2 WIRID MENJEMPUT REZEKI YANG BERKAH DAN BERLIMPAH
www.sabarianada.Id |
Sabdarianada Id | Dalam Surat Hud ayat 6, Allah, SWT berfirman
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya : " Dan tidak ada satu binatang melatapun di atas bumi, kecuali telah Allah tetapkan Rizqinya, Allah mengetahui tempat tinggalnya dan tempat persembunyianya, semua itu telah tertulis di dalam kitab yang jelas ( Lauhil Maguzd)"
Hal senada juga Allah firmakan dalam surat Al Ankabut ayat 60:
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Kandungan ayat ini sangat tegas, bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap manusia, tak terkecuali hewan melata yang bersembunyi di atas batu hitam di malam kelam. Semua tak luput dari curahan rezeki Allah. Curahan dan limpahan-Nya terhampar seluas langit dan bumi, bahkan sudah tertakar dan tak akan pernah tertukar.
Sungguh pun demikian kebanyakan kita masih sering berkeluh kesah. Kadang berbagai upaya dan usaha telah dikerahkan, hasilnya biasa-biasa saja, ada pula yang terlihat hanya berpangku tangan dengan sedikit upaya, namun rezeki menghampirinya.
Memperhatikan isyarat-isyarat di dalam Alquran, Rizqi yang Allah berikan bisa dikelompokkan menjadi tiga tingkatan.
Tingkatan pertama adalah rezeki yang sifatnya umum atau universal, tidak dibedakan antara orang yang beriman dan yang tidak beriman, semua mendapat hak yang sama sesuai dengan ikhtiarnya masing-masing.
Dalam hal ini Al-Qur’an biasanya menggunakan kata “An-Nass” ( الناس ) menunjuk kepada seluruh manusia sebagai makhluk sosial, seperti terdapat pada Surat al-Baqorah ayat 168 :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti jejak langkah syaithan, karena Syaithan adalah musuhmu yang nyata”.
Allah menghamparkan segala apa yang terdapat di bumi untuk dapat dimanfaatkan manusia dengan jalan berikhtiar dan menyeleksi yang dihalalkan lagi baik, Dengan kata lain upayakan maka kamu dapatkan.
Tingkatan kedua rezeki yang diperuntukkan bagi orang beriman, terdapat pada QS. al-Baqorah ayat 172
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”.
Pada ayat ini kata yang digunakan bukan lagi “An-Nass” ( الناس ), melainkan kata “Aamanuu” ( أمنوا ) yang artinya khusus untuk orang-orang beriman.
Ulama tafsir Abdurrahman bin Nasir Al-Sa’di dalam kitabnya Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan menjelaskan Penyebutan “Aamanuu” tanpa disandingkan kata halal pada ayat ini menegaskan bahwa keimanan akan menuntun seseorang untuk menjemput rezeki yang halal.
Kemudian al-Qur’an menyandingkan dengan kata “Razaqnakum” yang dilengkapi dengan kata “Thayyibaat”. Mengisyaratkan bahwasanya Allah yang memberikan atau mendekatkan rezeki bagi orang-orang beriman dengan imbalan bonus “Thayyibat” yaitu keberkahan yang berlipat ganda. Jika pada ayat sebelumnya kata “Thayyiba” bentuknya mufrad (tunggal), maka pada ayat ini al-Qur’an menggunakan bentuk jamak (plural), itu menunjukkan keberkahannya Allah tambahkan dari harta yang terlihat sedikit tapi banyak dalam manfaatnya.
Selanjutnya tingkatan ketiga, rezeki yang dikhususkan bagi orang-orang yang beriman lagi taqwa. Penjelasannya termuat dalam surah al-A’raf ayat 96 ”
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”.
Pada tingkatan ini, keberkahan rezeki yang Allah sajikan berlipat-lipat ganda, segala yang ada di langit Allah curahkan dan segala yang terdapat di bumi Allah hamparkan. Keberkahan tidak hanya pada tataran individu, lebih-lebih meliputi penduduk Negeri, dengan ligitimasi keimanan plus taqwa.
Karena itu, sebelum seseorang mengeluhkan tentang rezekinya, di sinilah perlu evaluasi “kita berada di tingkatan keberapa?”. Tingkat pertama dengan mengerahkan segala upaya untuk mendapatkannya, di tingkatan kedua menjemput rezeki dengan iman, dan Allah dekatkan serta ditambah keberkahannya, atau berada di tingkatan yang paling mulia, dikejar keberlimpahan dan keberkahan rezeki.
WIRID MENJEMPUT RIZQI YANG BERKAH DAN BERLIMPAH
1. لَا اِلَهَ الَّا اللهَ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنْ
Setiap hari 100 kali
سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهَ العَظِيْم أَسْتَغْفِرُ الله
Setiap hari 100 kali
Cara mengamalkan
- Lakukan dalam keadan SuciHadats kecil maupun besar
- Menghadap Kiblat
- Lakukan Tawasul kepada :
>Rosulullah, Keluarga dan para
Sahabatnya
> Syeh Ahmad Bin Muhammad
Attijani, RA
> Penyusun Kitab Ianatut
Tholibin Syeh Abu Bakar
Satho
> Syeh Masduqi, RA
> Syeh Haji Badri Massuqi,RA
> KH. Hasyim Mino Kalikajar
> Para guru dan Kedua orang
Tua
Waktu mengamalkan
- Sesudah Qobliyah Subuh sebelum Sholat Subuh
- jika tidak sempat, sesudah sholat Subuh sebelum matahari terbit
- Jika belum sempat juga, katika tergelincir matahari sesudah Solat Dhuhur sebelum Ashar
Penyusun Kitab Ianatut Tholibin memberi komentar :
فلا ينبغي للعبد ان يخلى يومه عنها
Tidak sepatutnya seorang hamba yang baik mengosogkan hari2nya dari wirid tersebut.
Demikian dua wirid menjempit Rizqi yang berkah dan berlimpah. Semoga Allah mudahkan urusan kita, Amin.
Sumber Rujukan :
( عن النبي صلى الله عليه وسلم في اعانة الطالبين جزء الاول ص ٢٤٧)
Alhamdulillah,selalu ada yg mengigatkan.semoga berkah. Amin
BalasHapusAlhamdulillah, semoga manfaat
BalasHapus