Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KH. MUHAIMIN ABD. RAZAQ, SUFI ABAD 21 BERPULANG

Almaghfurlah KH. Muhaimin Abdur Razaq

sabdarianada.id | Kiyai Emin, begitu biasanya orang-orang memanggil. Memiliki nama lengkap KH. Muhaimin Abd. Rasaq bin KH. Abd. Razaq. Beliau adalah guru spritual yang berdomisili di daerah Rawan sekaligus juga sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Besuki. 

Penampilan dan gaya bicaranya selalu terlihat biasa-biasa dan sangat sederhana. Di waktu mudanya  sering keluar masuk Pasar Senin ( Pasar Hewan terbesar di Situbondo) yang tidak jauh dari Dhelem (kediaman) beliau dengan mengenakan caping, berbaur bersama para pedagang dan pembeli. Orang yang belum kenal tidak akan mengira kalau beliau adalah salah seorang tokoh yang sangat disegani di wilayah Besuki dan sekitarnya. Santri-santrinya bukan hanya dari kalangan kaum muslimin tetapi juga kelompok non Muslim Tionghoa. 

Saya terbilang sangat beruntung di pertengahan Tahun 1999 berkesempatan sowan beliau. Motivasinya waktu itu memang sangat awam sih, ingin panglaris. Coba bayangkan, Sarjana Pendidikan Agama Islam lulusan UIN Malang sowan Kiyai minta Panglaris. Lucu ndak? Lucu sih tidak hanya sedikit kolot gitu. Jangan ngeledek, persoalan ekonomi seringkali membuat seseorang serasa awam, walaupun sudah pernah sekolah hingga ke Amsterdam. 

Ceritanya begini, pulang Kuliyah saya bingung. Mau langsung terjun di Pertanian mengikuti jejak sesepuh rasanya rikuh. Khawatir para tetangga ramai-ramai bikin status "ngapain sekolah jauh-jauh kalau akhirnya tetap bertani". Mikir, mikir, mikir, muncullah ide membuka toko Pecah-belah semacam peralatan dapur, kebetulan di jaman itu masih terbilang sangat jarang di Sumbermalang toko yang menyediakan peralatan-peralatan tersebut. 

Karena modalnya kecil hanya 1,5 juta waktu itu, itupun hasil ngotang di BRI setelah menitipkan surat-surat sepeda motor Honda Prima, setiap minggu saya harus ke Pasar Besuki untuk kolakan. Ketika di pasar itulah saya mendengar kasak kusuk seseorang bahwa bisnisnya sedang merangkak naik setelah sowan beliau KH. Muhaimin. 

Keesokan harinya tanpa perlu istiharah lagi saya langsung gas sowan Beliau di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Besuki.  Tujuannya selain niat Silaturahim yaitu tadi, minta doa Panglaris. Sebagai orang yang pernah berguru kepada Hadratus Syeh KH. Badri Masduqi tentu saya juga pernah belajar doa Panglaris. Sungguhpun demikian guru-guru kita selalu mengingatkan :

اكثر الدعاء من الناس فانك لا تعلم من اي لسان يقبل

"Perbanyaklah minta doa orang lain, karana kamu tidak pernah tahu dari lisan siapa doa-doa itu bisa diterima".

Imam Qusyairi, RA ( 986-1072 M) meriwayatkan sebuah kisah perihal Imam Ma'ruf Al Karkhi, salah seorang tokoh Sufi yang hidup antara Tahun 750-815 M. Dikisahkan suatu hari Imam Ma'ruf Allarkhi melewati sebuah Kedai minuman yang Pramusajinya selalu berdoa :

 رحم الله من يشرب

"Semoga Allah merahmati orang-orang yang minum minuman ini". Imam Ma'ruf Alkarkhi yang kebetulan hari itu sedang berpuasa langsung mampir di kedai tersebut dan ikut minum. Seseorang yang menemani beliau bertanya :  

الم تك صائما؟ 

"Bukankan anda sedang berpuasa? "  Imam Ma'ruf Alkarkhi menjawab :

 بلى رجوت دعائه

"Benar, tapi saya sangat berharap doa dari pramusaji tersebut. Inilah pentingnya doa dari orang lain sesama Muslim, lebih-lebih dari orang yang dikenal  Shalih semisal doa dari beliau KH. Muhaimin Abd. Razaq. 

PERTEMUAN DENGAN KH. MUHAIMIN ABD. RAZAQ

Saya masih ingat, hari itu Kamis tanggal dan  bulannya saya lupa tidak dicatat. Pertemuan dengan beliau berlangsung sangat mudah. Suasana di Dhelem beliau kebetulan sepi hanya ada seorang Santri yang sedang merawat burung-burung Perkutut yang bergelantungan di teras depan ruang tamu. Benar saja, jika tidak ada  santri yang menunjukkan sayapun tidak akan menyangka kalau yang sedang menemui saya adalah KH. Muhaimin Abd. Razaq yang terkenal itu. Menggunakan peci hitam dengan kaos lengan pendek, tidak ada satupun asesoris  kesuhu-an yang beliau kenakan. Akrab, sederhana, santai begitulah kira-kira. Hati saya bergumam, "Kiyai Muhaimin adalah salah satu dari  sedikit orang yang oleh Buya Hamka (1908-1981) disebut-sebut sebagai SUFI MODERN", orang yang bersedia hidup di tengah-tengah keramaian, akan tetapi hati, pikiran dan prilakunya tetap zuhud. Terbukti beliau mampu melayani tamu-tamunya yang datang dari berbagai kalangan. Cara beliau berbusana, bersikap, dan berbicara, sepertinya tidak ada satupun yang sengaja di Branding untuk menampilkan kesan tertentu. Seluruhnya mengalir begitu saja tanpa formula. Contoh misalnya ketika beliau menghaturi tamunya makan, "erde'er pola bedeh, mun sobung perengah abes", ( silahkan makan yang ada, kalau tidak ada piringnya aja dilihat) Hehehe mungkin bercanda, tapi cukup mengena untuk mencairkan suasana. 

Juni 2000 ketika Sabda Ria Nada dipaksa masuk pagi saya kembali sowan beliau. Mengeluhkan banyak hal yang saya rasakan, termasuk salah satunya kesulitan saya  bangun pagi menjadi Imam Sholat Subuh bersama Santri. Beliau menjawab datar, "jekajeh eman pon kadung bedeh". ( pertahankan eman, sudah terlanjur ada). Tak lama berselang sayapun dipersilahkan makan di ruang tengah, dengan menu nasi putih campur beras jagung (nasek sella) sayur bening lengkap dengan lauknya ada tahu, tempe dan banyak lagi lainnya. Memang beliau tidak ikut makan bersama saya, tetapi saya merasakan menu yang disuguhkan kepada saya adalah juga menu yang beliau Taddeh ( makan) hari itu. Belakangan saya menyadari kalau menu di meja makan itu adalah gambaran dari perjalanan hidup yang harus dijalani, beraneka warna. Ada yang putih, kuning, ada juga yang tidak jelas warnanya. Semuanya harus ditelan sebagai bagian dari Realita kehidupan. Yang baik-baik akan diserap oleh tubuh sebagai energi, sisanya harus dibuang sebagai kotoran. Wejangan beliau yang selalu saya ingat walaupun hanya disampaikan lewat mimpi, "hati-hati menghadapi orang, manusia itu banyak ragamnya. Ada yang wajahnya manusia tetapi hatinya seperti kera (motak) ada juga yang wajahnya seperti kera (tak sogi, tak genteng, tak rattin) tapi hatinya mulia. 

Setiap kali sowan kiyai Emin, tanda hormat kepada senior (salam tempel) yang saya siapkan tidak pernah beliau ambil. Rupanya beliau cukup paham kalau saya sering kesulitan uang, atau jangan-jangan beliau juga mengerti rezeki saya belum sepenuhnya suci. 

Yang suka merokok kalau sowan beliau tidak perlu khawatir dilarang merokok. Setiap tamu yang datang akan mendapatkan jatah rokok 1 bungkusan sesuai stok rokok yang beliau punya hari itu. Jika anda sowan selepas Sholat Juma'at, anda harus ekstra sabar menunggu giliran matur. Teman-teman beliau  dari berbagai hobi biasanya berkumpul. Mulai dari penghobi perkutut, burung ocehan, penghobi ayam, merpati, sampai penghobi sapi. Ruang tamu sesak, rokok lang pacelpak, ramai, semuanya berbicara semaunya sesuai hobi masing-masing. Seperti biasanya beliau selalu menjadi pendengar yang baik, sambil sesekali tersenyum dan menyela. 

Menutup tulisan ini ijinkan saya mengutip perkataan syeh Mutawally Assya'rawi (1911-1998) 

اذا لم تجد لك حاقدا فاعلم انك انسان فاشل

"Jika engkau tidak mendapati orang yang membencimu, sadarlah, sebenarnya engkau adalah manusia yang gagal". 

Kiyai Muhaimin memiliki semuanya. Yang mencintai beliau cukup banyak, yang membenci beliau juga tidak sedikit. 

Ahad 21 Desember 2025 Allah menyatakan tugas beliau  KH. Muhaimin Abd. Razaq sudah purna, setelah 3 hari sebelumnya wilayah Besuki dan sekitarnya terus-menerus diguyur hujan, pertanda semesta mulai merasa kehilangan. 

Selamat jalan guru, orang tua, tempat bertanya banyak manusia. Semoga para santri, alumni, simpatisan dan siapa saja yang pernah bertemu beliau, diberikan kekuatan mengamalkan nilai-nilai luhur yang telah ajunan ajarkan, Amin

Sumbermalang, 

Ahad Pahing 21 Desember 2025

Yang tidak sempat Ta'ziyah, bangun kesiangan, sakek sokoh

HASBIALLAH




Posting Komentar untuk "KH. MUHAIMIN ABD. RAZAQ, SUFI ABAD 21 BERPULANG"