CANDA JENAKA PENGLIPUR LARA DUKA
Tertawa obati duka lara |
Sabdarianada.id | Entah sudah berapa kali ada pesan masuk melalui HP saya yang isinya pertanyaan " Pak kapan Sekolah Masuk?". Walaupun liburan pada saat-saat tertentu sangat diharapkan, ketika berlebihan dan datang tidak pada waktu yang diharapkan, ternyata juga sangat menjemukan.
Bagi guru dan Santri, Madrasah dan Pondok laksana rumah kedua. Rasa rindu pasti ada ketika tempat yang menyinpan banyak cerita ini⛷lama tidak disapa. Di tempat ini mereka menemukan banyak kekeluarga. Ini juga yang membedakan lembaga Pendidikan di Pondok Pesantren dengan Lembaga Pendidikan lainnya. Robithah antar guru dan murid, murid dengan kiyai, Kiyai dengan guru-guru yang lain sedemikian kuatnya. Pertalian mereka lebih sebagai pertalian keluarga dan kerabat, bukan pertalian biasa.
"Jenuuh", begitu tulis salah seorang kawan dalam Statusnya dengan latar belakang ruang tamu yang sepi tanpa penghuni. Tidur sepanjang hari bangun tidur bukannya segar malah kesemutan sekujur badan.
Lain lagi dengan anak MI yang oreintasinya baru sekedar main dan jajan,"Enak sekolah dong pak, tiap hari dapat jatah jajan", kata salah seorang siswa pada suatu kesempatan. Kalau di rumah terus sumpeeeg, belanja sereeeet, kerjanya hanya ngeliweeeet, bapak-ibu berantem terus ruweeet, rasa-rasanya mau ngambeeeek Paaak".
Begitulah ungkapan-ungkapan jenaka sebagai buah virus Corona. Tidak dipungkiri, manusia pada dasarnya memilki kemampuan adaptasi yang lebih besar dibandingkan mahluq lainnya. Akan tetapi ketika tiba-tiba dipaksa menjalani ritme kehidupan yang sama sekali berbeda dari hari-hari sebelumnya, tidak jarang mereka juga mengalami deprasi, stres, galau dan ingin memberontak.
Sulit dibayangkan bagaimana kondisi Rasulullah dan keluarga serta seluruh sahabatnya ketika diLock Down secara sepihak oleh orang Quraisy. Tiga Tahun lamanya ada yang menyebutnya 2 tahun, Ralullah dan para Sahabatnya dibaikot di lembah Syiib Abi Thalib terisolasi dari Suku yang lain baik ekonomi maupun sosial.Tidak boleh jual beli, tidak boleh melamar ataupun dilamar, tidak boleh melakukan perjanjian damai, kecuali mereka mau secara suka rela menyerahkan Nabi Muhammad hidup atau mati.
Rasulullah dan Kerabatnya baru bisa bernafas lega setelah Perintah pembaikotan Produk otoritas Quraisy yang digantung di dinding Ka'bah itu jatuh dimakan Rayap. Para Sejarawan mengagambarkan kondisi Rosulullah yang sangat memprihatinkan ketika keluar dari lembah Syiib Abi Thalib. Rasulullah dan Siti Khodijah saling papah karena penyakit yang mengerogoti beliau selama terkurung di lembah tersebut.
Yang kita alami sekarang sangat jauh berbeda. Baru sebagian kecil kebebasan kita dibatasi, itupun hanya untuk sementara waktu hingga pemerintah menyatakan kondisi sudah nornal seperti sediakala. Kebanyakan kita sudah tidak sabar mengerutu. Rasanya kurang etis apabila kita telalu berharap Surga, karena kita memang belum melakukan apa-apa.
Di sejumlah Pesantren walaupun kebanyakan Santri Bubaran (pulang) pasti masih ada beberapa orang santri yang tetap bertahan di pondok. Mereka ini adalah santri yang memiliki tugas tambahan sebagai Khaddam. Biasanya para Khaddam ini membuat jadwal mandiri pulang secara bergantian agar pesantren tidak benar-benar kosong.
Ketika Santri yang lain libur tugas Khaddam menjadi bertambah, selain membantu kesibukan Kiyai dan keluarganya mereka juga harus bertanggung jawab menjaga keamanan seluruh isi pondok.
Pada saat seperti inilah biasanya Karomah dan ilmu tingakat tinggi Sang Kiyai mulai diperlihatkan, bahkan tidak jarang antara Kiyai dan Khaddamnya terlibat Canda Jenaka tapi sarat Makna.
Pada suatu malam selepas Shalat Hajat seorang Kiyai di salah satu pesantren kecil duduk santai di beranda samping pondok ditemani beberapa orang santrinya. Sambil bersandaran di tembok Kiyai dan Santri itu menikmati sinar purnama di malam Nisfu Sya'ban. Sang kiyai bercerita banyak mengenai ganasnya Virus Corona berikut jumlah korban meninggal di seluruh dunia.
Skema kerja virus ketika menyerang tubuh manusia |
"Bagaimana hukumnya mendoakan orang Mati"?
"Haram....! " jawab kiyai tegas
"Kok bisa haram kiyai..? Penanya itu penasaran.
"Rosulullah menyuruh kita mendoakan yang baik-baik saja. Jangan sampai kita punya keinginan membunuh orang lain walaupun hanya melalui doa".
"Mak... Mak... Mak.. Maksudnya mendoakan orang yang sudah mati", santri penanya itu berusaha menjelaskan.
"Walaaah, pertanyaanmu tadi kurang lengkap, mestinya bagaimana hukumnya mendoakan orang yang sudah mati?".
" En.. En... Enjeh Yai" Santri itu tersipu malu.
"Kalau itu sangat dianjurkan. Mendoakan orang yang sudah mati adalah perbuatan mulia yang sangat besar pahanya".
Dulu Ketika ada salah seorang sahabat meninggal dunia Rasululullah berpesan :
ادع لاخيكم واسئلوا الله له التثبيت فانه الان قد سل
"Doakan saudaramu yang meninggal, mintakan kepada Allah agar dia Tatsbit (mampu menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar-Nakir dengan Fasih) karena dia sekarang sedang dimintai pertanggung jawaban".
Ulama' berbeda pendapat mengenai makna قد سل, ada yang mengartikan sedang ditanyakan, sebagaian yang lain mengartikan sedang dimintai pertanggung jawaban. Jika hanya "ditanya" Tentu persoalannya akan segera selesai. Berbeda dengan "dimintai pertanggung jawaban", bisa berlangsung lama sekali sampai tanggung jawabnya benar-benar selesai.
Karena itu dalam tradisi kita mendoakan orang yang sudah meninggal membutuhkan waktu yang lama sekali. Mulai dari satu hari meninggal hingga malam ketujuh. Setelah itu malam ke 40, malam ke 100 bahkan hingga malam ke 1000. Semua itu dilakukan karena khwatir keluarga yang meninggal belum selesai pertanggung jawabannya", begitu sang kiyai menjelaskan.
Aneh... Sepi. Tidak satupun santri yang menyela. Karena curiga sang kiyai mendekatkan pendengarannya pada santri penanya yang mulai tadi duduk bersandar ketembok.
"Heeerrr.... Heeeerr... ", rupanya santri yang menemaninya semuanya sudah lelap tertidur. Dengan sangat berhati-hati kiyai itu berdiri dari tempatnya duduk, untuk selanjutnya menghilang masuk di bangunan samping kiri masjid.
Dalam tidurnya santri penanya itu bermimpi dibawa terbang oleh sosok berjubah putih. Sesampainya di angkasa sosok mistrius itu menyuruhnya melihat kebumi.
Betapa ia terkejut, pondok pesantren tempat ia nyantri terlihat memancarkan cahaya putih sangat benderang sekali.
"Cahaya itu itu adalah Alquran yang kalian baca setiap hari. Setiap rumah, pondok atau apa saja yang selalu dicakan alquran, cahayanya akan terang benderang hingga tembus ke langit ketujuh", sosok berjubah putih itu menjelaskan.
Betapa girangnya santri itu. Dalam hati ia berjanji besok akan lebih rajin lagi membaca Alqur'an agar Pondok Pesantren tempat ia mengabdi terang benderang hingga keseluruh pelosok negeri.
Semoga Allah membing dan menerima amal baik kita, Amin.
Posting Komentar untuk "CANDA JENAKA PENGLIPUR LARA DUKA"
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...