ANAK-ANAK KITA DI SURGA
Sabdarianada. Id | Satu minggu yang lalu kampung tempat saya tinggal dihebohkan oleh meninggalnya dua bayi yang sama-sama prematur. Yang satu bayi laki-laki berusia 7 bulan berdomisili di RT 04 Dusun Tlogosari Selatan. Satunya lagi perempuan masih berusia 5 bulan tinggal di RT 05 di Dusun yang sama. Keheboan pun bertambah, pasalnya dua Bayi prematur itu meninggal di hari yang sama, Jumat 22 Mei 2020 hanya berbeda jam.
Karena dikuburkan di TPU yang sama, teman-teman yang bertugas dibagian gali kuburan berseloroh, "Kenapa tidak bersamaan sekalian, cukup gali satu lobang, jadikan satu beres".
"Iyeh nyaman main leker pas", ( enak bisa main kelereng) seloroh yang lain.
Maklum masih puasa, selain lapar mungkin juga ngantuk. Saya yang mematung tidak jauh dari tempat itu dapat merasakan, menggali kuburan anak kecil ternyata memiliki tantangan tersendiri. Dibuat terlalu dangkal kuatir dicuri bintang buas. Tapi jika dibuat agak dalam para penggali tidak bisa bergerak leluasa karena ukurannya yang sangat kecil. Lobangnya hanya lebih besar sedikit dari ukuran badan orang dewasa berdiri. Coba teman-teman bayangkan, sulit khan?
KEMATIAN BAYI
Tidak dipungkiri Memiliki seorang anak adalah dambaan setiap orang, terutama bagi perempuan. Menurut sebagian ahli, Seorang wanita hanya merasakan bahagia dua kali selama hidupnya. Pertama ketika menemukan calon suaminya, kedua ketika melahirkan anak dari suami idolanya.
Namun, tidak sedikit yang harus menerima pengalaman pahit karena bayi yang ia kandung meninggal dunia. Rosulullah juga tiga kali mengalami hal serupa. Tiga orang putra beliau, Sayyid Abdullah, Sayyid Qosim dan Sayyid Ibrohim seluruhnya meninggal di usia Balita.
Diceritakan, Rosulullah juga mengalami sedih yang teramat dalam ketika putra-putra beliau meninggal Dunia.
Pertanyaan yang sering mengemuka adalah, Bagaimana status Bayi tersebut di Akhirat? Bagaimana pula cara mengurus Janazahnya?
Ada seorang Sahabat bernama Abu Hassan. Anaknya dua orang meninggal di usia balita. Dengan hati teramat sangat galau dia datang menemui Sahabat Abu Hurairah.
قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّهُ قَدْ مَاتَ لِيَ ابْنَانِ، فَمَا أَنْتَ مُحَدِّثِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَدِيثٍ تُطَيِّبُ بِهِ أَنْفُسَنَا عَنْ مَوْتَانَا؟
Saya berkata kepada Abu Hurairah, RA : "Dua orang putra saya telah meninggal. Adakah hadits dari Rosulullah, SAW tentang Mukmin yang sudah meninggal yang bisa engkau sampaikan untuk menenangkan hati kami?
قَالَ: نَعَمْ، صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ الْجَنَّةِ يَتَلَقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ فَيَأْخُذُ بِثَوْبِهِ كَمَا آخُذُ أَنَا بِصَنِفَةِ ثَوْبِكَ هَذَا، فَلَا يَنْتَهِي حَتَّى يُدْخِلَهُ اللهُ وَأَبَاهُ الْجَنَّةَ
Abu Hurairah menjawab, ‘Ya, Anak-anak mereka adalah penghuni cilik surga. Salah seorang dari mereka menyambut kedua orangtuanya, lalu memegang pakaian orang tuanya sebagaimana saya sekarang memegang ujung bajumu, dan ia tidak melepaskannya sampai Allâh Azza wa Jalla memasukkan dirinya dan orangtuanya ke dalam surga. [HR. Muslim].
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Hakim dan Imam Ibnu Hibban, serta dishahihkan oleh Imam Addahabi dan Imam Albani, Rosulullah bersabda :
إِنَّ ذَرَارِيَّ الْمُؤْمِنِينَ فِي الْجَنَّةِ يَكْفُلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
"Sungguh anak keturunan dari kaum Muslimin masuk surga, Nabi Ibrâhîm Alaihissallam akan mengasuh mereka".
Sedangkan cara merawat Janazah Bayi Imam Syafii membaginya menjadi dua bagian :
الحالة الأولى: أن لا يصيح عند الولادة، فإن لم يكن قد بلغ حمله أربعة أشهر بعد. لم يجب غسله ولا تكفيه ولا الصلاة عليه. ولكن يستحب تكفينه بخرقة والدفن دون الصلاة.
الحالة الثانية: أن يصيح عند الولادة، أو يتيقن حياته باختلاج ونحوه، فيجب في حقه الصلاة مع جميع ما ذكر، لا فرق بينه وبين الكبير
Pertama, jika bayi tidak menangis saat dilahirkan. Artinya bayi tersebut dilahirkan saat usia kehamilan belum sempurna empat bulan lebih. Maka, bayi tersebut tidak wajib dimandikan, dikafani, dan disalati. Tetapi disunahkan mengafaninya dengan kain dan menguburnya tanpa perlu disalati.
Kedua, jika bayi menangis saat dilahirkan. Atau memperlihatkan tanda-tanda kehidupannya dengan adanya gerakan-gerakan kecil atau semisalnya. Maka, ia wajib menerima haknya untuk disalati beserta semua yang telah disebutkan. Tidak ada perbedaan antara ia dengan orang dewasa.
Demikianlah penjelasan bayi yang meninggal dunia saat dilahirkan atau lahir sebelum waktunya. Jika ketika dilahirkan tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti menjerit atau menangis. Maka, ia tidak wajib diperlakukan seperti jenazah orang dewasa. Tetapi disunahkan untuk dikafani dan dikuburkan. Tanpa perlu dimandikan dan disalati. Akan tetapi jika bayi tersebut sudah ada tanda-tanda kehidupan, entah menangis, menjerit atau bergerak-gerak. Maka bayi tersebut wajib diperlakukan seperti orang dewasa.
Dengan begitu para Agan dan Agawati yang anaknya meninggal di usia dini sebaiknya jangan terlalu lama bersedih. Apalagi usia Agan masih muda, masih banyak kesempatan untuk berkarya kembali. Yakinlah anak-anak itulah yang akan menunjukkan jalan Agan kelak di Surga.
Semoga Allah selalu membimbing kita, Amin.
Kunjungi juga
https://youtu.be/Unr52GCPd1I
Bahagia saat Wisuda Purna Siswa |
"Iyeh nyaman main leker pas", ( enak bisa main kelereng) seloroh yang lain.
Maklum masih puasa, selain lapar mungkin juga ngantuk. Saya yang mematung tidak jauh dari tempat itu dapat merasakan, menggali kuburan anak kecil ternyata memiliki tantangan tersendiri. Dibuat terlalu dangkal kuatir dicuri bintang buas. Tapi jika dibuat agak dalam para penggali tidak bisa bergerak leluasa karena ukurannya yang sangat kecil. Lobangnya hanya lebih besar sedikit dari ukuran badan orang dewasa berdiri. Coba teman-teman bayangkan, sulit khan?
KEMATIAN BAYI
Tidak dipungkiri Memiliki seorang anak adalah dambaan setiap orang, terutama bagi perempuan. Menurut sebagian ahli, Seorang wanita hanya merasakan bahagia dua kali selama hidupnya. Pertama ketika menemukan calon suaminya, kedua ketika melahirkan anak dari suami idolanya.
Namun, tidak sedikit yang harus menerima pengalaman pahit karena bayi yang ia kandung meninggal dunia. Rosulullah juga tiga kali mengalami hal serupa. Tiga orang putra beliau, Sayyid Abdullah, Sayyid Qosim dan Sayyid Ibrohim seluruhnya meninggal di usia Balita.
Diceritakan, Rosulullah juga mengalami sedih yang teramat dalam ketika putra-putra beliau meninggal Dunia.
Pertanyaan yang sering mengemuka adalah, Bagaimana status Bayi tersebut di Akhirat? Bagaimana pula cara mengurus Janazahnya?
Ada seorang Sahabat bernama Abu Hassan. Anaknya dua orang meninggal di usia balita. Dengan hati teramat sangat galau dia datang menemui Sahabat Abu Hurairah.
قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّهُ قَدْ مَاتَ لِيَ ابْنَانِ، فَمَا أَنْتَ مُحَدِّثِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَدِيثٍ تُطَيِّبُ بِهِ أَنْفُسَنَا عَنْ مَوْتَانَا؟
Saya berkata kepada Abu Hurairah, RA : "Dua orang putra saya telah meninggal. Adakah hadits dari Rosulullah, SAW tentang Mukmin yang sudah meninggal yang bisa engkau sampaikan untuk menenangkan hati kami?
قَالَ: نَعَمْ، صِغَارُهُمْ دَعَامِيصُ الْجَنَّةِ يَتَلَقَّى أَحَدُهُمْ أَبَاهُ فَيَأْخُذُ بِثَوْبِهِ كَمَا آخُذُ أَنَا بِصَنِفَةِ ثَوْبِكَ هَذَا، فَلَا يَنْتَهِي حَتَّى يُدْخِلَهُ اللهُ وَأَبَاهُ الْجَنَّةَ
Abu Hurairah menjawab, ‘Ya, Anak-anak mereka adalah penghuni cilik surga. Salah seorang dari mereka menyambut kedua orangtuanya, lalu memegang pakaian orang tuanya sebagaimana saya sekarang memegang ujung bajumu, dan ia tidak melepaskannya sampai Allâh Azza wa Jalla memasukkan dirinya dan orangtuanya ke dalam surga. [HR. Muslim].
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Hakim dan Imam Ibnu Hibban, serta dishahihkan oleh Imam Addahabi dan Imam Albani, Rosulullah bersabda :
إِنَّ ذَرَارِيَّ الْمُؤْمِنِينَ فِي الْجَنَّةِ يَكْفُلُهُمْ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
"Sungguh anak keturunan dari kaum Muslimin masuk surga, Nabi Ibrâhîm Alaihissallam akan mengasuh mereka".
Sedangkan cara merawat Janazah Bayi Imam Syafii membaginya menjadi dua bagian :
الحالة الأولى: أن لا يصيح عند الولادة، فإن لم يكن قد بلغ حمله أربعة أشهر بعد. لم يجب غسله ولا تكفيه ولا الصلاة عليه. ولكن يستحب تكفينه بخرقة والدفن دون الصلاة.
الحالة الثانية: أن يصيح عند الولادة، أو يتيقن حياته باختلاج ونحوه، فيجب في حقه الصلاة مع جميع ما ذكر، لا فرق بينه وبين الكبير
Pertama, jika bayi tidak menangis saat dilahirkan. Artinya bayi tersebut dilahirkan saat usia kehamilan belum sempurna empat bulan lebih. Maka, bayi tersebut tidak wajib dimandikan, dikafani, dan disalati. Tetapi disunahkan mengafaninya dengan kain dan menguburnya tanpa perlu disalati.
Kedua, jika bayi menangis saat dilahirkan. Atau memperlihatkan tanda-tanda kehidupannya dengan adanya gerakan-gerakan kecil atau semisalnya. Maka, ia wajib menerima haknya untuk disalati beserta semua yang telah disebutkan. Tidak ada perbedaan antara ia dengan orang dewasa.
Demikianlah penjelasan bayi yang meninggal dunia saat dilahirkan atau lahir sebelum waktunya. Jika ketika dilahirkan tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti menjerit atau menangis. Maka, ia tidak wajib diperlakukan seperti jenazah orang dewasa. Tetapi disunahkan untuk dikafani dan dikuburkan. Tanpa perlu dimandikan dan disalati. Akan tetapi jika bayi tersebut sudah ada tanda-tanda kehidupan, entah menangis, menjerit atau bergerak-gerak. Maka bayi tersebut wajib diperlakukan seperti orang dewasa.
Dengan begitu para Agan dan Agawati yang anaknya meninggal di usia dini sebaiknya jangan terlalu lama bersedih. Apalagi usia Agan masih muda, masih banyak kesempatan untuk berkarya kembali. Yakinlah anak-anak itulah yang akan menunjukkan jalan Agan kelak di Surga.
Semoga Allah selalu membimbing kita, Amin.
Kunjungi juga
https://youtu.be/Unr52GCPd1I
Posting Komentar untuk "ANAK-ANAK KITA DI SURGA"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...