Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ARGOPURO WALIDA NAIK TAHTA

Ahmad Mukhlisin, SP. MM. Direktur Utama Argopuro Walida

Sabdarianada Id | Dalam Tradisi Kerajan Jawa-Madura, seorang Pangeran baru dianggap memenuhi syarat untuk naik Tahta setelah menyelesaikan TAPA tertentu yang disyaratkan oleh sesepuh kerajaan, selain syarat pokok lainnya seperti garis keturunan yang jelas serta kualitas moral dan kepemimpinan yang baik.

Menyadari hal ini, setelah Sukses memperkenalkan Kopi Argopuro ke berbagai manca Negara dengan capaian luar biasa di penghujung Tahun 2025, Argopuro Walida sebagai salah satu Produsen Kopi terbesar di Jawa Timur menggelar Giat Wisata dan Doa bersama bertajuk "TAPA & MUNAJAD Akhir Tahun 2025". Kegiatan ini diikuti oleh Direktur, jajaran Direksi dan sebagian Karyawan,  mulai dari Perawat kebun, Karyawan gudang hingga  bagian tehnis Produksi dan pemasaran.

Harapannya, Slogan "Argopuro Walida Naik Tahta" yang ditandai dengan jumlah produksi yang semakin besar seiringan dengan permintaan pasar yang semakin luas, kualitas produksi yang semakin baik, kepuasan konsumen yang semakin meningkat, kesadaran lingkungan, sosial dan Spritul yang semakin membaik, di Tahun 2026 benar-benar terwujud. Bersamaan dengan Ridha Allah, restu para sesepuh, ketulusan dan kerja keras para Petani dan Karyawan, serta dedikasi jajaran Direktur dan Direksi.

Kalau sudah demikian maka ;
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Nikmat Tuhan manakah yang akan kamu dustakan?" [ Arrahman :13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75 dan 77]

Jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan ini hanyalah;

هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

"Inilah Karunia Tuhanku,  datang untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau Kufur. Barang siapa yang Bersyukur, sesungguhnya dia telah bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang Kufur, sesungguhnya Tuhanku maka Kaya dan Maha Mulia" [ An Naml 40]

Rombongan berangkat  dari Sumbermalang pada Senin malam 29 Desember  pukul 23 Wib langsung ke Arah Gresik, Desa Gapuro Sukolilo Pusara Syeh Maulana Malik Ibrohim, dan Pusara  Sunan Giri Ainol Yaqin di Desa Giri Kecamatan Kebomas Gresik Jawa Timur.

Selesai melaksanakan Ritual di kedua tempat Keramat ini,  jam 3 pagi Selasa 30 Desember 2025  rombongan beristirahat sejenak makan Sahur untuk selanjutnya bertolak ke daerah Bangkalan Madura Pusara Syaehona Kholil Bangkalan.

Sebelum masuk Bangkalan  Sopir sebenarnya sempat bertanya apakah mau berhenti Sholat Subuh atau lanjut. Saya perhatikan rombongan semuanya pulas dan jadwal Tulu' (terbit) pada hari itu masih jam 5 lewat. Saya putuskan sekalian Sholat Subuh di Masjid Syaikhona Kholil. Alhamdulillah masuk Area Syaikhona Kholil Bangkalan masih jam 4.37  pagi.Rombongan langsung Sholat Subuh berjemaah dan untuk selanjutnya Ritual seperti di kedua tempat sebelumnya dilaksanakan. 

Istirahat sejenak, mandi, belanja, baru kemudian rombongan bergerak menuju Surabaya, Pusara Bapak Wali Songo Nusantara Raden Rahmad Sunan Ampel, Pusara  Pendiri Kota Surabaya Ki Ageng Sentono Sunan Buto Putih, dan Riyadhah terahir di Pusara Hadratus Syeh KH. Badri Masduqi Kraksaan selaku orang Tua dan Guru pencetus nama WALIDA.

SECANGKIR KOPI  DAN ULAMA NUSANTARA

Secara spesifik  memang  belum ditemukan kisah inspiratif prihal ulama Nusantara semisal Syaehona Kholil Bangkalan dan para Walisongo dengan secangkir Kopi. Namun rasanya tidak ada yang berani membantah,  bahwa  beliau semua adalah ulama yang dekat dengan tradisi sehari-hari; kopi seringkali menjadi bagian dari keseharian santri dan ulama, di mana para pendahulu kita menggunakannya sebagai sarana mempererat silaturahmi atau bahkan dalam konteks ritual spiritual seperti minum kopi sambil berzikir, menjadi simbol kebersamaan dan ketenangan batin di tengah perjuangan dakwah. Singkat kata Kopi adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi pesantren dan ulama di Jawa, termasuk di Madura, sebagai teman begadang belajar, berdiskusi, atau menunggu santri.

Salah satu sumber menyebutkan walaupun tentu tetap memerlukan penelitian lanjutan, bahwa Biji kopi berasal dari tanah Arab dan kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab “Qahwah” yang berarti kekuatan. Karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.

Adalah Al-Imam Qutb Sayyidina Abi Hasan Asy-Syadzili bin Abdullah bin Abdul Jabbar Al-Hasani Asy- Syadziliyi, atau yang di Indonesia populer dengan sebutan Imam Abul Hasan Asyyadili Pendiri Thoriqoh Syadiliyah, wafat pada tahun 828 H. yang disebut-sebut sebagai penemu Biji Kopi pertama kali.

Dikisahkan, dalam usahanya menahan kantuk dan lapar ketika menjalani Tapa yang cukup panjang, Imam Abul Hasan Assyadili tanpa sengaja memetik dan memakan buah-buahan kecil yang kemudian kita kenal dengan Biji Kopi. Anehnya setelah memakan buah tersebut Imam Abul Hasan Assyadili sama sekali tidak merasakan kantuk sepanjang malam. Pagi harinya beliau memetik buah-buah tersebut untuk bekal diperjalanan. Ketika buah-buah itu kering imam Assyadili tidak langsung memakannya, melainkan memanaskannya terlebih dahulu di atas api, kemudian menumbuk dan menyeduhnya dengan air. Air seduhan biji Kopi itu yang beliau minum. Dari sinilah kemudian menyebar minuman Kopi ke seluruh penjuru Negeri.

Kata Qahwah selanjutnya menjadi populer di Eropa sebagai ‘Kahfeh’ yang berasal dari bahasa Turki dan dalam perkembangan selanjutnya berubah lagi menjadi “Koffie” dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie inilah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia hingga menjadi kata kopi yang kita kenal saat ini.

Sekarang kopi bukan hanya menjadi  minuman para wali dan kaum Muslimin saja. Minuman khas ini sudah dinikmati semua orang dari berbagai agama dan lapisan. Tak heran jika 1 Oktober 2019 seluruh dunia merayakan ‘Hari Kopi Sedunia’. Konon Kopi merupakan salah satu komoditas  yang dibudidayakan lebih dari 50 negara di dunia.

Sebagai penutup tulisan ini saya akan mengutip perkataan salah seorang ulama
ان الله يوكل بقبر الولي ملكا يقض الحوائج وتارة يخرج الولي من قبره ويقضيها بنفسه
"Allah menempatkan Malaikat disetiap Kuburan para wali dengan tugas membantu menyegerakan Hajad peziarahnya. Kadang-kadang wali-wali itu sendiri yang keluar dari kuburnya membantu mewujudkan Hajad para pencintanya".

Inilah sebabnya kenapa Argopuro Walida lebih  memilih jalan Tamasya ke Pusara para Waskita, bukan ketempat-tempat Wisata.  Sampai di sini saya pastikan anda tidak akan ragu lagi menjadi penikmat dan pencinta Kopi Argopuro Walida.

Semoga Allah ampuni dosa-dosa kita di Tahun 2025 dan memberikan jalan yang lapang untuk kita lewati di Tahun 2026 dan selanjutnya, Amin.

Kontributor, Hasbiallah

Sumber bacaan :
 1. ttps://almanhaj.or.id/7231-nikmat-rabb-yang-manakah-yang-kalian-dustakan-satu-ayat-yang-berulang-31-kali.html

2. Tanwirul Qulub Syeh Muhammad Amin Allardi

3. Fuad bin Abdul Baqi, almu'jamul mufahras lil Alfadil quran. 

4. Baladena, kisah Syeh Abul Hasan Assyadili penemu kopi pertama, April 2021


Posting Komentar untuk "ARGOPURO WALIDA NAIK TAHTA"