KETIKA SETAN TERKENA PRANK (Hikmah 35 Kitab al Hikam)
KH. Zainol Muin Husni, Lc |
sabdarianada.co.id. Bukan Santri namanya jika tidak banyak akal, jogo Humor dan suka ngeprank. Hidup jauh dari keluarga dengan jadwal kegiatan yang padat serta aturan yang ketat seperti Penjara, terkadang membuat santri bertingkah Polah untuk menghibur diri agar tidak cepat tua.
Salah satu tingkah polah Santri yang sampai sekarang masih tetap lestari dibanyak Pesantren adalah, makan royoan di dalam satu nampan, memberi minum santri baru dengan air jeding agar cepat kerasan, berebut sisa makanan/minuman kiyai agar beroleh berkah, berebut menata sandal kiyai dan banyak lagi yang lainnya.
Jangan heran kalau KH. Abdurahman Wahid (Gusdur) dikenal sebagai Presiden paling Humoris dan paling pintar di dunia, karena beliau memang dilahirkan dan dibesarkan di tengah-tengah Pesantren. Saking banyaknya akal kaum santri, Setanpun kena Prank. Pingin tahu ceritanya? lanjut baca sampai tuntas.
Seperti biasanya sebelum Sholat berjemaah dimulai, Kiyai atau Ustad yang bertindak sebagai Imam memberikan aba-aba agar sebisa mungkin Shof lurus dan rapat.
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ ؛ فَإنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّوفِ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ
“Luruskanlah haf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat", suara imam terdengar lantang dan berwibawa.
سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا رَحِمَكُمُ اللهُ
"Kami mendengar dan kami patuh, semoga Allah merahmati kalian semua", jawab makmum serempak.
Belum lagi Sholat dimulai tiba-tiba seorang Santri berlari dari belakang.
"Tunggu....., biarkan saja Shofnya bolong-bolong", tandasnya seperti memberikan intruksi.
Sontak semua yang hadir menoleh kebelakang.
"Kenapa bisa begitu, tidak takut shof yang bolong-bolong diisi Setan", tanya salah seorang santri keheranan.
"Biarin...., Setannya gosong sekalian", jawabnya enteng.
"Gosong-gosong gimana maksudmu", sergah santri yang lain tambah tidak mengerti.
"Ya ampun gusy....gusy... belum ngerti juga, ni tak jelasin", gayanya seperti Gus Miftah sedang ceramah, sembari membetulkan letak sorban yang melingkar dibahu kirinya.
"Sof yang bolong-bolong (tidak rapat) kita jadikan perangkap agar setaan-setan itu ikut sholat bersama kita, kalau setan bisa melakukan Sholat itu lebih baik daripada hanya keluyuran mengganggu anak turun Adam".
"Haaaaa..... ikut Shooolaat, tak bahayaaa taaaah... ?", semua jamaah mlongo.
"Bagaimana kalau hanya mengganggu Sholat kita...?", salah seorang jamaah coba membantah.
"Tenang mas Broo, kalau mereka macam-macam akan terbakar dengan sendirinya dengan doa-doa suci yang kita baca dalam Sholat", tegasnya meyakinkan.
Tidak ada syahwat melanjutkan perdebatan, sang Imam hanya geleng-geleng kepala kemudian balik kanan melanjutkan Sholat. Jamaah yang hadir buru-buru membetulkan sofnya dan melakukan hal serupa.
Demkian salah satunya guyonan KH.Zainol Muin Husni, Lc, Pengasuh Pondok Pesantren An Nadwah Kalianget Besuki. Kiyai yang kesehariannya juga aktip sebagai Dosen Ma'had Aly Nurul Jadid ini, menyelipkan guyonan tersebut ketika menjelaskan Hikmah ke 35 Kitab Alhikam, Rabu 4 Desember 2024.
Menjadikan Sholat sebagai alat menjebak Setan ternyata juga pernah dilakukan oleh Imam Besar Madzhab Hanifi Imam Abu Hanifah, RA (699-767 M).
Suatu hari datang menghadap beliau Saudagar kaya yang sangat pelit. Sedemikian pelitnya si kaya raya ini terbiasa menyembunyikan harta bendanya di dalam tanah. Tidak biasanya entah karena sakit atau karena sebab-sebab yang lain, tiba-tiba ia lupa dimana saja kekayaannya disembunyikan. Mintalah dia petunjuk kepada Imam Abu Hanifah.
"Waduuuuh, ini mah bukan bidang saya, saya bisanya bidang fiqih urusan Halal-haram", jawab Imam Abu Hanifah. "Kalau urusan begituan sebaiknya anda menemui tukang sumor bor yang bisa menerawang kedalam perut bumi. Tapi saya punya saran, silahkan lakukan kalau anda peracaya. Nanti tengah malam lakukanlah Sholat Tahajud sejumlah rokaat yang kamu mampu", imbuh Imam Abu Hanifah.
Benar saja, begitu tengah malam si kaya raya pelit ini benar-benar melaksanakan petunjuk Imam Abu Hanifah. Padahal malam-malam sebelumanya jangankan Sholat Tahajud, Sholat isyakpun sering ketiduran karena capek mengurus kekayaannya. Ajaib, beberapa rakaat berlalu dia mulai ingat satu-persatu tempat menyimpan kekayaannya. Menurut anda, si Kaya raya memilih melanjutkan Sholat Tahujjud, atau buru-buru memeriksa tempat menyimpan hartanya ? Silahkan jawab di kolom komentar, jawaban anda biasanya tidak jauh beda dengan kondisi Rohaniah anda saat ini.
Keesokan harinya saudagar kaya itu kembali menghadap Imam Abu Hanifah menceritakan kejadian yang dialami semalam.
"Sudah ku duga Setan pasti mengganggu Sholatmu", jawab Imam Abu Hanifah tenang.
"Setan datang membantu mengembalikan ingatanmu, agar Sholatmu tidak khusu" jelas Imam Abu Hanifah kemudian.
HIKMAH KE 35 KITAB ALHIKAM
أَصْلُ كُلِّ مَعْصِيَةٍ وَغَفْلَةٍ وَشَهْوَةٍ – الرِّضَا عَنِ النَّفْسِ، وَأَصْلُ كُلِّ طَاعَةٍ وَيَقْظَةٍ وَعِفَّةٍ، عَدَمُ الرِّضَا مِنْكَ عَنْهَا. وَلِأَنْ تَصْحَبَ جَاهِلًا لاَ يَرْضَى عَنْ نَفْسِهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَصْحَبَ عَالمًا يَرضَى عَنْ نَفسِهِ فَأَىُّ عِلْمٍ لِعَالمٍ يَرْضَى عَنْ نَفْسِهِ وَأَىُّ جَهْلٍ لِجَاهِلٍ لَا يَرْضَى عَنْ نَفْسِهِ
“Pangkal segala maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah menuruti hawa nafsu. Sedangkan pangkal segala ketaatan, kewaspadaan, dan kesucian diri adalah ketidakinginan Anda memperturutkan hawa nafsu. Jikalau Anda berteman dengan orang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, Itu lebih baik bagi Anda daripada berteman dengan orang pintar tapi memperturutkan hawa nafsunya. Apakah masih layak disebut cerdik pandai jika ia memperturutkan hawa nafsunya? Dan apakah masih dikatakan bodoh, orang yang tidak menuruti hawa nafsunya?”
Bagian ini bukan hanya sulit dipraktekkan tapi juga sulit dimengerti. Pasalnya kita sudah terlanjur memaknai Nafsu hanya sebatas dorongan-dorongan yang jelek saja. Padahal nafsu kita terkadang juga mengajak melakukan kebaikan-kebaikan, akan tetapi di dalamnya terselip tipu daya setan yang teramat sangat halus. Seperti contoh di atas, ingin Sholat Tahajud agar barang-baranya yang hilang segera kembali, ingin menolong agar disebut dermawan, ingin selalu tampil sederhana agar disebut zuhud dan lain sebagainya. Banyaknya pengetahuan tidak menjamin seseorang bisa menyadari hal ini. Tidak sedikit orang bodoh tapi dirahmati Allah justru lebih bisa merasakannya.
Guna melengkapi penjelasannya, KH.Zainol Muin Husni yang juga sebagai Rois Syuriah PCNU Situbondo, sempat melontarkan Statement yang membuat semua yang hadir terperanjat dan terpaksa mengerutkan kening.
Beliau menyatakan : "Jika pada suatu ketika ada keinginan yang kuat untuk berdzikir lawanlah. Belokkan keinginan itu pada hal yang lain. Karena bisa jadi pada keinginanmu untuk berdzikir itu, setan sudah mempersiapkan perangkap, berupa penyakit Riya' yang tidak hanya akan membuat hangus pahala dzikirmu tapi juga akan mengotori hatimu".
Orang yang memdengar Statement ini pasti bertanya-tanya, berfzikir pekerjaan mulia kenapa mesti harus dibelokkan? Kalau setiap keinginan nafsu harus dilawan walaupun baik, apa bedanya Hawa Nafsu dengan Setan?
Dengan bahasa sederhana mungkin bisa dijelaskan seperti ini, Hawa nafsu itu berkawan baik dengan Setan, hanya saja memiliki perbedaan sifat. Jika Setan dapat mendatangkan hal-hal yang haram, sementara hawa nafsu mengkonfirmasi rayuan gombal dari Setan hingga akhirnya tercipta suatu tindakan yang diharamkan.
Mempertegas penjelasan ini, berikut saya sisipkan beberapa kisah menarik. Pertama perihal Imam Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah. Pada suatu ketika beliau berperang melawan orang kafir, sejak awal peperangan tidak ada motif lain yang mendorongnya untuk perang selain demi Allah dan Rasul-Nya.
Beberapa saat kemudian salah seorang musuh meludahinya hingga membuatnya jengkel dan marah. Imam Ali kemudian mengangkat tangan dan pergi tidak mau melanjutkan peperangan.
Anda tahu apa alasan Ali bin Abi Tholib menghentikan perang? Jika perang terus berlanjut dapat dipastikan tujuannya sudah bukan Allah dan Rasulnya lagi, melainkan pelampiasan kemarahan, jengkel yang diselimuti ego dan Hawa nafsu karena ulah musuh-musuhnya. Sangat halus, samar sekali, teramat sulit dibedakan mana yang karena Nafsu dan mana yang tidak.
Kedua, dialog KH.Bisri Musthafa (1915-1977) ayahanda pelantun Puisi "Negeri Haha Hihi" KH. Musthafa Bisri (Gus Mus) bersama KH. Ali Maksum (1915-1989). Sebagaimana sang Putra, Kiyai Bisri Musthafa juga sangat produktif menulis. Karya tulisnya sangat banyak dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya Tafsir Al Ibris yang ditulis dalam bahasa Jawa pego.
Dalam sebuah wawancara kiyai Ali Maksum bertanya, "Apa rahasianya kiyai Bisri bisa seproduktif itu, karya tulis Kiyai Bisri sedemikian banyak dan bagus-bagus", tanya Kiyai Ali.
"Nulisnya jangan ikhlas karena Allah Kang Ali", jawab Kiyai Bisri santai. "Kalau mau nulis niati saja cari cuan, ketenaran dan macam-macam gitu. Kalau sejak awal sudah ikhlas nulisnya, diniatkan untuk dakwah, menyebarkan ilmu, memberi manfaat ke masyarakat banyak, waduh, minta ampun Kang Ali, pasti buanyak banget setan yang datang mengganggu.
Kalau kita menulis dengan tujuan-tujuan duniawi, syaithan datang bukan sebagai pengganggu, sebaliknya Syaithan malah memberi tenaga tambahan, Ide-ide baru juga bisa keluar, tulisan jadi semakin kaya, semakin variatif. Baru kalau nanti tulisannya sudah selesai, penyebarannya kita niati untuk Allah, untuk umat, untuk dakwah", imbuh Kiai Bisri.
“Jadi intinya, kita harus pandai-pandai menipu setan buat jadi bagian dari motivasi, ya?” balas Kiai Ali yang dibalas Kiai Bisri dengan anggukan sambil terkekeh.
Mengahiri tulisan ini, saya pribadi belum sanggup bermazdhab kepada Ali bin Abi Thalib. Dalam hal ini saya mungkin lebih condong mengikuti Mazdhab Kiyai Bisri Musthafa. Berbaik-baik dengan Syaithan jenis apapun, untuk selanjutnya kita perbaiki niat kita sambil jalan.
Masih bingung juga.? Ciri-ciri orang masih sanggup berfikir keras, jika ia sering-sering dilanda kebingungan.
Selamat berbingung ria. Semoga Allah membimbing kita semua, Amin.
Pewarta, Hasbiallah
---------------
Sumber bacaan
1. Tarjemah alhikam, Semesta Hikmah, 2023
2. Menipu setan, kita waras di zaman edan, Ngainum Naim, PDF 2015
3. You Tube Santri Gayeng, 15 Oktober 2020
4. https://nu.or.id.24 oktober 2017
5. https://tirto.id. 18 Juni 2017
6. Imam Ghazali, Rahasia Sholat Orang-orang Makrifat, pustaka media 2019.
Sholatnya tetap kita lnjutkan smpai selesai, mau khusuk atau tdk itu urusan blakang. Merasa khusuk juga sebenar nya tdk khusuk. Jika berhasil ke tingkat khusuk kadang msih merasa ujub. Sy mau ikut madzhab kiai bisri musthafa jg. Hehe. Mantap tulisannya kiai. Slmat berbingung Ria..
BalasHapusAlhamdulillah mander mogeh deddih tambaen keberkatan kaangguy sadejenah, Amin
HapusSubhanallah enak dibaca mengalir bagai air mengelus elus bagai angin
BalasHapusAlhamdulillah barokallah
Hapus