BELAJAR DARI SITI KHODIJAH
Fitriyah Romadhani Vs Ahmad Afandiyanto |
Hal paling sederhana dari Siti Khodijah yang patut ditiru oleh Remaja putri kita adalah berani menentukan pilihan calon suami idamannya, serta berani mengutarakannya lebih awal sebelum didahului oleh orang lain.
Ini penting bahkan teramat sangat penting. Karena barang berkualitas itu jumlahnya sangat terbatas. Sementara peminatnya seringkali jauh melampoi jumlah stok yang tersedia.
Akibat kebiasaan menunggu nasib gadis-gadis kita kebanyakan mendapatkan barang sisa. Berharap menikah dengan Arjuna, yang datang melamar malah Arjemo. Ditolak juga tidak bisa, ketiban sial, begitu kata orang tua.
Menyatakan cinta terlebih dahulu kepada seorang laki-laki atau orang Madura menyebutnya MUPOH, memang masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. "Endel, leter, kemenyek, tidak semestinya wanita bersikap seperti itu, dimana-mana wanita harus menunggu, tidak boleh memulai", begitu anggapan sebagian besar masyarakat kita.
Tapi lupahkah kita, bahwa prilaku semacam itu (mopoh) pernah dilakukan oleh seorang wanita paling mulia di dunia, yang sudah dua kali menjanda, pemilik 2/3 saham di kota Mekkah.
Beliau adalah Ummul Mu'minin pertama Siti Khodijah Rodiaallahu Anha. Di usianya yang ke 40 Siti Khodijah berani menyatakan cintanya kepada seorang pemuda yang usianya jauh di bawahnya.
Melalui salah seorang pembantunya yang bernama Maisaroh, Siti Khodijah melamar Pemuda yatim piatu Muhammad bin Abdullah yang waktu itu baru berusia 25 tahun.
Sulit dibayangkan bagaimana ekspresi Nabi Muhammad ketika dilamar Siti Khodijah. Kaget, tidak percaya, ragu, kuatir, dan setumpuk rasa cemas lainnya.
Bagaimana mungkin dirinya yang miskin papa harus menikah dengan wanita yang kaya raya? majikannya lagi. Apa kata dunia. Apa tidak mungkin orang-orang nanti menuduhnya hanya akan memanfaatkan kekayaan Siti Khodijah?
Rasa ragu itu berangsur hilang setelah Nabi Muhammad yang waktu itu belum menjadi Nabi, mendapat banyak masukan dari para kerabatnya terutama dari pamannya Abu Thalib yang telah mengasuhnya.
Pernikahan yang tidak sekufu' itu terjadi. Seorang perjaka umur 25 tahun menikah dengan wanita beranak 4 umur 40 tahun yang sudah dua kali menjanda. Sungguhpun demikian rumah tangga Rasulullah bersama Siti Khodijah teramat sangat bahagia.
Bersama Siti Khodijah Rasulullah dikarunia 6 orang anak. (1) Siti Fatimah (2) Siti Zainab (3) Ruqoyyah (4) Umi Kultsum (5) Sayyidina Qosim (6) Sayyidina Abdullah.
25 tahun mendampingi Nabi, Siti Khodijah tidak hanya memposisikan diri sebagai kekasih dan ibu bagi anak-anaknya, tapi juga telah menjadi pendukung utama Da'wah Islam. Seluruh kekayaan yang dimilikinya habis untuk menyokong perjuangan Rasul.
Hingga di suatu hari Rasululullah mendapati siti Khodijah berlinangan air mata. "Kenapa dinda menangis, apakah dinda menyesal telah menikah denganku? Seluruh kekayaan yang dinda miliki habis demi tegaknya Kalimatullah".
"Jangan katakan itu ya Rosul, sedikitpun dinda tidak menyesali yang sudah tiada. Maafkan dinda jika belum sepenuhnya bisa mengabdi".
"Hidup hamba sepertinya tidak akan lama lagi", Siti Khodijah melanjutkan.
"Jika suatu ketika hamba tiada, sedang paduka masih membutuhkan hamba. Galilah kuburan hamba, dinda selalu siap menjadi jembatan dari setiap rintang yang paduka hadapi". Subhanallah..! Masih adakah cinta setulus ini?
Tidak heran jika Rasulullah juga sangat mencintai Siti Khodijah. Sehingga di suatu hari Siti Aisyah benar-benar dibakar api cemburu karena Rasulullah selalu menyebut-nyebut nama Siti Khodijah disampingnya.
Siti Aisyah berkata :
وهل كانت إلا عجوزاً في غابر الأزمان، قد أبدلك الله خيراً منها؟
"Bukankah dia hanya wanita tua yang sudah dimakan masa? Bukankah Allah telah memberikan ganti padamu wanita lain yang lebih baik darinya? "
Mendengar pernyataan Aisyah Rasulullah murka, lalu bersabda :
«لا والله ما أبدلني الله خيراً منها، لقد آمنت بي إذ كفر الناس، وصدقتني إذ كذّبني الناس، وواستني بمالها إذ حرمني الناس، ورزقني الله منها الولد دون غيرها من النساء»
"Tidak, demi Allah, belum pernah Allah mengantikannya yang lebih baik darinya. Siti Khodijah beriman kepadaku di saat yang lain kafir padaku, ia membenarkanku di saat yang lain mendustakan diriku, dan ia juga menopangku dengan hartanya di saat manusia menutup diri dariku, dan bersamanya Allah telah memberiku anak yang tidak pernah kudapatkan dari wanita manapun” [HR. Ahmad].
Bersama Siti Khodijah Rasulullah tidak pernah menikah dengan wanita manapun. Siti Khodijah wafat di Mekkah tiga tahun sebelum Rasulullah Hijrah ke Madinah. Jasadnya dimakamkan di Ma'la 1KM utara Masjidil Haram. Di tempat ini pula Ulama' Kharismatik KH. Maimon Zubair Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Sarang Rembang dikebumikan.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa
Semoga Allah membimbing dan menerima Ibadah kita, Amin.
Posting Komentar untuk "BELAJAR DARI SITI KHODIJAH"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...