SUDAHKAH KITA MERDEKA?
![]() |
Oleh Erwin Astutik |
Sekali merdeka tetap merdeka, walaupun mungkin Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sejak diluncukannya logo HUT RI Ke-80 oleh Presiden Prabowo Subianto pada 23 Juli 2025 lalu, sosial media dibanjiri komentar tajam oleh warganet. Hingga menjelang kemerdekaan, alih-alih bangga mengibarkan Bendera Merah Putih, sejumlah masyarakat justru ramai-ramai mengibarkan bendera One Piece. Bendera tersebut berwarna hitam dengan logo tengkorak ditengahnya. Pengibaran Bendera One Piece menggambarkan perlawanan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Indonesia.
Minggu, 17 Agustus 2025, Sabda Ria Nada kembali ikut serta menyelenggarakan upacara Pengibaran Merah Putih HUT RI Ke-80. Makna persatuan menjadi refleksi dalam tema HUT Republik Indonesia tahun ini. “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahter, Indonesia Maju”. Mundur sejenak kebelakang, tahun ini menjadi tahun kelima Pondok Pesantren Sabda Ria Nada melaksanakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih pada peringatan hari kemerdekaan, tepatnya sejak tahun 2020 silam, saat pandemi covid melanda.
Uniknya, tahun ini Sabda Ria Nada dan mungkin beberapa sekolah lainnya melaksanakan tiga kali upacara dalam satu minggu, mulai dari Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih yang rutin dilaksanakan setiap hari Senin, Upacara Peringatan Hari Pramuka ke-64 pada hari Kamis, 14 Agustus 2025 dan terakhir upacara HUT RI Ke-80 pada hari minggu 17 Agustus 2025.
Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dalam rangka HUT RI ke-80 Pondok Pesantren Sabda Ria Nada dikemas dengan konsep yang berbeda. Pra acara dimulai dengan menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka” oleh Putri Lestari Jannatul Muslim, dilanjutkan dengan mengumandangkan Adzan yang cukup mengharukan, mengingatkan kita pada para pahlawan yang telah gugur dimedan perang dan sebagiannya lagi berhasil menyaksikan kemerdekaan.
Mungkin, dialam yang berbeda mereka tersenyum bahagia telah menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan atau justru masih meneteskan air mata menyaksikan pengorbanannya hanya dianggap cerita sejarah.
Proklamasi menjadi tonggak sejarah yang menandai berahirnya masa penjajahan dan dimulainya era baru bagi rakyat Indonesia. Itulah sebabnya, detik-detik proklamasi seringkali diputar setiap upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Merah putih berkibar dilangit Sabda Ria Nada, dibalik kibaran itu tedapat kisah panjang tentang pengorbanan, harapan dan mimpi dibalut dengan air mata para pahlawan. Jika generasi kala itu berjuang dengan bambu runcing, maka generasi saat ini berjuang dengan ilmu, karya, kejujuran dan solidaritas dalam mempertahankan kemerdekaan.
K.H Hasbiallah S.Ag yang bertindak sebagai Inspektur upacara menyampaikan 3 hal penting dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia:
Pertama, “Meningkatkan Rasa Syukur”
Mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT , tidak cukup hanya dengan mengucapkan Hamdalah (Alhamdulullah), melainkan rasa syukur yang benar-benar merasuk dalam hati dan sanubari, sehingga melahirkan kesadaran berupa tindakan bahwa apapun yang terjadi pada kita hari ini dan selanjutnya, merupakan kuasa dan iradat dari Allah SWT.
Cara syukur yang demikian, pernah Allah SWT ajarkan langsung kepada Nabi Daud A.S ketika ia bertanya “Duhai tuhan, seluruh anak putu Adam, tidak ada satu helai rambutpun kecuali diatasnya ada nikmat dan dibawah rambut ada nikmat. Lalu bagaimana cara mensyukurinya?” kemudian Allah SWT menjawab “Wahai Daud, syukur yang sesungguhnya adalah ketika engkau merasa bahwa apapun yang terjadi padamu adalah nikmat dari Allah SWT.
Dengan mengimplementasikan cara syukur yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Daud A.S, kita akan terbebas dari sifat mencari kambing hitam ketika mengalami kegagalan dalam hal-hal tertentu dan dari sifat angkuh serta paling berharga ketika mampu mencapai keberhasilan.
Kedua, “Makna Merdeka yang Sesungguhnya”
Lebih lanjut, K.H Hasbiallah, S.Ag juga menyampaikan bahwa, “Merdeka yang sesungguhnya adalah ketikan tidak ada rasa benci dan paling berarti dari siapapun”. Manusia sebagai mahluk paling sempurna, tidak luput dari salah dan dosa, tak heran rasa benci dan paling berarti seringkali menyelinap dalam hati. Sehingga, K.H Hasbiallah, S.Ag memberikan himbauan untuk terus belajar dan berlatih menghilangkan kedua sifat tersebut, hingga akhirnya Allah SWT memilih kita sebagai salah satu Ahsanu Takwim, yakni bentuk yang sebaik-baiknya (sempurna).
Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih HUT RI Ke-80 bukan hanya sekedar momentum mengingat sejarah terlepasnya Indonesia dari belenggu penjajah. Lebih dari itu, upacara bendera merupakan bentuk rasa syukur kita sebagai anak negeri yang mempunyai kewajiban mensyukuri dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ketiga, “Mengisi Kemerdekaan Bagi Guru dan Pelajar”
Salah satu bentuk mengisi kemerdekaan bagi guru dan pelajar adalah dengan terus giat belajar, dalam hal ini makna belajar tidak hanya dikhususkan bagi pelajar yang setiap harinya dituntut untuk belajar. Namun, soyogyanya menjadi pengingat bagi seorang guru yang juga harus terus belajar memperbaharui ilmu yang dimiliki. Sebuah Anonim mengatakan “Seorang guru tetap pantas dipanggil guru ketika ia terus belajar, bukan hanya sibuk mengajar”. Jadilah manusia yang haus akan ilmu pengetahuan, agar segala ucapan dan tindakan mengantarkan kita pada jalan kebenaran.
Kegigihan dalam menimba ilmu pengetahuan digambarkan secara nyata dalam kehidupan Bapak proklamator kita, Soekarno yang memiliki nama asli Koesno Sasrodihardjo, lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dan kemudian namanya diganti menjadi Soekarno oleh Ayahnya (Raden Soekemi Sasrodihardjo) dan ibunya (Ida Ayu Nyoman Rai) karena sering sakit-sakitan saat masih kecil.
Soekarno merupakan santri kesayangan Hadji Oemar Said atau yang akrab dikenal dengan H.O.S Tjoakroaminoto. Ia mondok di rumah H.O.S Tjoakroaminoto saat menempuh pendidikan di HBS (Hoogere Burger School) ketika usianya menginjak 15 tahun. Bahkan ayah dan ibunyalah yang menitipkan Soekarno pada H.O.S Tjoakroaminoto yang beralamatkan disebuah jalan kecil bernama Gang Paneleh VII, Tepi Sungai Kalimas, Surabaya (Merdeka.com).
Soekarno terlahir menjadi laki-laki perkasa yang berani menyiakkan kemerdekaan, dari peristiwa tersebut dapat dipetik pelajaran bahwa, kita boleh dilahirkan dari rahim siapapun dan dibesarkan dirumah manapun, selama semangat untuk belajar dan berbenah terus membara, maka atas izin Allah SWT segala keinginan akan dikabulkan.
Merdeka bukan hanya milik mereka yang berseragam atau bekerja disebuah gedung menjulang. Namun merdeka adalah milik setiap manusia yang mampu berdamai dengan dirinya sendiri, tercermin dengan sikap syukur atas segala nikmat dari sang Ilahi Robbi, sembari menghapus rasa benci dilubuk hati, tanpa merasa menjadi manusia yang paling berarti.
By : Erwin Astutik
Posting Komentar untuk " SUDAHKAH KITA MERDEKA? "
Silahkan berkomentar maupun bertanya tentang Info / Kegiatan / Konsultasi gratis di Website Sabda Ria Nada, Kami akan menjawab secepatnya. Terimakasih...