LEGENDA PENGIRAN SITUBONDO
Penulis, Erwin Astutik* |
Sabdarianada.Id|Sejak ratusan ribu tahun lalu, tanah Jawa dikenal sebagai wilayah para tokoh-tokoh kerajaan legendaris yang turut memberikan pengaruh besar dalam mengukir sejarah peradaban bumi Nusantara.
Di ujung timur Jawa, hiduplah seorang Adipati Cakradiningrat, tepatnya di daerah pulau Madura yang memimpin kerajaan Sampang. Disamping itu, ia juga dikenal memiliki seorang putra mahkota bernama Pangeran Aryo Gajah Situbondo.
Suatu ketika Pangeran Aryo Gajah Situbondo berniat meminang Kusumaning Ayu Purbawati yang merupakan putri dari Adipati Jayengrono II (Adipati Suroboyo). Namun, niat baiknya meminang Putri Kusumaning Ayu Purbawati ditolak secara tersirat dengan memberikan syarat yang cukup berat, yakni perintah membabat hutan di sebelah timur Surabaya. Dibalik syarat tersebut, timbul rencana licik untuk mengulur-ngulur waktu sembari memikirkan cara untuk menyingkirkan Pangeran Aryo Gajah Situbondo.
Adipati Raden Jayengrono II langsung menyampaikan pinangan Pangeran Aryo Gajah Situbondo dan menyerahkan semua keputusan kepada Putri Kusumaning Ayu Purbawati.
Bak makan buah simalakama. Putri Kusumaning Ayu Purbawati, merasa terjebak dalam sebuah dilema. Disatu sisi ia telah lama menjalin hubungan dengan Joko Taruno yang merupakan sepupu sekaligus Pangeran dari kerajaan Kediri.
Sedangkan, menolak lamaran Pangeran Aryo Gajah Situbondo berarti mengganggu hubungan baik antara ayahnya dan ayahanda Pangeran Aryo Gajah Situbondo yang dapat menyebabkan permusuhan antara Kerajaan Surabaya dengan Kerajaan Sampang.
Disisi lain, terdorong keinginanya untuk mempersunting sang pujaan hati, yakni Putri Kusumaning Ayu Purbawati, Joko Taruno akhirnya pergi kehutan untuk menantang Pangeran Aryo Gajah Situbondo. Namun, Joko Taruno mengalami kekalahan dan membuatnya menyimpan dendam yang cukup dalam.
Hingga pada akhirnya, Joko Taruno membuat sayembara “Barang Siapa yang Dapat Mengalahkan Pangeran Aryo Gajah Situbondo, Maka Akan Mendapatkan Hadiah Separuh Kekayaannya”.
Sayembara tersebut terdengar sampai ketelinga Joko Jumput alias Sawunggaling yang masih memiliki hubungan darah dengan Raden Patah, Raja Demak. Disamping itu, Joko Jumput disebut-sebut merupakan salah satu pangeran dari kerajaan Majapahit dan diasuh oleh ibu angkat bernama Mbok Rondo Praban Kinco yang dikenal sebagai pembuat jamu.
Joko Jumput Pun mengikuti sayembara tersebut. Setelah beberapa waktu bertarung dengan sengit, Pangeran Aryo Gajah Situbondo mulai terlihat kelelahan. Ia menyadari bahwa lawannya adalah seorang yang sakti mandraguna.
Konon, kesaktian Joko Jumput mampu membuat tubuh Pangeran Aryo Gajah Situbondo terpental jauh ke wilayah ujung timur Surabaya yang saat ini dikenal dengan nama Situbondo, dibuktikan dengan ditemukannya sebuah Odheng atau ikat kepala yang ditemukan di wilayah Patokan dan sekarang dijadikan ibu kota Kabupaten Situbondo. Hal tersebut yang kemudian diyakini menjadi asal-usul nama Kabupaten SITUBONDO.
SEJARAH KABUPATEN SITUBONDO
Lahirnya Kabupaten Situbondo dilatar belakangi dengan berdirinya Karesidenan Besuki yang berdiri pada masa Kolonial Belanda. Disamping itu, Besuki menjadi wilayah strategis sebagai jalur perdagangan pada masa itu.
Keresidenan adalah daerah administratif di masa pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan dipimpin oleh seorang Residen. Keresidenan merupakan daerah tingkat satu yang saat ini setara dengan provinsi.
Dahulu kala, tanah Besuki merupakan hutan belantara dengan letak geografis di pinggir laut dan memiliki tanah yang subur. Pada waktu bersamaan, di wilayah utara Besuki, yakni di pulau Madura sedang dalam masa paceklik karena daerah tersebut tandus akibat kemarau berkepanjangan.
Salah satu yang merasakan kondisi paceklik tersebut adalah Kyai Raden Abdurrahman Wirobroto. Berdasarkan cerita sejarah, Kyai Raden Abdurrahman Wirobroto memiliki seorang ayah bernama Raden Abdullah Surowikromo yang merupakan putra dari kerajaan Solo, yakni Raja Pakubuwono II.
Sekitar tahun 1441 M Kyai Raden Abdurrahman Wirobroto hijrah dari daerah Tanjung Jambul, Pamekasan, Madura ke daerah Demung Besuki yang saat itu belum diberi nama untuk membabat hutan dijadikan lahan pertanian.
Hari demi hari terus berganti, Kyai Raden Abdurrahman Wirobroto hidup seorang diri di tanah Besuki. Namun, kondisi tersebut tidak memudarkan semangat dan tekad yang kuat, bahwa setiap usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Walaupun, seringkali doa dilangit bertarung dengan takdir. Babat tanah besuki mulai membuahkan hasil.
Tanah luas yang hanya menjadi tempat tinggal binatang-binatang buas, lambat laun berubah menjadi lahan pertanian dengan berbagai hasil bumi yang dapat dinikmati.
Setelah mendapatkan hasil panen, Kyai Raden Abdurrahman Wirobroto akhirnya pulang ke Madura dengan membawa putra beliau bernama Raden Bagus Kasim Wirodipuro yang saat itu berusia 9 tahun termasuk 20 orang kepala keluarga dari Madura untuk mengikuti jejak Kyai Raden Abdurrahman Wirobroto.
Waktu terus berlalu, usia Raden Abdurrahman Wirobroto semakin menua seiring dengan keberhasilannya membabat tanah Besuki. Hingga suatu ketika, beliau menyerahkan kepemimpinannya kepada putra kandungnya, yaitu Raden Bagus Kasim Wirodipuro atau Raden Prawirodiningrat I dan orang-orang saat ini mengenalnya sebagai Kyai Pate Alos.
Raden Prawirodiningrat I yang saat itu diangkat menjadi Residen Karesidenan Besuki pertama masih berusia 19 tahun kurang lebih sekitar tahun 1820 M. Namun, atas dasar amanah dan kecintaannya pada tanah Besuki serta desakan Belanda beliau akhirnya memberanikan diri menjadi seorang Residen Karesidenan Besuki pertama. Bahkan, keseriusannya dalam memimpin Karesidenan Besuki dibuktikan dengan adanya pembangunan Dam Pintu lima.
Setelah raden prawirodiningrat I meninggal dunia, sebagai penggantinya adalah Raden Prawirodiningrat II (1830 M).
Pada masa pemerintah Raden Prawirodiningrat II banyak menghasilkan karya nyata yang cukup menonjol, yaitu berdirinya Pabrik Gula Demas, Pabrik Gula Wringinanom, Pabrik Gula Panji dan Pabrik Gula Olean. Atas jasanya tersebut, Belanda memberikan hadiah berupa “Kalung Emas Bandul Singa”.
Wilayah kekuasaan Raden Prawirodiningrat II meluas hingga Kabupaten Probolinggo. Terbukti, salah satu putranya yang bernama Raden Suringrono menjadi Bupati Probolinggo kala itu.
Setelah Raden Prawirodiningrat II meninggal dunia, sebagai penggantinya, yakni Raden Prawirodiningrat III (1840 M). Namun, di bawah kepemimpinanya wilayah Besuki semakin meredup. Sementara, wilayah Panarukan semakin berkembang pesat, hal tersebut didukung dengan adanya pelabuhan yang cukup menunjang, seperti pelabuhan Panarukan, Kalbut dan Jangkar.
Itulah sebabnya pusat pemerintah yang awalnya berada di Karesidenan Besuki, kemudian pindah ke Kadipaten Panarukan dengan Bupati pertama Raden Tumenggung Aryo Soeryo Dieputro. Dalam perkembangannya, pada tahun 1972 M Kadipaten Panarukan akhirnya berubah nama menjadi Kabupaten Situbondo.
Kepemimpinan para Tumenggung di era Karesidenan Besuki, Khususnya Raden Prawirodiningrat I alias Kyai Pate Alos, mampu melebarkan sayap daerah kekuasaan yang disebut-sebut meliputi Kabupaten Probolinggo, Bondowoso sampai Jember.
Tanah Besuki dimasa lalu terkenal dengan pembangunan dam pintu lima hingga pabrik gula. Menyediakan lapangan pekerjaan, sebagai pusat perekonomian masyarakat sekitar. Hingga dilirik para pendatang yang bergerombolan, mengadu nasib pada pekerjaan yang anggap menjanjikan.
Lalu apa kabar Besuki saat ini? Perjuangan sang pembabat memang telah berakhir dan Karesidenan Besuki pun sudah sampai pada sesi akhir. Namun, apakah peninggalan sejarah di kota Besuki masih terawat hingga kini? Kenalkah generasi muda pada sejarahnya sendiri? Pada pahlawan yang mencetak peradaban di kota Besuki? Bagaimana mungkin, kami para generasi muda mencintai Situbondo saat ini? Sedangkan, sejarah dan kearifan lokalnya pun tidak kami kenali.
Sumber Rujukan:
Pemerintah Kabupaten Situbondo. Sejarah Kabupaten Situbondo. https://web.situbondo.go.id/halaman/sejarah-kabupaten-situbondo
*Penulis adalah Guru Aktif SMK Sabda Ria Nada Sumbermalang, Tinggal di Dusun Tlogosari Selatan.
Posting Komentar untuk "LEGENDA PENGIRAN SITUBONDO"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...