Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SEDIKIT UNTUK NEGERI, WISUDA DI TENGAH PANDEMI

Penghargaan untuk Wisudawan terbaik

Sabdarianada. Id || Dalam Syarah Ukudullujain Karya Syaeh Ibnul Yamun, penyusun mengutib Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh  Imam Hakim dan Albaihaqi  dari Sahabat  Jabir RA,  Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah Allah memberi nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia berkata Alhamdulillah, kecuali Allah mendatangkan nikmat itu. Apabila ia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua kali, maka Allah akan memberinya pahala yang baru lagi, apabia ia mengucakan Alhamdulillah yang ketiga kalinya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya". 

Sungguhpun dalam Hadis tersebut Rasulullah menganjurkan membaca Alhamdulillah 3x setiap kali kita mendapatkan kenikmatan, malam ini saya ingin mengucapkannya berkali-kali. Betapa tidak, Jumat 25 Juni 2021 Yayasan Sabda Ria Nada mewisuda 101 orang dari berbegai jenjang. Ibarat anak panah, mereka akan segera dilesatkan ke tengah-tengah Masyarakat, untuk diuji dan berkuntribusi menebar manfaat sesuai kemampuan mereka masing-masing. 

Untuk Wisudawan terbaik pada masing-masing jenjang diberikan penghargaan berupa Sertifikat dan uang Tunai. 

Tingkat RA ( Raidhatul Athfal) Rp. 200.000,- Saudara Indah Barokah Tlogosari. 

Tingkat MI ( Madrasah Ibtidaiyah) Rp. 250.000,- saudara Diyah Syifa Maulidi Tlogosari. 

Tingkat MTs ( Madrasah Tsanawiyah) Rp. 300.000,- saudara Siti Aisyah Kalirejo

Tingkat MA ( Madrasah Aliyah) IPA Rp. 400.000,- saudara Lailatul Qomariyah Tamansari 

Tingkat MA ( Madrasah Aliyah) IPS Rp. 400.000,- saudara Ani Susilowati Kalirejo

Tingkat SMK Pertanian Rp. 400.000 Saudara Priyanto Tlogosari. 

Penghargaan lainya juga diberikan kepada Wisudawan terbaik untuk kategori Hafalan Satu Juz saudara Hosniati Tamansari Rp. 300.000 dan Kategori Hafal Metode Amtsilati Saudara Emilia Safitri Baderan Rp. 300.000. Sedangkan guru yang dianggap paling Hero menjalani tugas selama masa Pandemi Saudara Nyai Kholifatul Jahri Tamansari juga menerima penghargaan sebesar Rp. 500.000,-

Mungkin karena dianggap sepuh, Seperti biasanya saya dinobatkan menyampaikan pesan-pesan dalam kata sambutan. Saya enggan berlama-lama situasinya sangat tidak memumkinkan. Karenanya saya ingin menyampaikannya kembali melalui Blog sederhana ini. 

Sebuah tahapan dalam hidup Saudara baru terselesaikan. Masih banyak tahapan lain yang menunggu anda tunaikan. Saya yakin, jika semuanya dibungkus dengan niat tulus dibingkai dengan pengabdian kepada Allah, insya Allah semuanya bisa dengan mudah anda selesaikan. 

Saya tidak terlalu berambisi anda kelak  jadi apa atau jadi siapa. Anda boleh jadi apa  saja yang penting bermanfaat dan anda senang menjalaninya. 

Jika mumkin anda menjadi MENTARI, lakukanlah. Dengan begitu anda punya banyak waktu dan kesempatan menebarkan  kebaikan kepada orang lain. Jika tidak mampu menjadi mentari, jadilah REMBULAN,  walaupun hanya bisa muncul di malam hari, tetapi keberadaannya sangat dinanti. Jika menjadi Mentari dan atau Rembulan tidak sanggup juga, jadilah BINTANG KECIL, tidak bisa menerangi orang lain minimal anda bisa menerangi diri anda sendiri. ( Al Qurtubi) 

Saudara yang baru saja diwisuda  adalah generasi milenial, yang lahir dalam suasana yang berbeda dengan ketika saya dan sebagian besar Bapak/Ibu guru  dan orangtua Saudara lahir. Tantangan Saudara berbeda dengan yang dulu  kami hadapi. Tantangan kami dulu adalah miskin informasi sehingga Kami harus pandai-pandai   mencarinya. Tantangan Saudara sebaliknya,  banjir informasi. Saudara harus bijak dalam memilihnya.

Karena itu kembangkanlah  kemampuan adaptasi yang baik. Belajar tanpa henti adalah salah satu caranya. Tentu yang saya maksudkan dengan belajar  bukan hanya membaca teks dalam buku, tetapi lebih penting dari itu semua  adalah membaca realitas di hadapan mata. 

Dunia nyata yang akan Saudara masuki adalah kelas  tanpa dinding, kampus tanpa pagar. Anda bisa belajar banyak hal, yang belum sempat Saudara pelajari di Sekolah. Pelajaran yang Saudara dapatkan di bangku sekolah adalah modal dasar untuk belajar lebih lanjut.

Sensitivitas dalam membaca masalah juga sangat  penting untuk selalu diasah. Kemampuan identifikasi  masalah akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Kualitas pada masa depan tidak cukup menjadi pembeda yang distingtif tapi juga membutuhkan kecepatan. 

ليس العاقل من يختار الخير والشر بل العاقل من يختار الخير بين الشرين

"Bukan  seorang Entelek  jika hanya mampu mengidentifikasi Baik-Buruk, seorang Entelektual sejati adalah orang yang mampu mencari sisa-sisa kebaikan ditengah-tengah kubangan keburukan" ( Imam Ali RA) 

Kualitas tanpa kecepatan akan menjadikan kita kehilangan momentum. Meminjam ungkapan Cak Nun ( Emha Ainun Najib) Kemampuan (ability) menghasilkan kualitas, tetapi keterampilan (skill) menjamin kecepatan.

Akhirnya apapun Status sosial yang kelak anda sandang, keluhuran budi, kemuliaan watak, dan kesucian hati, selalu diperlukan.

Tak seorang pun di dunia ini yang berhak  menepuk dada. Dari tukang kerak telor, sampai doktor; dari masinis, sampai doker spesialis; dari pembuat batagor, sampai profesor; dari petani, sampai kiai; dari nelayan, sampai dekan; dari mandor, sampai rektor; dari penjual petasan, sampai ketua yayasan;  dari sinden, sampai seorang  Presiden. Tak seorang pun yang mempunyai legitimasi untuk sombong.

Bukankah Kesombongan yang menjadikan iblis dilaknat oleh Allah..? Satu-satunya yang berhak untuk sombong hanyalah Allah, SWT. 

Sombong tidak ada dalam kamus Santri sejati. Kesombongan akan menutup pintu peningkatan kualitas diri.  tetaplah  rendah hati, tawadlu’. Hanya dengan cara inilah, Allah akan selalu membimbing kita. 

Selamat berjuang

Sukses selalu untuk Anda

Semoga Allah membimbing kita, Amin


Posting Komentar untuk "SEDIKIT UNTUK NEGERI, WISUDA DI TENGAH PANDEMI"