Umat Islam Indonesia berpeluang Mendapatkan Lailatul Qodar Berkali-kali?
Ilustrasi Malam Lailatul Qodar Sumber Foto Mohammad Zainuddin suasana belakang Masjid Abdurrahman Hamzah menjelang Taraweh malam ke 15 |
Dalam beberapa riwayat Rosulullah hanya menjelaskan ciri-cirinya dan menunjuk beberapa tanggal di 10 malam terahir terutama di malam-malam ganjil.
Diceritakan oleh Sayyidah Aisyah, RA bahwa Rosulullah, SAW bersabda:
تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ
“Carilah malam Lailatul Qadar di malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” [ HR Muslim]
Sedemikian berbekasnya pesan Rosulullah ini, sehingga Tamim Ad-Dary dikabarkan rela membeli pakaian seharga seribu dirham (sekitar 3,9 Milyar) untuk dipakai pada malam-malam yang dimungkinkan turunnya Lailatul Qadar.
Di antara mereka ada yang menganjurkan untuk mandi pada setiap malamnya. Sebagaimana yang dilakukan An-Nakha’i. Ayyub As-Sikhtiyani biasanya mandi pada malam 23 dan 24 memakai baju baru dan minyak wangi.
Diriwayatkan bahwa Anas bin Malik ketika memasuki malam kedua puluh empat, beliau mandi dan memakai minyak wangi dan memakai baju terbaiknya.
Demikian juga Tsabit Al-Bannany dan Hamid ath-Thawil memakai baju dan parfum terbaik ketika berada dalam masjid ketika melakukan ibadah di sepuluh malam terahir bulan Romadhan.
menangkap kemungkinan muncul gejala sosial yang akan memperlebar jurang pemisah antar si miskin dengan si kaya, jauh sebelumnya Rosulullah telah berpesan :
ليس العيد لمن لبس الجديد انمالعيد لمن طاعته تزيد
"Belum dikatakan berhari raya jika hanya tampil bergaya (baju baru) berhari raya yang sesungguhnya jika taat bertambah jua".
Selebihnya Rosulullah dan keluarga memasuki sepuluh terahir bulan Romadhan lebih menonjolkan penambahan kwalitas Ibadahnya ketimbang hal lain diluar ibadah.
Sayyidah ‘Aisyah meriwayatkan contoh konkret dari Nabi
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain beliau juga meriwayatkan sabda Nabi:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi telah memasuki sepuluh akhir dari bulan Ramadlan, Beliau mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan malamnya dengan beribadah dan membangunkan keluarga Beliau.” (HR. Bukhari, Muslim).
Ibnu Rajab Al-Hanbaly berkata: “Pada sepuluh terakhir, Nabi tidak meninggalkan kelurganya yang mampu untuk beribadah, pasti beliau bangungkan.”
Sufyan Ats-Tsaury sangat menyukai momentum ini. Beliau pernah berkata, “Yang paling aku suka ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, yaitu bersungguh-sungguh menunaikan tahajud di malam hari, membangunkan keluarga dan anak selama meraka mampu melaksanakannya.”
Abdullah bin Abbas RA juga pernah menceritakan ;
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ, تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ
“Sesungguhnya Rasulullah, SAW bersabda tentang tanda-tanda Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, udara tidak panas tidak pula dingin, matahari terbit di pagi harinya dengan cahaya kemerah-merahan tidak terik.” [HR. Ath Thayalisi ]
Sangat dapat dipastikan Rosulullah sengaja merahasiakan keberadaan Lailatul Qodar agar tidak timbul diskriminasi pada malam-malam yang lain. Karena Romadhan 10 pertama adalah Rahmat, 10 kedua Nikmat dan 10 terahir adalah pembebasan dari Api Neraka.
Sejatinya setiap hari dan Malam di bulan Romadhan harus benar-benar kita manfaatkan untuk meningkatkan kebajikan, guna mengobati luka-luka lama yang terlanjur kita perbuat di 11 bulan sebelumnya.
Sesungguhnya Lailatul Qodar Allah berikan untuk mengobati kegelisahan Rosulullah. Ketika Rosulullah mendengar kabar, dulu ada laki-laki Bani Isroil selama 1000 bulan siang hari berperang dan berpuasa, malam harinya qiyam sepanjang malam.
Rasulullah mengeluh, "Duhai bagaimana Nasib umatku, badan mereka kecil dan umur mereka pendek-pendek". Kemudian Allah menghadiahkan Lailatul Qodar yang Ibadah di dalamnya setara dengan Ibadah 1000 bulan.
PREDIKSI SEPUTAR LAILATUL QODAR
1. Imam As Syuyuthi
Dalam hal ini beliau mengutib sebuah hadis yang beliau ceritakan dalam Kitab Lubabul Hadits :
من صلى اربع ركعات بعد العشاء قبل ان يتكلم فكانما ادرك ليلة القدر في مسجد الحرام
"Siapa saja yang melakukan Shalat 4 Rokaat sesudah Isya' sebelum ia berbicara, sama saja dia telah mendapatkan Lailatul Qadar di Masjidil Haram".
Tentang keutamaan Sholat di Masjidil Haram Rasulullah bersabda, sebagaimana diceritakan oleh Sahabat Jabir bin Abdullah, RA :
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ ، وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Sholat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama dari 1.000 kali sholat di masjid selainnya, kecuali Masjidil Haram. Dan sholat di Masjidil Haram, lebih utama 100 ribu kali lipat pahalanya dari sholat di masjid lain.”
Menanggapi pahala yang sedemikian besar ini salah seorang teman berseloroh, "Enak dong orang yang sudah pernah ke Mekkah, walaupun tidak sholat bertahun-tahun pahalanya tidak akan habis".
Hahay tentu tidaklah demikian adanya, karena Amal dan Pahala sebuah Amal adalah dua hal yang berbeda. Pahala Sholat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sama sekali tidak bisa menggugurkan kewajiban Sholat di tempat yang lain. Seseorang yang pernah meninggalkan Sholat tetap berkewajiban menganti sholat yang ditinggalkan selama ia masih hidup, walaupun ia sudah berkali-kali ke Mekkah.
2. Abdullah bin Abbas, RA
Menurut Abdullah bin Abbas seperti dikutip oleh M. Rojaya dalam Quantum Romadhan, Lailatul Qodar selalu terjadi pada malam tanggal 27 Romadhan. Dalam hal ini Ibnu Abbas mengambil Isyarah dari Surat Al Qodar :
Perhatikan kata ( ليلة القدر ) dalam Surat Al Qodar diulang sebanyak 3 kali, sedang jumlah hurufnya ada 9. Maka 3x9=27. Sehingga menurut Sahabat Abdullah bin Abbas, Lailatul Qodar selalu terjadi pada malam ke 27 Romadhan.3.Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali menentukan Lailatul Qodar berdasarkan hari pertama memulai Puasa Romadhan. Pendapat Imam Al Ghazali ini dikutip oleh Syeh Bakri Ad Dimyathi di dalam I'anatut Thalibin Jilid 2 halaman 257 :
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين
"Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29
Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27
Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25
Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23"
Syeh Abul Hasan As Syadili mengomentari teori ini sebagai berikut :
منذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهده القاعدة
"Dengan Teori ini saya belum pernah Absen mendapatkan Lailatul Qodar".
Di Indonesia penentuan Awal Puasa selalu terjadi polemik terutama antara dua kubu besar ; Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Tahun ini misalnya, Muhammadiyah menetapkan Awal puasa pada hari Sabtu 1 April 2022, maka Lailatul Qodarnya nanti jatuh pada malam ke 23 yakni malam Ahad Kliwon Tanggal 23 April 2022.
Sedangkan Sidang Isbat yang dilakukan oleh Pemerintah dan kemudian didukung oleh mayoritas Kaum Nahdliyin menetapkan awal Puasa pada hari Ahad 2 April 2022, sehingga Lailatul qodar nanti akan terjadi pada malam ke 29 yaitu malam Ahad Pahing tanggal 30 April 2022. Insyaallah perbedaan ini akan menjadi Rahmat karena umat Islam Indonesia akan merasakan Lailatul Qodar berkali-kali, Amin.
Menurut hemat saya, Lailatul Qodar bisa terjadi kapan saja bergantung seberapa bisa kita menjaga Koniksi dengan Sang Pencipta. Lailatul Qodar terjadi pada saat kita benar-benar merasa nyatu dengan Sang pencipta. Pada saat seperti ini sepegal Zikir yang kita ucapkan, sebutir kebaikan yang kita lakukan, setara dengan kebajikan yang dilakukan selama 1000 bulan.
Hanya saja di Bulan Romadhan situasinya memang lebih memungkinkan, karena Allah sudah menyidiakan semua Fasilitas yang dibutuhkan. Tidak dipungkiri Romadhan adalah kado terindah yang Allah berikan khusus umat Rosulullah Muhammad, SAW, itu pun kalau dihargai. Jika tidak dihargai, kehadiran Romadhan tidak jauh beda dengan bulan-bulan yang lain, datang dan pergi tanpa kesan dan Manfaat yang berarti.
Semoga Allah selalu membimbing dan menerima Ibadah kita, Amin.
Bagus,rasamya kurang panjsng aryikelnya
BalasHapusAmin semoga ada guna manfaatnya
Hapus