Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEWAJIBAN JIN DAN MANUSIA (Perspektif QS. Adz-dzariyat Ayat 56


KEWAJIBAN JIN DAN MANUSIA
(Perspektif QS. Adz-dzariyat Ayat 56)
www.sabdarianada.co.id
Sinetron tentang pertemanan Jin dan Manusia yang populer di tahun 90-an


Ibadah merupakan hal sentral dalam kehidupan umat manusia tak memandang ia beragama apa, ataupun menganut keyakinan apapun.
Tidak hanya dalam agama Islam tetapi agama lainnya juga memiliki ritual yang bernama ibadah meski caranya berbeda-beda.
Ada beberapa hal yang mengharuskan manusia beribadah salah satu  alsannya  ialah insting manusiawi, yang menyebabkan manusia butuh akan keberadaan yang lebih luas, yang lebih perkasa, dan Maha kuasa atas dirinya.
Dalam agama yang menjadi menyempurna atas segala agama sebelumnya yakni Agama Islam, ibadah diuraikan dengan lebih kompleks, tersistematis, dan meimilki nilai horizontal dan vertical.
Ibadah tidak hanya diartikan serentetan aktivitas pengbdian terhadap tuannya tetapi lebih kepada kecintaan terhadap Robnya.
Sehingga ibadah menjadi hal yang memang dibutuhkan oleh setiap anak Adam dalam denyut nadi kehidupan.
Betapa pentingnya beribadah yang menjadi bentuk  implementasi kecintaan mahluk terhadap Tuhannya , sehingga Ibadah merupakan hal sentral dalam agama Islam, khususnya dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat ke-56 yang tentunya akan kami bahas dalam pembahasan berikutnya.
Tujuan
Agar kita sebagai umat islam bisa  setidaknya mengambil hikamah dibalik turunnya Qs : Adz-Dzariyat 56, serta mengetahui betapa pentingnya nilai sebuah ibadah yang bukan hanya bentuk pengabdian hamba atas Tuhannya tetapi juga sebagai bentuk kecintaan seorang hamba atas Khaliqnya.

Metode Penulisan
Penulis memakai metode study literature dan keperpustakaan dalam penulisan ini. Referensi yang di gunakan  bersumber dari beberapa buku.

A.       Terjemahan Qs: Adz-Dzariyat 56


Dan Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembahku(Adz-Dzariyat : 56) ( Al-qur’an dan terjemah )

B.  Tafsir Qs: Adz-Dzariyat 56

Dalam ayat diatas Illa Liya’ budun memiliki arti bahwa “kecuali suapaya mereka menyembah-Ku ”  hal bukan karena Allah butuh kepada umatnya melain umatlah yang membutuhkah RobbNya yang telah memberikan kehidupan.
Allah menciptan Jin dan Manusia tidak lain dan tidak bukan ialah untuk beribadah kepadaNya,  dalam sebuah hadist qudtsi dijelaskan bahwa
كنت كنز محفيا فاءردت اعر ف مخلقت الخلق فبي عرفو ني
Aku laksana pembendaharaan kata yang tersembunyi, lalu Aku ingin diketahui, Aku jadikanlah Mahluk maka dengan adanya ciptaanKu maka Aku diketaui (Tafsir Al-Maghrobi hal 13 juz 27 jilid IX) (Depag RI.Al-Qur’an dan Terjemah. Hlm. 506).

Mahluklah yang membutuhkan Khaliqnya sehingga hal ini yang mengharuskan kita mengetahui Rob kita yakni dengan cara meyakini keberadaan baik didalam qolbu maupun dalam bentuk amal dan perbutan yang tentunya hal ini terimplementasikan dalam bentuk ibadah kita sepanjang hari mulai siang hingga malam.
Kata Menyembah sendiri merupakan kata kerja yang dinamis yang artinya hal ini harus dikerjakan dalam bentuk gerak yang aktif, 
seperti semesta yang  selalu bergerak dari satu titik ketitik berikut yang tersistem dalam tatasurya, yang sangat jelas kedisiplinan antara gerak yang satu dengan gerak yang lainnya.
Maka begitu pula dengan mahluk yang bernama Jin dan Manusia yang harus bergerak aktif, kontinu, dan disiplin dalam menjalankan ibadah yang merupakan kata lain dari menyembah

C.  Mufrodat dari  Qs: Adz-Dzariyat 56

Kata “ibadah” ialah kata bahasa arab yang merupakan masdar dari kata “abada” yang artinya taat, tunduk, memperbudak, doa, menghambaan diri dan segalanya (Drs. H Syahminan Zaini. Problematika Ibadah Dalam Kehidupam Manusia. Hlm 19).

 Jelas bahwa Al-Qur’an memakai kata ibadah  dalam berbagai perubahan jika kita lihat kata ibadah dalam ayat-ayat lainnya.
Meskipun demikin inti dari pengertian tersebut adalah sama, yakni sama-sama mematuhi.

D.  Munasabatil Ayat

Setelah ayat sebelumnya Allah membahas masalah orang-orang musyrik-ayat sebelumnya  di ayat itu kaum yang musyrik dijelaskan bahwa mereka berada dalam perkataan yang berbeda-beda dan tidak tetap,
sebagian tidak cocok dengan sebagian yang lain, perkataan dan perbuatan mereka seringkali bertolak belakang dengan yang mereka katakan ataupun yang mereka lakukan. 
Kemudian ayat berikutnya membahas tentang orang-orang musyrik dan akhirnya di ayat setelahnya, Allah SWT menyuruh  Muhamad SAW untuk berpaling dan menghindar dari kaum musyrik tersebut,
dan dilanjutkan dengan peringatan Allah terhadap kaum yang musyrik, maka selanjutnya Allah SWT menyebutkan tentang hubungan Dia dengan para hamba-hambaNya, tidaklah seperti hubungan antara tuan dengan budak-budaknya (Ahmad Musthofa Al-Maraghi.Tafsir Al-Maraghi. Hlm.17).
Jadi adanya  Qs: Adz-Dzariyat 56  merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang menjadikan penegasan bahwa baik orang munafik dan umat yang mengakuai akan adanya Allah bahkan Jin sekalipun diciptan tidak lain dan tidak bukan ialah untuk beribadah kepada RobNya yakni Allah Azza Wajalla.
 Sehingga antara satu ayat dengan ayat yang lainnya termasuk surat ke-56 ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya serta adanya  keterikat antar ayat.
Setalah Rosul kualahan menghadapi orang-orang munafik yang sering kali mendustakan Tuhannya maka ayat ini turun sebagai penghibur terhadap kegundahan Rosul.
Sehingga ayat ini menyiratkan penegasan terhadap kemusyrikan yang mengkronis pada saat itu bahwa Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk patuh padaNYA.
Namun penyembahan mahluk ini lebih kepada kebutuhan umat terhadap TuhanNya, ketika umat manusia melupakan Tuhannya yakni Allah Azza waa jalla yang telah menciptan dan memberikan kehidupan maka adzab yang pedihlah kelak dikemudian pada hari pembalasan yang akan diterima hal inilah yang menjadi janji Allah
Sementara Hasbi Ash-Shiddieqy menerjemahkan ayat ini dengan terjemahan yang sedikit berbeda
”ayat tersebut mengandung pengertian mengenai pernyataan bahwa Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk tunduk kepada Allah dan menghinakan diri kepadaNya”.
Yang bisa kami tangkap dari pengertian tersebut bahwa Hasbi disini hendak mengatakan bahwa mahluk adalah hina jika dilihat dari banyaknya dosa yang diperbuat setiap hari sementara PencitaNya yang telah memberikan segalanya seringkali terlupakan dan  terabaikan oleh perbuatan-perbuatan munkar.
Meski terjadi perbedaan pendapat dan  penafsiran terhadap ayat tersebut namun intinya tetap merujuk terhadap pengertian penghambaaan.
Ini menunjukkan betapa Alqur’an tidak mampu diterjemahkan secara sempurna oleh manusia sebagai mahluk.

E.  Yang Dimaksud dengan Ibadah dalam perspektif QS.Adz-Dzariyat : 56

Ibadah secara etimologi berarti taat, patuh, tunduk, dan menghambakan diri. Sedangkan secara istilah karena dalam berbagai terjemahan ialah makna secara bahsa Indonesa maka “menyembah” merupakan pengertian dari kata ibadah tersebut.
Ulama’ Fiqih mengatakan bahwa ibadah ialah pelaksaan segala ketaatan demi mendapat keridhaan Allah dan mengaharapkan pahalaNya kelak di akhirat nanti.
 Dan ulama’ Tauhid mengartikan bahwa ibadah ialah mengartikan Allah dengan sebesar-besarNya dengan penuh kebesaran serta menghinakankan diri dengan penuh ketundukan kepadaNya.
Sedangkan Ulama’ Tasawuf  mengartikan bahwa ibadah ialah perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan dengan keinginan nafsunya untuk membesarkan TuhanNya.
Hakikat ibadah sendiri menurut Syahmina Zaini ialah :
Engkau meridhoi Allah selaku pengendali dan memilihkan urusan engkau dan engkau meridhoi Allah selaku pembagi, pemberi, dan penahan segala sesuatu bagi engkau dan engkau meridhoi Allah selaku pujian dan sembahan engkau.
sedangkan ibadah terbagi menjadi  beberapa bagian seperti Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq(Drs. H. Syahmina Zaini.Problematika Ibadah Dalam Kehidupan Manusia. Hlm.21).
Karena tujuan dari penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada TuhanNya maka setiap manusia hendaklah mengarahkan segala kemampuannya untuk menjalakan ibadah kepada Tuahannya.
Motivasi(pendorong atau kebutuhan-kebutuhan tertentu) merupakan penggerak utama di dalam suatu pekerjaan.
Karena itu besar kecilnya gairah untuk mengerjakan suatu pekerjaan tergantung pada besar kecilnya motivasi terhadap pekerjaan tersebut.
Sudah jelas suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan gairah yang besar, besar pula kemungkinan akan berhasilnya.
Tetapi gairah yang kecil akan menimbulkan kelesuan dan kemalasan.
Suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan lesu atau malas dapat dipastikan tidak akan berhasil.
Sarlito Wirawan Sarwono memberikan contoh sebagai berikut, seorang patriot rela berkorban jiwa raga (kebutuhan fisik) demi kemerdekaan bangsanya (kebutuhan manusia pshicologis).
Dengan demikian apabila orang-orang mukmin menginginkan ibadah mereka berhasil dengan baik, maka harus mencari motivasi yang besar bagi ibadahnya.
Sehingga ibadah yang dilakukan tidak hanya tentang prihal menggugurkan kewajiban apalagi setengah hati.
Tujuan ibadah sendiri ialah sesuai dengan Qs: Adz-Dzariyat 56 yakni sebagai bentuk ketaatan mahluk terhadap KhalikNya.
Kemudian Allah baru menyatakan tujuan masing-masing ciptaanNya itu diantaranya :
a.    Tujuan diciptakaannya bumi ialah untuk kepentingan kehidupan manusia, sebagai mana difirmankanNya dalam surat Al-Baqoroh : 29
b.    Tujuan diciptakannya ibadah ialah untuk membina manusia untuk menjadi taqwa
c.    Tujuan diciptakaannya Al-Qur’an ialah untuk membimbing manusia kejala-jalan bahagia, menguluarkan mereka dari kegelapan kepada terang benderang dan membimbing mereka kejalan yang lurus
d.   Tujuan ditruunkannya hujun ialah untuk menghidupkan dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan

F.   Hikmah dibalik turunnya

a.    Sebagai penghibur terhadap hati Rosul yang gundah melihat  kemusyrikan yang menjadi-jadi di Mekah
b.    Sebagai jawaban terhadap ayat sebelumnya
c.    Pemberitahuan kepada Rosulullah saw, bahwa Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk menyembah/taat kepadaNya
d.   Penegas terhadap ayat-ayat sebelumnya bahwa hanya Allah yang berhak disembah
e.    Sebagai dasar kewajiban beribadah kepada Allah SWT

Kesimpulan

Dari segala bentuk pembahasa mengenai surat adzzariyat dan kandungannya diatas dapat ditarik bebrapa kesimpulan;
1.    Pada hakikatnya manusia diciptakan dengan segala wujud fitrah dalam dirinya, merupakan suatu kesempurnaan tuhan memerintahkan makhluknya untuk beribadah dan tunduk kepadanya.
2.    Mencari tahu tentang tafsir ini, mempelajarinya, dan memahaminya, bukan hanya sejuta ma’unah yang kita dapat, karena subtansi dari Al quran adalah membimbing manusia ke jalan-jalan bahagia. Mengeluarkan mereka dari kegelapan dan terang benderang.
Jember’ Senen ,17 maret 2014
Tulisan ini disusun bersama dengan dua rekan saya , Faiqotul Mukarromah dan Khalifatul Jannah, dengan dibimbing oleh Bapak  H. Mawardi Abdullah Lc.  MA
Tulisan yang tidak seberapa ini mudah-mudahan penyusun Tulisan ini, dan teman-teman pembaca mendapat manfaat dari karya ini,
Dan semoga Allah senantiasa membimbing ‘KITA” di jalan yang diridhoiNYA
~Aamiin~





DAFTAR PUSTAKA
1.      Al maraghi, ahmad musthafa.1989.TafsirAl-Maraghi.Semarang.Tohaputera Semarang
2.      Depag.1995. al quran dan tafsir. Yogyakarta. PT. Dana Bhakti Wakaf.
3.      Depag. 1990. Al quran dan tafsir. Yogyakarta. PT. dana bhakti wakaf.
4.      Asshiddiqi,Hasbi.1974. tafsir al bayan. Bandung. PT. Alma’rif
5.      Zaini,Syahminan.1989. Problematika ibadah dalam kehidupan manusia. Jakarta. Kalam Mulia






Posting Komentar untuk "KEWAJIBAN JIN DAN MANUSIA (Perspektif QS. Adz-dzariyat Ayat 56"