Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SARMUDIN DAN SARMUNA KECEPLOSAN

Galau rupanya Sarmudin
Sabdarianada. Id | Saya yakin Pembaca masih ingat  postingan saya Sebelumnya tentang Tradisi Ajemuh dan Ater Toloh yang tetap dilestarikan oleh sebagian Masyarakat Madura yang salah satu anggota keluarganya masih terikat pertunangan. 

Ajemuh dan Ater Toloh adalah tradisi mengantar sesembahan berupa Pakaian jadi, peralatan mandi dan alat kosmetik lainnya dari calon mempelai putra kepada calon mempelai putri di malam pertama bulan Romadhan. 

Seperti teman-teman sebayanya yang sudah bertunangan, siang itu Sarmudin juga terlihat sibuk mempersiapakan semua keperlukan yang akan dibawa ntar malam  sebagai persembahan untuk calon istrinya tercinta, dimalam pertama puasa. 

Sabun, lipstik, bedak, parfum, sampo semuanya Merabela. Tidak ketinggalan dua potong busana Muslim berhiaskan renda kuning keemasan serta satu potong kaos oblong bertuliskan " I love You". 

Sarmudin sangat berkeinginan  keperluan Puasa Tunangannya semua tersedia lengkap. Mulai peralatan mandi, kecantikan, baju Taraweh sampai pakaian santai dirumah. 

Hampir saja Sarmudin  membeli Kaos Oblong yang bertuliskan "Anuku Lebih Besar dari Anumu", tapi keburu dicegah oleh kakak Iparnya Sarmuna karena dinilai  terlampau sensitif. 

"Tapi ini warnanya bagus dong kak", Sarmudin merajuk. 

"Iya bagus tapi cocoknya dipakai kamu bukan tunanganmu", sergah kakak Iparnya ketus. 

Suara beduk di Masjid pertanda awal Puasa terdengar bertalu-talu, seperti genderang perang Ratu Pandulu. Sarmudin lega, duduk memandangi Sesembahanya yang terbungkus rapi dalam keranjang yang dibelinya di Pasar tadi siang. Tidak lupa ia menabahkan pita merah-putih sebagai simbol Nasionalisme. 

"Yeeess", gumamnya dalam hati dengan ekspresi tangan terkepal seperti bintang iklan Extra Joos. 

"Makan Diiin", suara ibunya terdengar lantang dari dapur. Sarmudin tetap saja melamun di ruang tamu seperti tidak mendengar panggilan sang Ibu. 

Sangaja siang itu ia tidak mau makan agar ntar malam di Rumah calon mertuanya bisa lahap makan. Ada semacam ajaran tidak tertulis yang selalu diingat Sarmudin. Salah satu cara menghormati tuan rumah ketika sedang bertamu adalah berusaha lahap terhadap semua menu yang disajikan walaupun kenyataannya tidak enak. Kalau sudah lapar apapun akan terasa nikmat, pikir Sarmudin. 

Sarmudin ingat betul begaimana Rasulullah begitu lahap makan Mantega dan keju yang disuguhkan oleh Ummu Hufaid sebagaimana diceritakan oleh Sahabat Ibnu Abbas RA. [HR.Bukhari]. 

Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan harap-harap cemas Sarmudin berangkat ditemani kakak Iparnya Sarmuna. Sementara Cacing diperut Sarmudin mulai bersautan. "Croot... Croot.. Croot....", Sarmudin lapar mulai tadi siang belum makan. 

"Innalillah... "! Gumam Sarmudin dalam hati. Yang terjadi benar-benar di luar perkiraan. Jamuan makan malam yang ditunggu-tunggu belum juga ada tanda-tanda mau keluar. Sarmudin mulai terganggu dengan suara cacing di dalam perutnya yang semakin memberontak. "Croot... Croot... Croot.. ". 

Calon mertua laki yang mulai tadi menemani semakin asyik bercerita entah kemana. Mulai dari tema pekerjaan, keluarga, sampai virus Corona, seperti pura-pura tidak mendengar jeritan pilu perut Sarmudin. 

Sejurus kemudian, " Klinting", dari ruang tengah terdengar suara sendok beradu. 
"Croot.... Croot.... Croot", suara sumbang itu kembali berbunyi. Sarmudin menelan ludah sendiri. 

"Eyatoreh nak de'eren" (mari nak makan) katanya kemudian. Seorang wanita paruh muncul dari ruang tengah mempersilahkan makan. 

Sarmuna dan Sarmudin yang sudah menungu mulai tadi langsung nyelonong tanpa menunggu komando lagi. Kakak dan adik ipar ini makan begitu lahapnya tanpa merasa perlu permisi kepada Calon mertua laki yang juga berdiri di sudut ruangan. 

"Makan ikannya", laki-laki itu mempersilahkan. 

"Nikah pon enye'-enye' ", ( ini sudah dimakan dikit) jawab Sarmuna dan Sarmudin bersamaan. 

Entah kesan apa yang ditangkap oleh laki-laki itu, dia kemudian pergi dan tidak terlihat kembali. Beberapa hari berselang, tersiar kabar pertunangan Sarmudin sudah putus. Keluarga calon mempelai Putri mengutus seseorang mengembalikan sesembahan yang Sarmudin bawa di malam pertama puasa. 

PERLUNYA KOMONIKASI

Sebagai peristiwa Budaya yang pelaksanaannya melibatkan beberapa orang dan beberapa leluarga, kemampuan berkomonikasi dengan tepat dan benar sangat diperlukan. Gaya Komonikasi yang tepat dan benar akan menjadikan suasana menjadi sangat meriah dan bergairah. Sebaliknya jika komonikasi salah suasana akan menjadi gerah. 

Komunikasi adalah proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. 

Sedemikian pentingnya kemampuan berkomonikasi di dalam membangun citra diri, Alquran sampai merasa perlu menceritakan permohonan Nabi Musa agar Harun kakaknya dianggakat sebagai Jubir  (juru bicara) pribadinya. 
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙ
وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِ
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙ
يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ
وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ أَهْلِيْ ۙ
هٰرُوْنَ أَخِى ۙ
"Du tuhanku, lapangkan dadaku, mudahkan urusanku, lepaskan kelu lidahku agar orang memahami perkataanku. Dan angkatlah wakil (jubir) dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku" [Thoha 25-28].

Secara umum komunikasi dilakukan secara lisan dan verbal agar dapat dimengerti oleh orang lain. Namun juga tidak salah komunikasi  dengan menggunakan  nonverbal atau bahasa Isyarat, seperti gerak gerik badan, sikap, tersenyum, menangis, menganggukkan kepala, dan masih banyak lagi. 

Kendati demikian penggunaan Bahasa Isyarat tentu tidak boleh berlebihan, karena jika sampai berlebihan orang akan mengira anda bisu tidak bisa berkata-kata. 

Seandainya Sarmudin memberanikan diri minta ijin keluar sebentar, sekedar menyembunyikan suara cacing diperutnya, mungkin situasinya akan lain. Ketimbang berpura-pura antusias dengan celotehan calon mertuanya tapi hanya manggut-manggut dengan bahasa Isyarat yang sangat membosankan. 

Lebih celaka lagi, giliran harus bicara dia keceplosan,mengeluarkan kalimat yang tidak semestinya. Pemilik rumah tersinggung, merasa disindir seakan-akan tidak rela jika menu yang disajikan habis dimakan. 

Kasihan juga Sarmudin dia kehilangan pujaan hatinya. 
Semoga Allah membimbing kita, Amin. 

Posting Komentar untuk "SARMUDIN DAN SARMUNA KECEPLOSAN"