan modal BISMILLAH berangkatlah Imam Ahmad dengan mengendarai unta menempuh jarak beratus-ratus Kilo. Siang kepanasan, malam kedinginan menembus lautan Padang Pasir yang luas mencekam.
Belum separuh perjalanan Bekal Imam Ahmad mulai kedodoran. Sudah dua hari Imam Ahmad tidak makan tidak minum. Tenggorokan kering kerontang, perut lapar keroncongan. Langkah kakinya mulai lunglai mengapai-gapai, pandangan matanya pun mulai kabur berkunang-kunang.
Ada keinginan berhenti di Baitul Mal di salah satu kota terdekat untuk meminta sedikit bekal guna melanjutkan perjalanan. Tetapi tiba-tiba ada rasa malu yang sangat mendalam. Imam Ahmad merasa Malu berat kepada ALLAH apabila harus meminta-minta kepada sesama manusia.
Ahirnya Imam Ahmad memutuskan untuk bekerja sebagai kuli pasar untuk mendapatkan sesuap makan. Besok paginya bekerja lebih giat lagi dengan harapan mendapatkan upah yang lebih besar.
Hampir satu minggu Imam Ahmad bekerja di pasar sambil mengumpulkan pembekalan. Setelah bekal dirasa cukup, Imam Ahmad kembali melanjutkan perjalanan memburu Hadis-Hadis pilihan. Siang dan malam terus saja berjalan, menahan lelah, lapar dan dahaga, menerjang rintangan dan mara bahaya.
Begitulah semangat para Salafuna Shalih didalam belajar. Keterbatasan ekonomi tidak menyurutkan niatnya untuk menuntut ilmu hingga ke Negeri orang sekalipun.
Semoga Allah mudahkan urusan kita, Amin.
Posting Komentar untuk "PEJUANG MUDA YANG BERSAHAJA"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...