Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SIAPAKAH YANG LAYAK MENDAPATKAN GELAR PAHLAWAN

Penulis : Erwin Astutik, S.PdI*

Sabdarianada.Id|Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) jatuh pada tanggal 17 Agustus. Sebagaimana sang proklamator, Bung Karno yang memiliki nama lengkap Dr.Ir.H. Soekarno pada hari Jumat Legi, 17 Agustus 1945 M bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 H, memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. 

Kata“merdeka”, tersangkut paut dengan kata“pahlawan”. Karena dibalik sebuah kemerdekaan, terdapat jasa para para pahlawan.

Siapakah yang layak disebut sebagai pahlawan? para pejuang sebelum kemerdekaan? atau generasi Bangsa yang memiliki kontribusi terhadap Bangsa dan Negara setelah kemerdekaan, masih layak menyandang gelar pahlawan?

Jika yang layak mendapatkan gelar pahlawan adalah mereka yang memegang senjata tajam nan mematikan, maka apalah arti orang-orang yang turut berperan andil mengorbankan waktu, harta dan buah pikiran setelah kemerdekaan? Memang bukan perkara senjata tajam yang berada di genggaman, namun bukankah mereka mewujudkan cita-cita Bangsa yang terkandung dalam setiap butir Pancasila, sebagai kontribusinya terhadap Negara?.

Serta, jika yang pantas disebut pahlawan adalah mereka yang berjuang sebelum kemerdekaan, rasanya terlalu naif apabila orang-orang yang berkontribusi terhadap kemajuan Bangsa dan Negara setelah kemerdekaan, tidak disebut sebagai pahlawan.

Siapakah pahlawan? Pahlawan adalah mereka yang mengorbankan waktu, pikiran, tenaga dan materi, baik sebelum atau setelah kemerdekaan layak disebut sebagai pahlawan.  

Bagi masyarakat Sumbermalang, nama K.H. Hasbiallah, S.Ag sudah tidak asing lagi terdengar. Para alumni Sabda Ria Nada, simpatisan ataupun orang yang pernah mengenal beliau dapat dipastikan menemukan jejak kebaikan. Lalu, siapakah K.H. Hasbiallah, S.Ag sehingga layak mendapatkan gelar pahlawan? 

K.H Hasbiallah S.Ag, lahir di Situbondo pada tahun 1976 silam dan merupakan putra bungsu dari H. Abdurrahman Hamzah dan Hj. Siti Fatimah. Sedangkan kakak sulungnya bernama H. Miftahol Hasan dan H. Fathollah Hosen. Disamping itu, beliau juga memiliki seorang istri bernama Hj. Subaidah Luthfiyah, S.Pd.I.  Dari pernikahannya tersebut, K.H Hasbiallah S.Ag dan Hj. Subaidah Luthfiyah, S.Pd.I dikarunia tiga orang anak bernama Meliynia Rosyada, S.Sos kelahiran tahun 2000 yang saat ini menempuh pendidikan S2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Usman Haji Hasrullah kelahiran tahun 2004 (kelas IV MI Sabda Ria Nada) dan Muhammad Rotib Jatidiri kelahiran tahun 2016 (kelas 1 MI Sabda Ria Nada).

K.H. Hasbiallah, S.Ag meninggalkan jejak pendidikan di MI, MTs dan MA Badridduja, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur yang saat itu diasuh oleh K.H Badri Mashduqi, putra dari K. Mashduqi. Sedangkan, jenjang S1 beliau selesaikan di IAIN Sunan Ampel Malang.

Dibalik kesuksesan K.H. Hasbiallah, S.Ag mendirikan dan merawat Sabda Ria Nada hidup sampai sekarang, tidak banyak orang yang tahu tentang kehidupan masa muda beliau. 

Dalam lingkup Pesantren Badridduja, K.H. Hasbiallah, S.Ag dikenal sebagai sosok yang dermawan, sederhana dan memiliki kecerdasan dalam bidang akademik maupun non akademik. Disamping itu, sifat bijaksananya pun mulai terlihat, dibuktikan dengan kemampuan beliau dalam mempertimbangkan segala macam persoalan kehidupan, memandang segala hal dari berbagai sudut pandang, tanpa menghakimi sebuah perbedaan yang ditemukan. Disamping karakter positifnya, beliau juga dikenal memiliki kecerdasan secara spiritual dibandingkan dengan teman-teman sebayanya kala itu.

Dikenal sebagai sosok Kyai yang mengayomi dan memiliki empati yang tinggi terhadap kehidupan sosial, siapa sangka K.H. Hasbiallah, S.Ag memiliki kecenderungan terhadap dunia musik. Sosok Raden Haji Oma Irama yang terkenal dengan nama Rhoma Irama, keturunan Sunda tersebut merupakan panutan beliau dalam bermusik. Bahkan, keseriusannya dalam menggeluti dunia musik juga terlihat dari sikap optimisnya dalam mengikuti kursus bermain gitar yang dilatih langsung oleh guru Matematika di MTs. Badridduja.

Kecerdasan dalam bidang non akademik K.H. Hasbiallah, S.Ag dibuktikan dengan predikat juara yang sering beliau dapatkan ketika mengikuti lomba. Seperti lomba karaoke ataupun lomba berpidato. Tidak sampai disitu, kecerdasan secara akademik beliau juga terlihat dari banyaknya lomba yang mampu ditaklukkan dengan predikat juara pula. 

Kebenaran fakta-fakta tersembunyi K.H. Hasbiallah, S.Ag di usia mudanya tersebut, dibenarkan langsung oleh Bapak Sugiyanto, S.Pd yang merupakan salah satu teman beliau, saat mengenyam pendidikan di MA Badridduja, melalui wawancara singkat beberapa waktu lalu.

Pada tahun 1999, atmosfair politik di Kabupaten Situbondo mulai memanas. Masyarakat yang tidak mengikuti ORMAS (Organisasi Masyarakat) atau PARPOL (Partai Politik) yang kebetulan Mayoritas pada waktu itu dianggap sebagai kafir. 

K.H. Hasbiallah, S.Ag yang saat itu melaksanakan sholat jamaah Jumat sebagai khotib di salah satu masjid Desa Tlogosari, tiba-tiba ditinggal oleh puluhan jamaah yang kala itu juga mengikuti sholat Jumat. Tidak berhenti sampai di situ, pernah suatu malam  Ketika beliau hendak pulang  segerombolan orang tiba-tiba menghadang dengan sebuah clurit. 

Salah satu kezaliman nyata anggota ORMAS yang fanatik tersebut terlihat dari upayanya mengganggu para korban yang dijadikan target sasaran. Selepas kejadian memilukan di masjid, beberapa oknom ORMAS yang tidak bertanggung jawab itu melemparkan bebatuan tepat pada kediaman K.H Hasbiallah, S.Ag. 

Tragedi mencekam tersebut, memporak porandakan mimpi seorang pemuda yang ingin mengabdikan dirinya untuk masyarakat. Memadamkan kobaran semangat yang sempat mencuat. Menenggelamkan harapan sedalam-dalamnya. Alih-alih membalas perbuatan zalim mereka,  K.H Hasbiallah S.Ag yang saat itu dilanda kebingungan hanya bisa pasrah dengan setiap takdir yang digariskan. 

Seakan terombang-ambing di lautan fakta dan realita yang tidak sesuai dengan mimpi dan cita-cita, tenggelam dalam kemorat-maritan asa. Entah rasa ikhlas ataupun tidak pada takdir yang dialami, dalam benak beliau kala itu, hanyalah berserah dengan keyakinan tetap bertahan hidup dalam gempuran opini masyarakat awam yang tak pernah mencari kebenaran melainkan sebuah pembenaran.

Keadaan mencekam yang dialami oleh K.H. Hasbiallah, S.Ag sempat membuat beliau berniat untuk mengantarkan Nyai Hj. Subaidah Luthfiyah, S.Pd.I ke kampung halamannya di daerah Paiton , Probolinggo. 

Namun, atas dasar kesetiaannya pada seorang suami, Nyai Hj. Subaidah Luthfiyah, S.Pd.I memilih setia menemani, membersamai K.H. Hasbiallah, S.Ag dalam menghadapi segala macam rintangan dan tantangan kehidupan yang belum menemukan jalan keluar. Terpenjara dalam tanda tanya, berharap sebuah keadilan dan kepastian datang dari sang maha kuasa.

Benar saja, Allah SWT maha adil, memberikan apa yang manusia butuhkan bukan apa yang diinginkan. Seringkali segala macam wacana, pupus begitu saja. Segala macam agan dan mimpi tidak menemukan takdir yang pasti. Terombang-ambing ditengah lautan, seolah tanpa tujuan. 

Namun satu hal yang terkadang tidak kita sadari, bahwa setiap ujian ataupun cobaan memiliki hikmah besar yang tersimpan. Entah berakhir pada ujung sebuah senyuman ataupun tangisan. Hal yang pasti, Allah SWT selalu memberikan takdir baiknya tanpa basa basi di kemudian hari.

Dalam kehidupan kita hanya memiliki dua pilihan, melanjutkan perjuangan sebagai pemenang atau berhenti ditengah jalan sebagai pecundang. Rintangan yang dihadapi K.H. Hasbiallah, S.Ag, tidak membuat beliau duduk diam. Segala macam munajat dalam merayu Allah SWT beliau lakukan. Dengan harapan, ada titik terang dari permasalahan yang menggenggam jiwanya tanpa ampunan.

Sebuah anonim lama menyebutkan “Sesekali kita perlu mundur satu langkah untuk membuat lompatan yang lebih jauh”. Tragedi besar yang dialami K.H. Hasbiallah, S.Ag tidak lantas membuat mimpi beliau perihal sebuah pengabdian pupus begitu saja.

Merasa tidak ada tempat untuk mengabdi setelah peristiwa memilukan, diusirnya K.H Hasbiallah S.Ag dari masjid tersebut, nyatanya kembali menyulutkan kobaran semangat beliau. Hingga akhirnya dengan ditemani oleh 10 orang pemuda lainnya memprakarsai berdirinya Sanggar Teknologi Pendidikan Islam Sabda Ria Nada yang menjadi cikal-bakal sejarah berdirinya Sabda Ria Nada. 

Sanggar Teknologi Pendidikan Islam Sabda Ria Nada merupakan sebuah sanggar yang bergerak dalam bidang kesenian, khususnya seni musik dan upaya pengadaan metodologi pembelajaran Al-Quran melalui lagu anak-anak. Sanggar tersebut berlokasi di Jl. Argopuro, No.11, Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.

Dari Sanggar tersebut, K.H Hasbiallah S.Ag melahirkan beberapa karya, yaitu Belajar Al-quran Metode Toghonna (1998), Bahana Quran yang berisi 10 kumpulan lagu anak-anak (2000), album "Negeriku Opo Maneh" berisi 7 lagu dewasa  (2001) dan Thorfatu ain (Translate Lagu Indonesia-Arab) pada tahun 2005.

Satu tahun kemudian, pada tanggal 13 Juni 2000 bertepatan dengan malam Jumat legi, K.H Hasbiallah S.Ag menyampaikan kepada para jamaah sarwaan (bahasa Madura) yang beliau anggap berasal dari kata “Syura” dengan bermakna “Musyawarah” malam jumat manis bahwa, akan berdiri sebuah lembaga pendidikan formal yang merupakan kelanjutan dari grup musik, bernama Sabda Ria Nada.

Sarwaan malam Jumat manis  didirikan oleh H. Miftahol Hasan, jauh sebelum berdirinya Sabda Ria Nada. Tujuan awal berdirinya Sarwaan tersebut,  memberikan wadah berkumpul kepada para aktivis Golkar dan perangkat Desa yang umumnya semangat beragamanya dianggap "Abangan" oleh Masyarakat Sumbermalang yang merupakan simpatisan ORMAS PKB dan PPP. 

Seiring dengan berjalannya waktu, Sabda Ria Nada terus hidup beriringan dengan kemajuan zaman. Bermetamorfosis dari sanggar menjadi pusat pendidikan. Sehingga, pada tahun 2008 K.H Hasbiallah S.Ag dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Pendidikan terbaik ke-1 se-Jawa Timur dan terbaik ke-3 skala Nasional oleh KEMENPORA (Kementerian Pemuda dan Olahraga). Tepatnya sehari setelah wafatnya ayahanda beliau, H. Abdurrahman Hamzah. 

Masih ditahun yang sama, setelah dinobatkannya K.H Hasbiallah, S.Ag sebagai pemuda pelopor pendidikan dan wafatnya ayahanda beliau H. Abdurrahman Hamzah, dibangunlah Masjid Abdurrahman Hamzah. Nama masjid tersebut diambil dari nama ayahanda beliau, yaitu H. Abdurrahman Hamzah. Masjid tersebut didirikan dengan tujuan menjadi pusat kegiatan ibadah para  santri, murid, guru bahkan masyarakat sekitar.

Seiring dengan berjalannya waktu, Sabda Ria Nada mengalami perkembangan, selaras dengan kemajuan zaman. Jenjang pendidikan pertama yang didirikan, yaitu RA dan MI Sabda Ria Nada, berdiri tahun 1999, MTs Sabda Ria Nada (2005), MA Sabda Ria Nada (2008) dan SMK Sabda Ria Nada tahun 2014.

Disamping pendidikan formal,  Sabda Ria Nada juga menyuguhkan pendidikan non formal berbasis pesantren, yaitu Pondok Pesantren Sabda Ria Nada. Karena jenjang pendidikan yang lengkap itulah, masyarakat Sumbermalang khususnya, dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa dihantui rasa takut putus sekolah. 

Kontribusi beliau pada pendidikan masyarakat Sumbermalang tidak bisa diragukan. Sungguh, tanpa kepedulian beliau terhadap para generasi muda, sehingga mendirikan Sabda Ria Nada, berapa banyak anak yang akan putus sekolah bahkan tidak dapat mencicipi bangku pendidikan?. Hidup dalam kebodohan dan terjajah nyata dalam pendidikan.

Tanpa perantara, perjuangan dan pengorbanan beliau, rasanya mustahil berdiri Sabda Ria Nada. Karena beliau, masyarakat dengan taraf ekonomi menengah kebawah dapat merasakan pendidikan yang layak, bahkan sampai perguruan tinggi. 

Jika beberapa tahun lalu gelar sarjana di Sumbermalang dapat dihitung menggunakan jari. Maka saat ini, berawal dari Sabda Ria Nada, melalui para alumni, mulai menjamur pula gelar sarjana yang siap mengkontribusikan pemikiran dan waktunya pada jejak sejarah pendidikan di Sumbermalang.

Dari peran besar dan kepedulian K.H Hasbiallah S.Ag pula, masyarakat Sumbermalang khususnya dapat menepis kebodohan dan ketertinggalan dalam pemikiran, mengantarkan pada kemungkinan yang lebih besar untuk menemukan lapangan pekerjaan. Sehingga, memiliki jaminan kesejahteraan. Serta, mencetak para generasi muda yang dapat berkontribusi terhadap agama, Bangsa dan Negara. Itulah mengapa, K.H Hasbiallah S.Ag layak mendapatkan gelar pahlawan pendidikan. 

Secara struktural, Sabda Ria Nada adalah milik K.H Hasbiallah S.Ag, namun tugas menjaga dan merawatnya tidak lagi bertumpu pada satu orang ataupun dua orang, melainkan setiap orang yang menjadi bagian dari Sabda Ria Nada, baik santri, siswa, alumni, guru, wali murid ataupun para simpatisan dan donatur, memiliki kewajiban untuk terus membersamai perjalanan Sabda Ria Nada menuju puncak kejayaan.

Terimakasih K. H Hasbiallah S.Ag, jasa panjenengan akan selalu terkenang, membersamai kehidupan, menorehkan jejak dalam peradaban dan melambung tinggi di keabadian.


Sumber rujukan

K.H Hasbiallah. 2008. “Lentera Kecil di Tengah Padang Tandus”. Situbondo : Sabda Ria Nada

Hasil Wawancara dengan K.H Hasbiallah S.Ag (Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Sabda Ria Nada) pada 22 Agustus 2022.

Hasil wawancara dengan Bapak Sugiyanto, S.Pd (Kepala MTs Sabda Ria Nada) pada 15 Agustus  2023.

*Penulis adalah Staf Pengajar di MTs dan SMK Sabda Ria Nada.Tinggal di RT.03 Dusun Tlogosari Selatan Kecamatan Sumbermalang Situbondo


7 komentar untuk "SIAPAKAH YANG LAYAK MENDAPATKAN GELAR PAHLAWAN"

  1. Semoga beliau selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang dan barokah... Untuk sabda ria nada terdepan...🙏🙏🙏terimakasih guruku

    BalasHapus
  2. Luar biasa,, trimkasih KH. Hasbiallah, dan trmksih pula kpada pnulis.

    BalasHapus
  3. Jazakumullahu khoiron yaa syaikhona kh. Hasbiallah..

    BalasHapus