Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

1000 LEBIH JAMA'AH MENGIKUTI GELAR TAHLIL MALAM KE 4 KH. MUHAIMIN ABD. RAZAQ

Suasana Tahlil malam ke 4 KH. Muhaimin Abd. Razaq

Sabdarianada. Id | Mohon kiranya dimaafkan, jika saya kembali menulis bagian ini bukan karena sok dekat atau ingin dianggap dekat.Hubungan saya dengan beliau biasa-biasa saja sebagimana santri dan para Muhibbin pada umumnya. Yang saya lakukan hanya ingin menjadikan setiap peristiwa sebagai ajang latihan menyusun kata. Itu aja, tidak ada maksud lainnya. Tulisan saya mau dijual juga tidak akan laku, lho wong di share ke FB dan Grup WhatsApp saja tidak ada yang baca. 

Kata orang menulis itu bisa menunda kepikunan. Dengan menulis kita punya wadah gratis menumpahkan berbagai keluh kesah, dan yang tidak kalah penting,  saat menulis berarti kita telah  meninggalkan jejak  sehingga para penerus kita kelak tidak kehilangan informasi ketika harus mengenang kita sebagai pendahulunya.

Semenjak Kiyai Muhaimin bin Abdur Razaq mangkat pada hari Ahad Pahing  21 Desember 2025, saya  baru kemaren malam Rabu 24 Desember 2025 berkesempatan Ta'ziyah sekalian ikut Gelar Tahlil malam ke 4 kepergian beliau. Itupun setelah mendapatkan tumpangan mobil gratis dari salah seorang saudara.

Berangkat dari Sumbermalang berlima, saya, Habib Bahar, Ust. Surayadi, Rahmad Zainollah Hasan, dan Ahmad Purwanto selaku Driver. Jalur Sumbermalang-Besuki kalau malam belakangan ini sering-seting hujan. Untuk badan yang mulai menua sepertinya sudah kurang baik jika ditempuh dengan bersepeda  rentan kehujanan dan kedinginan.

Alhamdulillah di pintu masuk disambut KH. Ahmad Faisol adik kandung Almaghfurlah kiyai Muhaimin. Manurut saya diantara para putro Miftahul Ulum, Kiyai Ahmad Faisol yang paling mirip baik perawakan maupun gerak-geriknya dengan Kiyai Muhaimin. Seperti biasanya Kiyai Faisol selalu hangat kalau ketemu saya. Kadang panggil saya Kompoy ( cucu), malam itu beliau menyapa saya  "Masyaalllah keyaeh, asareng paserah?", sapa kiyai Faisol penuh pengagungan. Saya hanya nyenger tidak tahu harus menjawab apa. 

Tidak jauh berbeda dengan Almaghfurlah kiyai Muhaimin, Kiyai Faisol juga pandai  melontarkan Joki-joki segar. Seperti misalnya pernah bertemu saya, dengan penuh ketulusan Kiyai Faisol berkelakar, "guleh gik terro emaenah kacompoen empean, nyambiyeh jukok serajeh", (saya pengin main ke rumah sampean mau bawa oleh-oleh ikan yang besar) hahahay. 

Sesampainya di dalam walaupun dipersilahkan masuk ke Masjid, sengaja saya memilih tempat paling luar, diteras timur Dhelem bagian belakang. Tujuanya mudah ditebak, agar leluasa berselonjor dan merokok. Saya memang terbilang susah melepaskan   diri dari benda yang oleh sebagian orang disebut bearasal  dari kencing Syaithan ini. Hanya di waktu sakit dan tidur saja sesaat bisa melupakan. Ndak apa-apalah, mending menghirup bekas kencing Syaithan ketimbang kencing perawan. Walaupun Najis misalnya, paling hanya setingkat  Mukhaffah wong hanya makan asap keminyan, kalau kencing perawan Najisnya Mutawassithah kang, makanan kesukaannya Jihu, Sablak, Basgor, hahaha. Singkat kata saya bangga menjadi perokok. Bagaimana tidak, sumbangan Perokok terhadap pendapatan Negara angkanya cukup fantastis. Di Tahun 2022 saja  Pendapatan negara dari cukai rokok mencapai  Rp. 218,6 Triliun, per Oktober 2025 Penerimaan Negara sudah diangka  Rp176,5 triliun, sekitar 76,7% dari target APBN 2025. Kalau ditanya siapakah orang yang paling dermawan di Negeri ini? Jawabannya ya, Perokok. Orang yang anti asap Rokok pernah nyumbang apa? Paling-paling minta disumbang. 

"Pak jih keyaeh, pak Jih Keyaeh", dari belakang saya terdengar ada suara memanggil. Saya tidak menoleh karena merasa panggilan itu bukan untuk saya, hingga ahirnya ada tangan lembut menyentuh pundak saya. Subhanallah ternyata LORA BANDAR, keponakan Kiyai Muhaimin, putra Almaghfullah Kiyai Abdul Kholiq. Salah satu  Ganarasi Y yang maqom Zuhudnya - cangkolang- menurut saya melampoi usianya. "Alhamdulillah ya Allah malam ini saya dipertemukan dengan orang-orang tulus", gumamku dalam hati. 

TAHLIL MALAM KE 4 KH. MUHAIMIN 

Tidak seperti kegiatan Tahlil pada umumnya yang hanya ramai di malam pertama, kedua, ketiga, dan malam ke tujuh, sedang di malam ke 4-6 biasanya hanya diikuti oleh sebagian kecil kerabat dekat. Gelar Tahlil Malam ke 4 wafatnya Almaghfurlah Kiyai Muahimin tetap dipadati jamaah. 

Hampir di semua sudut pesantren ditempati jamaah. Ruang utama masjid, teras masjid, halaman masjid, teras asrama santri, bahkan sampai di teras bangunan utama dhelem ( kediaman) beliau juga ditempati jamaah. Tidak kurang 1000 orang lebih jamaah mengikuti kegiatan tetsebut. Parkir kendaraan mengular hingga Selatan  partelon gerdu geddung. Puluhan ucapan Bela Sungkawa dari berbagai pihak berjejer rapi di luar pagar Pondok Pesantren. 

Kegiatan Tahlil tidak hanya dilakukan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Besuki, di beberapa daerah sebagian Alumni dan Masyarakat secara mandiri  juga melaksanakan kegiatan serupa untuk mengenang Almaghfurlah Kiyai Muhaimin. Salah satunya yang pernah saya saksikan sendiri di Desa Tamansari (lanas dejeh) Kecamatan Sumbermalang. 

Menyaksikan ini semua saya teringat perkataan  ulama yang dikutib oleh Syeh Muhammad Amin Al Kurdi (wafat 1914 M) dalam Tanwirul Qulubnya :

من لم تظهر كرامته بعد موته كماكانت في حياته فليس بصادق 

"Siapa yang ketika matinya Karomahnya tidak terlihat seperti halnya ia masih hidup, maka dia bukan seorang wali yang sesungguhnya". 

Kalaupun  enggan disebut Waliyullah, paling tidak Kiyai Muhaimin tetap dicintai umatnya walaupun jasadnya sudah terbaring di balik Pusara. 

Acara  pada malam ke 4  diawali dengan pembacaan Surat Yasin dan Surat al Mulk, dilanjutkan Tahlil dan ditutup dengan doa yang salah satunya dipimpin oleh KH. Zainol Muin Hisni, Lc Rois Syuriah Kabupaten Situbondo. 

Tentang keutamaan kedua surat tersebut ada beberapa Riwayat yang bisa kita baca, diantaranya :

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس وَمَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ اللهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ.

Dari Anas (diriwayatkan) Nabi saw bersabda: Sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hati, dan hatinya Al-Qur`an adalah surah Yasin, barangsiapa membaca surah Yasin, maka Allah akan mencatat baginya (pahala) seperti membaca seluruh Al-Qur`an sepuluh kali atas bacaannya [H.R.at-Tirmidziur ]

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: ضرب بعض أصحاب النبي ﷺ خباءه على قبر وهو لا يحسب أنه قبر، فإذا قبر إنسان يقرأ سورة الملك حتى ختمها، فأتى النبي ﷺ فقال : يا رسول الله ، ضربت خبائي على قبر وأنا لا أحسب أنه قبر، فإذا قبر إنسان يقرأ سورة الملك حتى ختمها، فقال النبي : هي المانعة هي المنجية تنجيه من عذاب القبر. رواه الترمذي .


Dari Ibnu Abbas R.a, beliau berkata, "Beberapa sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendirikan kemahnya di atas sebuah kuburan. Ia tidak menyangka bahwa itu adalah kuburan. Kemudian, ada seorang manusia yang dikuburkan di sana. Orang itu membaca surat Al-Mulk sampai selesai. Lalu, Nabi saw datang dan berkata, 'Wahai Rasulullah, aku mendirikan kemahku di atas sebuah kuburan. Aku tidak menyangka bahwa itu adalah kuburan. Kemudian, ada seorang manusia yang dikuburkan di sana. Ia membaca surat Al-Mulk sampai selesai.' Nabi shallallahu alaihi wa sallam kemudian berkata, 'Itulah yang mencegah (siksaan) dan menyelamatkan. Ia menyelamatkannya dari siksaan kubur," [HR. Imam Tirmidzi]

Akhirnya saya hanya bisa berkata, ibarat Paku bumi Kiyai Muhaimin telah Allah tancapkan di ujung Barat Situbondo. Sekarang Paku itu telah Allah cabut kembali. Semoga Allah segera mengirim penggantinya sehingga umat kembali menemukan perekatnya, Amin. 

Kontributor : Hasbiallah

Sumber bacaan :

  • Syeh mohammad Amin al Kurdi, Tanwirul Qulub
  • Syeh Himami Zadah, Tafsir Surat Yasin

Posting Komentar untuk " 1000 LEBIH JAMA'AH MENGIKUTI GELAR TAHLIL MALAM KE 4 KH. MUHAIMIN ABD. RAZAQ"