Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGINTIP MALAM 1000 BULAN

Ilustrasi menjelang Fajar di Malam Qodar
Sabdarianada. Id | Setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya juga apabila sebagian masyarakat kita sibuk mencari baju baru ketika menjelang lebaran. Selain ingin menunjukkan rasa syukur karena telah diberikan kemampuan menunaikan Ibadah Zakat dan puasa, tentu mereka juga ingin terlihat beda ketika ada teman, handai tolan, kerabat dan tetangga bersilaturahim. 

Tidak perlu gusar jika ada sejumlah orang yang sebenarnya tidak berpuasa juga ikut-ikutan sibuk. Di Indonesia memang dibedakan, ada Idul Fitri ada Lebaran. Idul Firi artinya kembali suci tentu hanya diperuntukkan buat mereka yang menjalankan Ibadah puasa. Sedangkan Lebaran lebih sebagai peristiwa Budaya. Bahasa Maduranya "Pesmatompes", boleh untuk siapa saja baik yang tidak berpuasa bahkan yang lain Agama sekalipun. 

Tradisi memburu baju baru menjelang lebaran dan Idul Fitri ternyata juga dilakukan oleh sebagian Genarasi Sahabat dan Tabi'in. Hanya saja para Salafuna Shalih itu merasa perlu merubah penampilannya bukan  semata-mata untuk kemeriahan Lebaran dan Idul Fitri, melainkan juga untuk menumbuhkan gaerah dan semangat mengisi malam-malam sepuluh terahir bulan Romadhan. 

Sedemikian cintanya mereka pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, sehingga Tamim Ad-Dary dikabarkan rela membeli pakaian seharga seribu dirham untuk dipakai pada malam-malam yang dimungkinkan turunnya Lailatul Qadar.

Di antara mereka ada yang menganjurkan untuk mandi pada setiap malamnya. Sebagaimana yang dilakukan An-Nakha’i. Ayyub As-Sikhtiyani biasanya mandi pada malam 23 dan 24 memakai baju baru dan minyak wangi. Luar biasa mereka dalam menyambut sepuluh malam terakhir.

Diriwayatkan bahwa Anas bin Malik ketika memasuki malam keduapuluh empat, beliau mandi dan memakai minyak wangi dan memakai baju terbaiknya.

Demikian juga Tsabit Al-Bannany dan Hamid ath-Thawil memakai baju dan parfum terbaik ketika berada dalam masjid ketika melakukan ibadah di sepuluh malam terahir bulan Romadhan. 

menangkap kemungkinan muncul gejala sosial  yang akan memperlebar jurang pemisah antar si miskin dengan si kaya, jauh sebelumnya Rosulullah telah berpesan :
ليس العيد لمن لبس الجديد انمالعيد لمن طاعته تزيد 
"Belum dikatakan berhari raya jika hanya tampil bergaya (baju baru) berhari raya yang sesungguhnya jika taat bertambah jua". 

Selebihnya Rosulullah dan keluarga memasuki sepuluh terahir bulan Romadhan lebih menonjolkan penambahan kwalitas Ibadahnya ketimbang hal lain diluar ibadah. 

Sayyidah  ‘Aisyah meriwayatkan contoh konkret dari Nabi 

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain beliau juga meriwayatkan sabda Nabi:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Apabila Nabi  telah memasuki sepuluh akhir dari bulan Ramadlan, Beliau mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan malamnya dengan beribadah dan membangunkan keluarga Beliau.” (HR. Bukhari, Muslim).

Ibnu Rajab Al-Hanbaly berkata: “Pada sepuluh terakhir, Nabi  tidak meninggalkan kelurganya yang mampu untuk beribadah, pasti beliau bangungkan.”

Sufyan Ats-Tsaury sangat menyukai momentum ini. Beliau pernah berkata, “Yang paling aku suka ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, yaitu bersungguh-sungguh menunaikan tahajud di malam hari, membangunkan keluarga dan anak selama meraka mampu melaksanakannya.” 

Begitulah semangat para pendahulu kita dalam mengisi 10 malam terahir bulan Romadhan. Tidak dipungkiri bahwa Romadhan adalah kado terindah yang Allah berikan khusus umat Rosulullah Muhammad, SAW, itu pun kalau dihargai. Jika tidak dihargai, kehadiran Romadhan tidak jauh beda dengan bulan-bulan yang lain, datang dan pergi tanpa kesan dan Manfaat yang berarti. 

MALAM 1000 BULAN

Sejauh ini baru ada dua tokoh yang berani memastikan kapan Lailatul Qodar datang, yaitu Sahabat Abdullah bin Abbas dan Hujjatul Islam Imam Al Ghazali. Rosulullah sendiri tidak memberikan kepastian kapan Lailatul Qodar terjadi. Dalam beberapa riwayat Rosulullah hanya menjelaskan ciri-cirinya dan menunjuk beberapa tanggal di 10 malam terahir terutama di malam-malam ganjil. 

Diceritakan oleh Sayyidah Aisyah, RA bahwa Rosulullah, SAW bersabda: 

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ 

“Carilah malam Lailatul Qadar di malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” [ HR Muslim]

Abdullah bin Abbas RA juga pernah menceritakan ; 

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ, تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ 

“Sesungguhnya Rasulullah, SAW bersabda tentang tanda-tanda Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, udara tidak panas tidak pula dingin, matahari terbit di pagi harinya dengan cahaya kemerah-merahan tidak terik.” [HR. Ath Thayalisi ]

Sangat dapat dipastikan Rosulullah sengaja merahasiakan keberadaan Lailatul Qodar agar tidak timbul diskriminasi pada malam-malam yang lain. Karena Romadhan 10 pertama adalah Rahmat, 10 kedua Nikmat dan 10 terahir adalah pembebasan dari Api Neraka. 

Sejatinya setiap hari dan Malam di bulan Romadhan harus benar-benar kita manfaatkan untuk meningkatkan kebajikan, guna mengobati luka-luka lama yang terlanjur kita perbuat di 11 bulan sebelumnya. 

Apalagi Lailatul Qodar Allah berikan memang untuk mengobati kegelisahan Rosulullah. Ketika Rosulullah mendengar kabar, dulu ada laki-laki Bani Isroil selama 1000 bulan siang hari berperang dan berpuasa, malam harinya qiyam sepanjang malam. 

Rasulullah mengeluh, "Duhai bagaimana Nasib umatku, badan  mereka kecil dan umur  mereka pendek-pendek". Kemudian Allah menghadiahkan Lailatul Qodar yang Ibadah di dalamnya setara dengan Ibadah 1000 bulan. 

TEORI SEPUTAR LAILATUL QODAR

1. Teori Abdullah bin Abbas

Menurut Abdullah bin Abbas seperti dikutip oleh M. Rojaya dalam Quantum Romadhan, Lailatul Qodar selalu terjadi pada malam tanggal 27 Romadhan. Dalam hal ini Ibnu Abbas mendambil Isyarah dari Surat Al Qodar :
Surat Al Qodar
Perhatikan kata   ( ليلة القدر ) dalam Surat Al Qodar diulang sebanyak 3 kali, sedang jumlah hurufnya ada 9. Maka 3x9=27. Sehingga menurut Sahabat Abdullah bin Abbas, Lailatul Qodar selalu terjadi pada malam ke 27 Romadhan. 

2. Teori Imam Al Ghazali

Imam Al Ghazali menentukan Lailatul Qodar berdasarkan hari pertama memulai Puasa Romadhan. Pendapat Imam Al Ghazali ini dikutip oleh Syeh Bakri Ad Dimyathi di dalam I'anatut Thalibin Jilid 2 halaman 257 :

قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر  فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين  أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين  أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين  أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين  أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين  


  1. Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29 
  2. Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21 
  3. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27
  4. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25 
  5. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23


Syeh Abul Hasan As Syadili mengomentari teori ini sebagai berikut :
منذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهده القاعدة

"Dengan Teori ini saya  belum pernah Absen mendapatkan Lailatul Qodar". 

Menurut hemat saya, Lailatul Qodar bisa terjadi kapan saja bergantung seberapa bisa kita menjaga Koniksi dengan Sang Pencipta. Lailatul Qodar terjadi pada saat kita benar-benar merasa nyatu dengan Sang pencipta. Pada saat seperti ini sepegal Zikir yang kita ucapkan, sebutir kebaikan yang kita lakukan, setara dengan kebajikan yang dilakukan selama 1000 bulan. 

Hanya saja di Bulan Romadhan situasinya memang lebih memungkinkan, karena Allah sudah menyidiakan semua Fasilitas yang dibutuhkan. 

Semoga Allah selalu membimbing dan menerima Ibadah kita, Amin. 

Kunjungi juga

2 komentar untuk "MENGINTIP MALAM 1000 BULAN"