Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENANGKAL PENYAKIT RABUN : PRAKTEK MUNJIYAT DI PP. BADRIDDUJA KRAKSAAN

MENANGKAL PENYAKIT RABUN : PRAKTEK MUNJIYAT DI PP. BADRIDDUJA KRAKSAAN
Sumber gambar : Dokumen Pondok Pesantren Badridduja Kraksaan Probolinggo
Sabdarianada id | Teringat dulu masa-masa di pondok. Setiap selesai melaksanakan Jamaah Shalat Hajat dan Witir biasanya santri dibagi menjadi 7 kelompok untuk melaksanakan Ritual Munjiyat. Setiap kelompok punya kewajiban membaca satu Surat Munjiyat. Mulai dari Surat Yasin, As-Sajadah, Al Waqiah, Al Mulk, Dukhon, ad-Dahr, dan Surat Al Buruj. 

Santri diberikan kebebasan memilih kelompok manapun. Saya sendiri waktu itu lebih suka berada di kelompok Surat Ad-Dukhon. Surah ke 44 dalam al-Qur'an yang Artinya Kabut Hitam. Turun di Makkah terdiri dari 59 ayat. 

Selesai membaca Munjiyat ditutup dengan doa bersama : 
   الا يَا الله  بِنَظْرَة مِنَ الْعَيْنِ الرَّحِيْمـَة      
تُدَاوِي كُلَّ مَا بِي مِنْ أَمْرَاضٍ سَقِيْمَة  

Dilanjutkan dengan membaca Syair bahasa Madura :

"Benni Odi' nyamanah mun gun kelbuk nyabenah # Tape odi' pekkeran ben alakoh sanyatanah". 

Seperti Santri yang lain, waktu itu saya tidak banyak bertanya apa Khasiat Ritual menjelang tidur itu. Yang penting ikut saja Sam'na Wa Atha'na pada ketentuan Pesantren. Walaupun sebenarnya menurut Teori Pendidikan Modern, membiarkan ketidak tahuan terlalu lama bersarang di kepala adalah sebuah kelemahan. 

Akan tetapi dalam banyak kasus tidak Tahu terkadang lebih menguntungkan, lebih-lebih dalam persoalan Dzikir. Setelah kita tahu Khasiat sebuah dzikir biasanya  menjadi kurang tertarik untuk mengamalkan. Apalagi Khasiat yang ditawarkan tidak seperti yang kita harapkan. Yang kita suka selalu ingin cepat kaya, banyak duit, sakti dan digdaya. Sehingga Dzikir-dzikir yang sifatnya Muroqobah, memperpendek jarak kita dengan Allah dan Rosulullah acapkali terlupakan.

Maka peliharalah ketidak tahuan. Lakukan semua Dzikir yang kita bisa dengan tetap menjaga Khusnuddhon kepada Allah, bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik sesuai yang kita butuhkan. 

Bacaan-bacaan Dzikir hanyalah salah satu cara menyampaikan Munajad kita kepada Allah. Tanpa itu semua Allah sudah sangat mengetahui yang kita inginkan. Bahasa politiknya, yang penting dekat dulu. Setelah dekat apapun bisa kita dapatkan. 

Setelah cukup lama berada di Pondok dan saya sudah mulai mengerti satu-dua kosa kata Bahasa Arab, benak saya mulai menerka-nerka khasiat Doa yang dibaca sehabis Munjiyat tersebut. Entah dapat bisikan dari mana, tiba-tiba waktu itu saya sangat yakin sekali kalau salah satu Khasiat doa tersebut adalah melindungi kita dari penyakit Rabun. 

Keyakinan saya ini semakin kuat setelah melihat kenyataan di pondok pada waktu itu, hampir dibilang tidak ada santri yang menggunakan Kaca mata, padahal Aktifitas Muthalaah dan membaca pada saat itu terbilang sangat padat. 

Aktifaitas membaca, muhalaah, ngaji kitab para Santri hampir seluruhnya dilakukan sambil tiduran (pangtapangan) yang menurut Ahli medis prilaku membaca dengan cara seperti itu bisa sangat mempercepat rusaknya penglihatan. 

Lebih mengagumkan lagi apabila melihat keseharian Alm. Hadratus Syeh KH. Badri Masduqi. Di usia beliau yang sudah terbilang cukup sepuh, setiap pagi membaca koran luar biasa tanpa kaca mata. 

Kalau bulan Romadhan satu bulan penuh beliau mengajar dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore hanya jeda sebentar waktu Shalat. Ditambah lagi malam hari selepas Taraweh hingga jam 12 malam. Belum pernah beliau terdengar mengeluh terganggu penglihatannya. 

Belakangan saya baru tahu kalau Doa yang biasa dibaca sehabis Munkiyat itu adalah salah satu bait Kosidah karya Imam Habib Abdullah Bin Alwi Alhaddad. 

 الا يَا الله  بِنَظْرَة مِنَ الْعَيْنِ الرَّحِيْمـَة      
تُدَاوِي كُلَّ مَا بِي مِنْ أَمْرَاضٍ سَقِيْمَة 

Jika ditarjemahkan bebas kurang lebih seperti ini :
"Ya Allah limpahkanlah perhatianmu kepada Hambamu ini, dengan pandanganmu yang penuh belas kasihan
Sembuhkanlah daku dari segala yang mengganggu, bermacam penyakit hati yang akan membinasakanku".

Ternyata khasiatnya melebihi dari yang saya kira. Bukan hanya mampu menangkal penyakit mata, bahkan penyakit lain yang sangat berbahaya, termasuk penyakit Bathin yang seringkali merusak kemurnian hati. 

Sedangkan Syair Bahasa Madura yang dibaca sesudahnya adalah Tarjemahan Syair karya Imam Syafi'i RA :

ليس الحياة بانفس ترددها # ان الحياة حياة الفكر والعمل
"Benni Odi' nyamanah mun gun Kelbo' nyabenah # Tape odi' pekkeran ben alakoh sanyatanah(belum dikatakan hidup jika hanya bisa bernafas, hidup yang sesungguhnya ketika bisa berfikir positif dan bisa berbuat baik)". 

Sampai di sini sangat terasa jika Almarhum Hadratus Syeh KH. Badri Masduqi sangat mengkhawatirkan jika Santrinya miskin Inisiatif dan tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sejatinya hidup ketika kita bisa memberikan manfaat buat orang lain. Jika hanya bernafas, makan, minum kemudian tidur, Kambing di belakang rumah saya juga pandai melakukan hal serupa. 

Dan seringkali keinginan untuk berbuat baik itu menjadi sirna ketika ada penyakit yang datangnya tidak terduga, termasuk penyakit gangguan penglihatan yang kadang sangat memilikukan. 

Allahu Akbar, kegelisahan Almarhum Hadratus Syeh KH. Badri Masduqi  terjawab sudah. Ketika Ustad Abdul Mannan menderita gangguan penglihatan alhamdulillah masih diberikan kemampuan menghafalkan Alqur'an dan puluhan judul kitab-kitab klasik. Dengan begitu Ustad Abdul Mannan tetap bisa menebarkan manfaat sesuai kafasitas ilmu yang dimilikinya. 

Oleh karena itu ketika dua hari yang lalu saya kedatangan tamu yang mengalami gangguan penglihatan, saya teringat doa tersebut. Setelah bertawasul kepada Almarhum KH. Badri Masduqi saya ijazahkan Doa itu via Whats App agar bisa dihafalkan di rumah. 

Semoga barokahnya bisa mengembalikan penglihatannya. Sudah cukup lama sebenarnya saya mengenal tamu itu walaupun tidak terlalu akrab. Eman-eman orangnya baik dan sangat terampil, usianya masih sangat produktif. Dia mengaku sejak Desember 2019 penglihatannya tiba-tiba menghilang. 

Semoga juga menjadi tambahan pundi-pundi Amal Jariyah Almarhum Hadratus Syeh KH. Badri Masduqi berikut seluruh keluarga dan keturunan beliau beserta sekalian santri-santrinya, Amin. 

Selamat menyelesaikan Ibadah Puasa
Semoga Allah selalu membimbing dan mengabulkan pinta kita, Amin. 

Posting Komentar untuk "MENANGKAL PENYAKIT RABUN : PRAKTEK MUNJIYAT DI PP. BADRIDDUJA KRAKSAAN"