Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGAPA HARUS DATANG KE REUNI? SABDA RIA NADA MENJAWAB DALAM REUNI KE-3 TAHUN 2025

Penulis Erwin Astutik

Sabdarianada.Id|Apa yang anda rindukan dari masa sekolah? saat istirahat makan berbagai camilan, loncat pagar, membuat guru kesal atau justru teman-teman sebaya yang acap kali menularkan tawa dengan berbagai tingkah random-nya? Rasa-rasanya baru kemarin menginjakkan kaki pertama kali di pintu gerbang sekolah, faktanya hari ini, kita sudah menjadi alumni. Mulai sibuk melanjutkan pendidikan, mengejar karir, bisnis atau hanya sekedar bertahan hidup dengan alasan karena masih diberikan kehidupan. Tak bisa dipungkiri, menjadi anak sekolahan memang begitu mengasyikkan. Menjalani hidup sebagai manusia tanpa tuntutan, beban dan tekanan kehidupan bukan?.




Mungkin itulah salah satu sebabnya semesta menghadirkan Reuni ditengah-tengah kehidupan. Pondok Pesantren Sabda Ria Nada pun tidak tinggal diam duduk di singgasananya sebagai Raja pendidikan di Desa Sumbermalang, yups…. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dalam suasana pasca lebaran, kali ini kembali menyelenggarakan Halal Bihalal dan Reuni Akbar bertajuk “Membangun Kebersamaan, Menjunjung Kesetiaan” yang diselenggarakan di Halaman Pondok Pesantren Sabda Ria Nada, tepatnya pada hari Minggu, 06 April 2025, pukul 09:00 WIB.


Tampil beda tak sebagaimana pesantren dan sekolah pada umumnya. Reuni di Sabda Ria Nada terselenggara setiap tahun dengan mengundang santri dan alumni lintas generasi, mulai dari angkatan pertama pada jenjang MI, MTs, MA dan SMK turut menghangatkan moment Reuni ini.


Jika menarik benang sejarah, dilansir dari Bloranews.com, cikal bakal Reuni sekolah pertama kali terlaksana oleh sekelompok lulusan Harvard College tahun 1821. Sejak itulah, Reuni sekolah mulai populer di Amerika Serikat dan Negara-negara lainnya, termasuk Indonesia yang didalamnya terdapat Pondok Pesantren bernama Sabda Ria Nada, ikut menyelenggarakan Reuni sebagai bentuk tradisi ajang silaturahmi sembari memupuk kesetiaan pada almamater Sabda Ria Nada tercinta ini dengan terlaksananya Reuni Akbar ketiga tahun 2025.


Reuni Akbar yang dimotori langsung oleh Himpunan Santri dan Alumni alias HISAB ini patut diacungi jempol, waktu persiapan yang ditaklukkan kisaran satu minggu menghadirkan acara sukses penuh kebahagiaan dan nostalgia penuh kehangatan. Jika tahun lalu Reuni HISAB diwarnai gemuruh petir dan rintik hujan yang tak kunjung usai. Maka Reuni tahun ini ditemani sang mentari yang membangunkan seluruh keringat pada lapisan epidermis kulit.


Terlintas sejenak dalam benak penulis, “Mending Reuni siang atau sore sepertinya lebih adem”. Ya begitulah manusia, makhluk yang sering lupa untuk bersyukur, acara pagi kepanasan, sore kehujanan malam pun kedinginan. Tak apalah, mencoba duduk tenang sejenak mengikuti setiap bacaan Istighosah yang tak pernah absen dari setiap acara di Sabda Ria Nada. Entah kebetulan atau semesta memang sedang merestui acara Reuni kali ini, paving yang memantulkan panasnya terik mentari, sejalan dengan pembacaan istighosah perlahan mulai berdatangan angin sejuk yang cukup membuat duduk nyaman nan adem tanpa merasa kepanasan. Semakin lama, semakin menembus hati menenangkan jiwa dan sanubari.


Berbeda dengan tahun sebelumnya, Reuni kali ini memiliki rundown pemberian cindramata kepada K.H Hasbiallah, S.Ag selaku Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Sabda Ria Nada. Tak lupa pula, sesi pembekalan atau tausiah dari Dr. Musolli Ready, MA selaku tamu VVIP pada acara Reuni HISAB tahun 2025. Secara garis besar dalam sesi pembekalan, beliau memberikan nasehat kepada seluruh alumni bahwa “Alumni yang baik adalah alumni yang ingat terhadap gurunya, ilmu itu bisa didapatkan kapan dan dimanapun berada. Namun, barokahnya guru tidak semua santri dan alumni bisa mendapatnya.”

Beliau juga menambahkan, takdimnya santri atau murid terhadap guru tidak harus berupa materi. Namun, berilah kontribusi pada pesantren atau sekolah dengan kemampuan kita sendiri, baik dengan waktu, tenaga atau buah fikiran.

Berdasarkan wejangan beliau, kita dapat menarik kesimpulan bahwa barokahnya seorang guru tidak bisa dibeli dengan selembar ijazah. Namun, sowan (berkunjung/mengunjungi) terhadap guru atau kyai menjadi tiket termudah untuk mendapatkan barokahnya. Walaupun mungkin terkadang berada pada suatu kondisi benar-benar tidak tidak dapat mengunjungi, setidaknya sapa, senyum dan mencium tangan guru-guru kita tatkala tanpa sengaja bertemu. Hal tersebut sudah cukup mengobati rindunya seorang guru terhadap muridnya yang sudah dianggapnya anak sendiri.

Menjadi guru memang bukan perkara yang mudah, dituntut untuk selalu sabar dengan tingkah murid yang terkadang menjengkelkan bahkan selalu berusaha melempar senyum dan tawa serta antusias terhadap setiap cerita mereka, padahal dunianya sedang tidak baik-baik saja. Tingkah murid yang mendorongnya untuk murka, akan selalu terselip kata maaf dalam hati dan do’a. Bahkan saat ada yang berkata bahwa “Murid Sabda Ria Nada itu nakalnya luar biasa”, gurukita hanya memberikan senyuman sembari memberikan pembelaan dan tetap bangga seperti apa dan bagaimanapun muridnya.

Pantas saja, K.H Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha pernah menyampaikan dalam salah satu ceramahnya “Amal yang paling ampuh menghapus dosa adalah dengan mengajar”. Ternyata guru bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan (Transfer Of Knowledge), tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemuliaan (Transfer Of Value), mengembangkan keahlian dan kemandirian (Transfer Of Skill) dan mengajarkan kearifan (Transfer Of Wisdom). Dengan kesimpulan, guru bukan hanya mengajar, namun mendidik para generasi bangsa untuk menjalani kehidupan dan menjembatani menggapai mimpi di masa mendatang.

Rosulullah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud RA:


سَأَلْتُ النَّبِيَّ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قَالَ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله، قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي


“Aku bertanya kepada Rosulullah SAW, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab: ‘Sholat tepat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: ‘berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab , ‘Berjihad dijalan Allah.’ Rosulullah menyebutkan (ketiga) hal itu kepadaku, seandainya aku bertanya lagi tentu Rosulullah akan menambah lagi.

Berdasarkan hadist diatas, berbakti kepada orang tua merupakan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah. Hal ini selaras dengan ajaran agama Islam bahwa terdapat 3 orang tua yang harus dihormati, yakni kedua orang tua (Ibu dan Ayah), Guru dan Mertua. Guru mendapatkan posisi kedua, karena pengorbanan dan jasa yang luar biasa dan kasih sayangnya terhadap murid yang hampir sama dengan orang tua. Sehingga tidak salah jika disebut-sebut sebagai orang tua kedua. Itulah salah satu sebabnya, Reuni diadakan dengan tujuan untuk menjalin silaturahmi dengan guru-guru kita. Walaupun pada akhirnya kebanyakan bernostalgia, ingin segera menikmati menu yang tersedia dan tiba-tiba nyesek bin baper saat Mahallul Qiyam tiba.

Ustad Anwar Nuris, S.Sos selaku Ketua HISAB menyampaikan bahwa “Reuni tahun ini alhamdulillah berjalan dengan lancar dengan waktu yang cukup singkat dalam segala persiapan, walaupun memang beberapa alumni tidak datang dengan alasan tidak mendapatkan undangan. Semoga tahun depan lebih sukses dan para alumni lebih kompak dari tahun ini”. Ujarnya pada wawancara singkat via online, Minggu (7/4).

Tidak bisa dipungkiri, hal yang kerap kali mewarnai acara Reuni sebagaimana tahun-tahun sebelumnya adalah ketidakhadiran alumni dengan alasan “Tidak mendapatkan undangan”. Analoginya, apabila seorang anak dipanggil orang tua atau diajak saudaranya untuk berkunjung kepada orang tua, apakah membutuhkan selembar kertas sebagai bujukan untuk datang? Kita tidak hidup pada zaman Nabi Sulaiman yang menjadikan burung Hud hud sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan Ratu Balqis kan?. Woro-woro Reuni pun sudah dikemas dalam bentuk undangan via online jalur WhatsApp yang tersebar ke seluruh sudut bumi Nusantara.

Ada pula yang mendapatkan undangan, namun berdalih untuk tidak datang dengan berbagai macam alasan. Memang hal yang manusiawi, apabila tidak semua undangan dapat dipenuhi. Namun, jika tidak berada dalam suatu keadaan mendesak atau perihal jarak yang tidak memungkinkan, alangkah lebih baik meluangkan waktu sejenak datang pada Reuni sekolah atau pesantren sebagai bentuk terima kasih paling sederhana terhadap guru yang telah menuangkan ilmu pada kita. Agar Jenjang sekolah alias almamater baru dan guru baru setelah menempuh pendidikan di Sabda Ria Nada yang kita bangga-banggakan, tidak lantas membuat guru Sabda Ria Nada terlupakan.


Sumber rujukan:
Patoni. 2021, Syariat Menghormati Guru Dan Orang Tua. https://nu.or.id/tasawuf-akhlak/syariat-menghormati-guru-dan-orang-tua-z9wBZ
Birri, Mukhammad Febrian Fahwa. 2022. 3 Orang Tua yang Harus Dimuliakan Menurut Ajaran Islam. https://muria.inews.id/amp/42264/3-orang-tua-yang-harus-dimuliakan-menurut-ajaran-islam

Posting Komentar untuk "MENGAPA HARUS DATANG KE REUNI? SABDA RIA NADA MENJAWAB DALAM REUNI KE-3 TAHUN 2025"